Tuesday, March 31, 2020

VIRUS CORONA WORKSHOP ONLINE


Oleh: Toto Suharya

Virus corona tidak menghambat sekolah dan guru-guru untuk melaksanakan program peningkatan kualitas pendidikan. Dalam situasi isolasi terbatas, SMAN 1 Cipeundeuy Bandung Barat Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI meluncurkan Workshop Online untuk guru-guru sejarah. Kegiatan ini dilakukan untuk internal sekolah, namun melibatkan guru-guru sejarah di KCD wilayah VI karena sifatnya gratis dan mudah diakses.  

Menggunakan aplikasi Webex guru-guru sejarah di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur diajak bergabung secara sukarela tanpa dipungut biaya. Efek Virus Corona ternyata memberi peluang kepada pengelola sekolah dan guru untuk melakukan inovasi program. Workshop Online dilakukan bekerjasama dengan Prodi Pendidikan Sejarah UHAMKA Jakarta.


Tema yang diangkat adalah Entrