Saturday, August 23, 2025

INGIN KAYA BACALAH AL WAQIAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Para ulama sering menasehatkan bacalah surat Al Waqiah bagi siapa yang ingin dimudahkan rezeki. Pesan ini turun temurun terus disampaikan hingga sekarang. Apa yang disampaikan para ulama mengacu kepada hadis Nabi Muhammad SAW.

Barang siapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, dia tidak akan tertimpa kefakiran selamanya. (HR. Al Baihaqi).

Dalam tulisan ini, saya ingin memberi sedikit penjelasan apa yang terkandung dalam surat Al Waqiah, berkaitan dengan kekayaan. Surat Al Waqiah membawa pesan moral dan etika sebagai bekal untuk orang yang dikehendaki Allah menjadi orang kaya.

Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan; https://lynk.id/mastershopi

Pandangan ini berdasarkan pada fungsi pendidikan yaitu membentuk akhlak. Sebagaimana Nabi Muhammad diutus Allah menjadi rasul bertujuan menyempurnakan ahkhlak. Berikut beberapa akhlak atau karkater yang harus dimiliki orang kaya dari surat Al Waqiah:

Pertama; karakter orang yang dikehendaki Allah menjadi orang kaya adalah mereka yang percaya pada hari kiamat. Orang kaya yang meyakini adanya hari akhirat, dia tidak akan mencintai harta kekayaan untuk dirinya sendiri, tapi untuk mensejahterakan orang lain. Kekayaan adalah jalan menuju ridha Allah. 

"Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan, (Al Waqiah, 56:1-6).

Kedua, karakter orang kaya dikehendaki Allah adalah mereka yang tetap hidup sederhana. Di akhirat manusia akan terbagi menjadi tiga golongan, golongan kiri, kanan, dan sabiqun. Golongan kiri akan masuk neraka yaitu tempat buruk penuh dengan ketidaknyamanan. Golongan kiri adalah mereka yang hidup bermewah-mewahan dan terus menerus melakukan dosa besar. 

"Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar." (Al Waqiah, 56:45-46).

Orang kaya yang dikehendaki Allah adalah mereka yang hidup dengan kekayaan tetapi tidak untuk bermewah-mewahan. Orang kaya harus tetap sederhana, dan menggunakan kekayaan untuk jalan berkorban membantu kesulitan banyak orang.

Ketiga, karakter orang kaya dikehendaki Allah adalah mereka yang mengakui bahwa rezeki datang dari Allah, dan manusia hanya menerima titipan. Kekayaan yang dimiliki bukan hak milik pribadi tapi milik Allah. 

"Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang." (Al Waqiah, 56:63-65).

Keempat, karakter orang kaya yang dikehendaki Allah, mereka meyakini semua kejadian yang akan terjadi pada manusia sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al Quran. Keyakinan ini menjadi keimanan kuat tanpa keraguan. 

"Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar." (Al Waqiah, 56:95-96).

Orang kaya yang dikehendaki Allah, selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diterima. Orang-orang kaya memiliki totalitas pengakuan bahwa kekayaan tidak akan menjadikan dirinya merasa besar, sombong, tinggi hati, dan kufur kepada Allah, karena sesungguhnya semua kekayaan adalah milik Allah Yang Maha Besar.*** 

Friday, August 8, 2025

MENDERITA DAN BAHAGIA AKIBAT PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Syeh Abdul Qadir Al Jalinani adalah salah satu imam berpengaruh dikalangan muslim Indonesia. Di dalam kegiatan-kegiatan doa, ustad-ustad selalu menyisipkan nama Syeh Abdul Qadir Al Jailani sebagai ulama yang selalu didoakan setelah bersalawat kepada Nabi Muhammad saw. 

Syeh Abdul Qadir Al Jailani mengatakan, "Ketahuilah derita berubah jadi bahagia dan bahagia berubah jadi derita, hal itu terjadi karena didikan". Pendapat ini beliau tafsirkan dari hadis Rasulullah saw, "setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi". Menurut Beliau, "hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki potensi menjadi bahagia maupun menderita."


Ebook Sukses dengan Logika Tuhan: https://lynk.id/mastershopi

Jika dicermati, Syeh Abdul Qadir Al Jailani memberi makna pada hadis di atas menggunakan logika sebab akibat. Anak terlahir fitrah merupakan takdir Allah pada setiap orang yang baru lahir. Fitrah merupakan potensi-potensi baik yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, terutama fitrah dalam mengenal siapa Tuhannya. Fitrah ini tidak bisa diganggu gugat karena ketetapan Allah.

Selanjutnya bisa dicermati cara berpikir Syeh Abdul Qadir Al Jailani menafsirkan kembali dengan logika sebab akibat kalimat dalam hadis.

Kedua orang tua adalah SEBAB

Menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi adalah AKIBAT

Dari logika sebab akibat tersebut, Syeh Abdul Qadir Al Jailani berpendapat bahwa bahagia dan derita yang dialami manusia tergantung pada didikan. Kedua orang tua dijadikan sebab jadi menderita atau bahagia seorang anak dikaitkan dengan fungsi pendidikan yang ada di lingkungan keluarga.

Berfungsinya pendidikan keluarga sangat tergantung pada orang tua. Pesan dari Syeh Abdul Qadir Jailani adalah pendidikan sangat penting dan menentukan untuk kehidupan anak-anak. Di dalam dunia pendidikan ada peran orang tua yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya agar mereka bisa hidup bahagia. Sebagaimana Ki Hadjar Dewantara mengatakan tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak-anak menuju kehidupan bahagia setinggi-tingginya.

Lembaga pendidikan adalah refresentasi dari kedua orang tua dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Jika begitu, sekolah-sekolah, kampus-kampus, sebenarnya dihuni oleh "orang tua" dari anak-anak dalam arti luas sebagai pelaksana fungsi pendidikan. Guru-guru, dosen, yang ada di lembaga pendidikan adalah manusia-manusia sakral karena disejajarkan dengan orang tua dari anak-anak.

Tidak heran ketika di Jepang, Korea Selatan, China, Jerman, dan Finlandia, guru-guru, dosen, menjadi orang-orang terhormat di masyarakat. Tradisi hormat pada guru masih terjaga di lingkungan pendidikan pesantren. Sedangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia penghargaan pada guru dan dosen sedikit memudar. 

Dapat dipahami logika berpikir Syeh Abdul Qadir Al Jailani adalah setiap orang berpotensi menjadi bahagia atau menderita, maka sebabnya sangat tergantung pada pendidikan yang didapatnya. Pendapat ini didukung oleh data dari hadis Nabi Muhammad saw. Inilah logika yang dibimbing Tuhan.

Jika sekarang ada orang berpendapat bahwa pendidikan telah membuat masyarakat Indonesia menderita, bisa jadi iya bisa jadi tidak. Perlu kajian dan penelitian, pendidikan-pendidikan seperti apa yang bisa membuat masyarakat Indonesia hidupnya menderita. 

Kemiskinan secara umum diakui sebagai sebab penderitaan. Bisa jadi selama ini, ada pendidikan yang mengakibatkan anak-anak menderita. Menurut hemat saya, pendidikan yang kelak menjadi penyebab anak-anak menderita karena pendidikan tidak mengandung penderitaan.

Kita kembali kepada pendapat Syeh Abdul Al Jailani, "tidak boleh mengatakan orang ini pasti bahagia atau orang ini pasti menderita". Tetapi hendaklah mengatakan, "orang ini bahagia jika amal baiknya mengalahkan amal buruknya dan sebaliknya". 

Jadi jelas, lembaga pendidikan yang akan jadi sebab penderitaan anak-anak adalah lembaga pendidikan yang tidak mengajarkan, melatih, membimbing, memotivasi, anak-anak untuk berbuat amal-amal baik agar mengalahkan amal-amal buruknya. Kondisi ini dapat tercipta bukan karena bangunan sekolah yang megah, tapi karena peran guru-guru, dosen, yang memosisikan dirinya sebagai orang tua dari anak-anak sekalipun bukan anak biologisnya.*** 

Friday, July 18, 2025

FAKTA ILMIAH SEDEKAH MENYEHATKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Ide sedekah atau berbuat baik dapat menyehatkan telah dijelaskan di dalam Al Quran. Masalahnya ada yang memahami Al Quran dengan mistik dan ada yang memahami dengan fakta empiris. Di Indonesia sebagian besar memahami dampak sedekah dengan mistik.

Di Indonesia pola pikir mistik terlalu dominan menjadi pola pikir masyarakat dalam memahami agama. Maka terbentuklah budaya membaca teks bahasa Arab Al Quran tanpa memahami maknanya dengan keyakinan Allah akan membalas dengan pahala berlipat ganda. 

Dengan keyakinan, budaya membaca teks Arab Al Quran 30 Juz, di Indonesia menjadi ritual tahunan terutama di bulan Ramadan. Pola ini telah menjadi tradisi puluhan mungkin ratusan tahun di Indonesia. 

Di era teknologi pemahaman masyarakat tentang agama Islam dan Al Quran mulai berubah. Media teknologi informasi menyajikan informasi bervariasi tentang agama Islam dan Al Quran. Akibatnya masyarakat mulai mengkritisi tradisi-tradisi dalam ajaran agama yang kurang mendalam pemahannya.

Pola pikir mistik dan ilmiah sebenarnya saling melengkapi. Pola pikir mistik bersifat acak mengajak melatih manusia berpikir kreatif dan dinamis. Pola pikir ilmiah melatih manusia berpikir kronologis dan spesifik. Al Quran memiliki makna keterkaitan, artinya membuka peluang luas terhadap penafsiran.

Sedekah jika dipahami secara mistik dijelaskan dalam Al Quran jika dilakukan akan mendapat balasan dari Allah berlipat ganda hingga 700 kali lipat (lihat: Al Baqarah, 2:261). Jika orang berpedoman pada ayat ini orang tinggal yakin pada Allah dengan melakukannya, dan hasilnya banyak orang merasakan manfaatnya. 

Bagi orang berpikir, balasan 700 kali lipat tidak dipahami secara mistik, tapi berusaha memahami bahwa sedekah jika dilakukan memiliki banyak manfaat untuk kehidupan. Untuk ada upaya untuk memahami dampak sedekah ke dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya pada kesehatan.

Untuk itu berkembanglah berbagai penelitian ilmiah tentang manfaat sedekah dalam berbagai konteks prilaku. Sebuah studi kohort terhadap kelompok relawan menunjukkan bahwa para relawan memiliki risiko mortalitas (kematian) lebih rendah. Studi menunjukkan bahwa kesukarelawan memiliki efek positif terhadap depresi, kepuasan hidup dan kesejahteraan (Jenkinson, at al. 2013).

Para peneliti melaporkan dari 2.605 orang Amerika berusia 62 tahun ke atas. Mereka memeriksa seberapa sering peserta menjadi sukarelawan. Hasilnya menunjukkan orang yang menjadi sukarelawan satu hingga empat jam per minggu mengalami penuaan biologis lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang tidak menjadi sukarelawan sama sekali. (health.com).

Penelitian menyimpulkan bahwa sedekah meningkatkan kebahagiaan dan emosi positif. Efek ini telah ditunjukkan dalam berbagai perilaku sedekah, termasuk menjadi sukarelawan (Huang, 2018), mendonorkan darah (Buyx, 2009), memberi untuk amal (Liu dan Aaker, 2008), membelanjakan uang untuk orang lain (Dunn dkk., 2008), dan melakukan tindakan kecil, seperti menawarkan kopi, bersikap baik, atau membuat seseorang tersenyum (Rudd dkk., 2014). Aknin dkk. (2013a) menemukan hubungan di 120 dari 136 negara dan menyimpulkan bahwa hubungan ini tidak bergantung pada kekayaan suatu negara (frontiers.org).

Sedekah adalah ajaran universal yang tertulis di dalam kitab suci Al Quran. Menjadi ahli sedekah dengan berbagai prilaku bermanfaat bagi orang lain, dapat menjadi karakter dasar yang dapat menciptakan kesejahteraan umat manusia dan alam di muka bumi. Sedekah dapat menghasilkan hormon oksitosin (cinta), dopamin (motivasi), serotonin (ketenangan, rasa syukur), dan endorfin (bahagia) di otak. *** 

Saturday, July 5, 2025

MENGEMBALIKAN KIBLAT PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Dunia pendidikan sedang menghadapi krisis. Universitas-universitas terbaik di dunia, tidak melahirkan manusia-manusia pemelihara. 

Negara-negara yang memiliki universitas terbaik di dunia mereka telah melakukan kejahatan kemanusiaan melakukan genosida dan menutup perbatasan, membiarkan manusia menderita kelaparan.

Genosida di Palestina telah memakan korban lebih dari 50 ribu jiwa. Penduduk dunia menyaksikan Mesir melarang bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah Gaza Palestina. 

Padahal Mesir dikenal sebagai tempat orang-orang menimba ilmu agama di universitas terkemuka. Orang-orang merasa bangga jika bisa sekolah di Mesir.

Melihat Mesir melakukan pembiaran pada kemanusiaan dan malah menambah penderitaan, kita mempertanyakan kembali pelajaran apa yang harus dipelajari saat ini? 

Arab Saudi sebagai tempatnya Kabah dan menjadi kiblat pemersatu umat Islam, mengapa tidak tegas melakukan pembelaan pada kemanusiaan.

Orang berbondong-bondong melakukan umrah dan haji rela mengeluarkan ratusan juta, antri puluhan tahun, sementara Genosida terus terjadi dan korban terus berjatuhan. 

Ibadah umrah dan haji hanya jadi pemuas kepentingan nafsu pribadi dibalut spiritual, padahal puncak spiritual dari ajaran agama adalah rasa kemanusiaan. 

Pengajaran agama telah berahasil membuat orang merasa dosa jika tidak melaksanakan umrah dan haji, tapi tidak merasa dosa membiarkan saudara-saudara sesama manusia dijajah, terusir, teraniaya, dan digenosida.

Amerika Serikat tempat kampus-kampus terkenal di dunia, ternyata melahirkan manusia-manusia intelek tapi lulusannya gagal menghargai kemanusiaan.

Puncak pendidikan adalah manusia memiliki tanggung jawab moral pada Tuhan, dan berani berkorban untuk memberi kesempatan hidup pada orang lain. 

Pelajaran agama, sains dan teknologi, telah gagal melahirkan kehidupan damai dan sejahtera bagi umat manusia. Orientasi pendidikan telah melampaui batas jauh dari rasa kemanusiaan.

Pengajaran agama telah melahirkan manusia-manusia individualis ditandai dengan ketaatan buntu pada ibadah ritual dan lalai melaksanakan ibadah sosial kemanusiaan. 

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat ria. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Al Maa'uun, 107:7)."

Sumber ajaran agama bukan lagi belandaskan kitab suci. Ajaran agama bersumber pada pemikiran manusia dari masing-masing kelompoknya. 

Para pemikir, pemuka agama, aliran pemikiran, kelompok agama, menjadi tuhan-tuhan selain Tuhan yang ditaati. Penganut agama bukan membawa misi perdamaian malah saling curiga dan benci satu sama lain.

Tidak ada satu orang pun tahu siapa orang yang telah beriman atau kafir kepada Allah. Kegagalan pengajaran agama adalah kebanyakan manusia menjadi merasa telah beriman dan jadi manusia paling beriman. 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." ( Al Hujurat, 49:15).

Bagaimana orang beragama merasa telah beriman ketika melihat Genosida terhadap puluhan ribu manusia, anak-anak, perempuan, orang tua, secara terang-terangan dilakukan, tanpa ada yang berani menghentikan?

Bagaimana orang beragama merasa telah beriman, ketika puluhan ribu orang kelaparan, dia menutup akses bantuan dan membiarkan saudara mereka dalam kelaparan?  

Ibadah ritual menjadi menara gading berada di atas ibadah sosial. Padahal Allah berfirman, manusia-manusia terbaik bukan yang rajin ibadah ritual, tapi mereka yang bermanfaat bagi manusia lain.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al Kahfi, 18:7).

Tidak ada perbuatan baik selain shalat, dan orang-orang shalat pasti berani berkorban untuk membantu membebaskan orang lain dari penjajahan dan penderitaan. 

Setiap umat punya shalat masing-masing. Shalat bukan terbatas pada ruku dan sujud, shalat adalah komitmen kepada Tuhan untuk berani berkorban dengan jiwa dan harta karena Allah. 

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (Al Baqarah, 2:3).

Kiblat pendidikan bukan lagi untuk menciptakan teknologi dan bersaing satu dengan yang lain. Para pendidik seperti para nabi, mengajarkan moral dan tanggung jawab pada manusia untuk saling membantu satu sama lain dan menciptakan kesejahteraan manusia dan alam. 

Kiblat pendidikan adalah para nabi yang diutus oleh Tuhan. Para nabi adalah para guru yang mengajarkan manusia tentang keesaan Tuhan dan kemanusiaan. 

Nabi Muhammad menjadi nabi yang membawa kisah hidup sebagai manusia berani berkorban untuk membebaskan manusia dari penindasan, dan meninggalkan warisan berharga untuk umat manusia ayat-ayat suci Al Quran. 

Al Quran bukan untuk umat Islam tapi untuk umat manusia. Al Quran kiblat sumber pemikiran tanpa bias pemikir-pemikir yang telah dianggap tuhan dan menganggap dirinya tuhan. 

"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (Saba', 34:28).

Tugas pendidikan adalah membawa kabar gembira dan peringatan agar manusia jadi pemimpin-pemimpin adil tidak melampau batas kemanusiaan***

Friday, July 4, 2025

KOMPETENSI DASAR IMAN DAN TAKWA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Di dalam Al Quran, iman dan takwa merupakan dua konsep berbeda. Pada tulisan ini saya ingin meyakinkan pembaca dimana letak perbedaan konsep iman dan takwa bersumber pada Al Quran. Metode yang saya gunakan dalam membangun definisi menggunakan metode hubungan konsep. Dalam metode hubungan konsep, sebuah konsep dapat dipahami maknanya jika dihubungkan dengan konsep lain.

Kursi dapat dipahami konsepnya jika dihubungkan dengan konsep duduk, pulpen dengan menulis, kertas dengan buku, dsb. Kursi adalah tempat duduk. Pulpen adalah alat untuk menulis. Kertas adalah lembaran yang ada dalam buku. 

Konsep membuat definisi seperti di atas, saya aplikasikan dalam memahami konsep iman dan takwa, dengan bantuan deskripsi yang ada dalam Al Quran. Arti kata dasar iman adalah percaya, dan takwa adalah menjaga, melindungi, atau menghindari dari bahaya.

Iman dan takwa sebagai kompetensi artinya kemampuan menjaga diri agar tetap percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjaga diri agar tetap percaya kepada Tuhan yang Maha Esa diwujudkan dalam komitmen melakukan segala tindakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Hasil nyata dari beriman dan bertakwa adalah akhlak mulia.

Apa saja yang menjadi ciri dari orang berakhlak mulia? Kriteria orang berakhlak mulia dapat ditemukan dari ayat-ayat Al Quran yang berbicara secara langsung tentang orang beriman. Ciri-ciri orang berakhlak berdasar Al Quran bersifat universal. Berikut beberapa ciri akhlak paling dasar dari orang-orang beriman?

"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka," (Al Baqarah, 2:3).

Ciri akhlak dari orang beriman dan bertakwa adalah menjaga diri selalu mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki. Shalat memiliki arti aktivitas ritual menjaga komitmen beriman pada Tuhan Yang Esa. Umat Islam melaksanakan ritual shalat wajib dan sunah. Umat-umat beragama di seluruh dunia memiliki komitmen masing-masing pada Tuhan Yang Maha Esa. 

Ciri selanjutnya adalah orang beriman dan bertakwa menjaga diri dengan selalu berbagi pada sesama dalam kondisi sempit maupun lapang. Jadi akhlak atau karakter orang beriman dan bertakwa selain melakukan ibadah ritual untuk menjaga komitmen tetap percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, mereka juga punya karakter dermawan. 

Prinsip dasar hidup di dunia terdiri dari dua yaitu vertikal dan horizontal. Vertikal ditandai dengan menjaga ritual keagamaan sesuai keyakinan, dan horizontal melaksanakan hubungan sosial dengan menjaga diri selalu menjadi orang yang berbakti pada orang tua dan dermawan.

Bagi orang beriman dan bertakwa, hubungan horizontal tidak hanya berbuat baik pada sesama manusia, tetapi kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan, diantaranya hewan, tumbuhan, dan alam semesta. Pengajaran iman dan takwa akan melahirkan manusia-manusia berakhlak mulia.

Iman dan takwa secara fislosofis menjadi dua konsep yang tidak terpisahkan. Iman menjadi ide pedoman kepercayaan dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan takwa menjadi upaya menjaga tetap percaya pata Tuhan dengan melaksanakan hubungan horizontal sebagai sosok bermanfaat bagi sesama manusia, binatang, tumbuhan, dan alam.  

Iman dan takwa menjadi dua konsep dasar yang harus diajarkan dalam berbagai bentuk kegiatan kehidupan sehari-hari manusia. Mendidik manusia beriman dan bertakwa sebenarnya tujuan pendidikan universal karena menyangkut ketergantungan manusia kepada Tuhan dan kesejahteraan hidup manusia.*** 

Friday, June 13, 2025

BERPIKIR REFLEKTIF AJARAN AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir reflektif menjadi cara belajar yang dianjurkan untuk membangun kesadaran. Ciri pembelajaran mendalam salah satunya adalah pembelajaran tersebut mampu membangun kesadaran (mindfull). Salah satu cara untuk membangunkan kesadaran adalah mengajar orang untuk berpikir reflektif.

Nabi Muhammad di dalam hadis mengemukakan bagaimana membangun kesadaran orang dengan mengajak berpikir reflektif. Dalam sebuah kisah Nabi Muhammad mengajarkan sahabat untuk tidak berbuat jinah dengan mengajak berpikir reflektif.


Diriwayatkan dalam Musnad Ahmad dan Sunan al-Kubra karya al-Baihaqi, dari Abdullah bin Mas'ud, bahwa ada seorang pemuda datang kepada Rasulullah ï·º dan berkata: "Ya Rasulullah, izinkan aku berzina." 

Para sahabat marah dan ingin memukulnya, tetapi Rasulullah memanggilnya dengan lembut dan bertanya: "Apakah kamu rela itu terjadi pada ibumu?" Pemuda itu menjawab, “Tidak, demi Allah.” 

Nabi bersabda:"Begitu pula orang lain tidak rela itu terjadi pada ibu mereka."Lalu Nabi bertanya lagi:"Apakah kamu rela itu terjadi pada anak perempuanmu?" Ia menjawab, “Tidak, demi Allah.”

Nabi pun bersabda: "Begitu pula orang lain tidak rela itu terjadi pada anak perempuan mereka."Dan Nabi mengulangi hal serupa dengan saudari kandung, bibi dari pihak ayah, dan bibi dari pihak ibu.

Kemudian Rasulullah meletakkan tangannya di dada pemuda itu dan berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya, dan jagalah kemaluannya (dari zina).” (HR. Ahmad, no. 22211. Hadis ini hasan).

Berpikir reflektif artinya berpikir berandai-andai sesuatu yang baik atau buruk terjadi pada diri kita sendiri. Dengan berpikir reflektif seseorang bisa merasakan dan menemukan dampak baik atau buruk yang akan terjadi jika sesuatu hal terjadi menimpa diri sendiri. 

Dari hasil berpikir reflektif, seseorang bisa menghindari perbuatan buruk dan berbuat baik atas dasar pemahaman dan kesadaran dari diri sendiri. Cara Nabi Muhammad mengajarkan kebaikan pada seseorang dengan berpikir reflektif sebagaimana Allah jelaskan dalam Al Quran.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar ra'd, 13:11).

Konsep dasar berpikir reflektif adalah upaya memperbaiki kualitas diri dengan berfokus pada memperbaiki prilaku atau kompetensi yang ada pada diri sendiri. Jika ingin hidup sukses, seseorang harus tahu apa yang dilakukan orang-orang sukses, dan melakukan refleksi apakah prilaku kita sehari-hara sudah pantas menjadi orang sukses?

Cara Nabi Muhammad mengajarkan kebenaran dilakukan mengikuti apa yang diajarkan Allah di dalam Al Quran. Berpikir reflektif masuk pada kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi. Inilah pengajaran di abad teknologi informasi dimana ilmu pengetahuan sudah jadi milik semua orang.***



Saturday, May 24, 2025

BEKERJA DENGAN HATI.. TERNYATA INI KUNCINYA...

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Kita sering mendengar perkataan orang-orang bijak, "kerjakan segala sesuatu dengan hati". Banyak orang memahami bekerjakan sesuatu dengan hati artinya mengerjakan sesuatu dengan melibatkan perasaan.

Selain itu, kata hati selalu berkaitan dengan cinta. Banyak orang memahami jika cinta berkaitan dengan hati dan hati berkaitan dengan perasaan. Sudah jadi pemahaman banyak orang, jika kita bekerja dengan hati, maka kegiatan itu harus melibatkan perasaan.

Sebenarnya ada sudut pandang lain yang lebih profesional dalam memahami makna bekerja dengan hati. Di sini saya kemukakan beberapa dasar berpikir yang bisa menjelaskan makna bekerja dengan hati mengandung makna profesional.

Nabi Muhammad bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai jika orang bekerja, lalu ia menyempurnakannya" (Hr. Bukhari dan Muslim).

Jika kita berpedoman pada hadis ini, orang yang bekerja dengan hati, maka frekuensi hatinya harus sama dengan sama dengan Allah. Hati yang frekuensinya sama dengan Allah yaitu hati yang dipenuhi cinta. Jadi ukuran kinerja dari orang-orang yang bekerja dengan hati, berdasarkan hadis adalah orang-orang yang bekerja dengan sempurna.

Ukuran bekerja dengan sempurna yaitu bekerja teliti, tekun, cepat, dan tuntas. Jadi orang-orang yang bekerja dengan sempurna merupakan ciri dari orang-orang yang bekerja profesional. Artinya, bekerja dengan hati merupakan ukuran kinerja dari seorang pekerja profesional. Inilah ciri dari orang bekerja dengan hati.

Pandangan selanjutnya, orang yang bekerja dengan hati bisa kita kembangkan dari ayat Al Quran. "Dan belanjakanlah di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al Baqarah, 2:195).

Pekerja profesional merupakan orang-orang yang selalu berbuat baik. Dijelaskan dalam Al Quran, "Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". Cinta Allah direpresentasikan oleh manusia dalam bentuk segala perbuatan dilakukan dengan hati dengan ukuran kerja profesional.

Maka orang-orang yang bekerja dengan hati, dalam melakukan sesuatu selalu berorientasi pada kebaikan. Ukuran dari kebaikan yang Allah cintai adalah menggunakan apapun yang kita miliki untuk kebaikan orang lain.

Prinsip dasar bekerja adalah membantu orang lain. Kesimpulannya, kunci orang-orang yang bekerja dengan hati, dia selalu bekerja sempurna, teliti, tekun, cepat, tuntas, untuk membantu kesulitan dan memudahkan kehidupan orang lain, utamanya membantu orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan orang lain.***

INGIN KAYA BACALAH AL WAQIAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Para ulama sering menasehatkan bacalah surat Al Waqiah bagi siapa yang ingin dimudahkan rezeki. Pesan i...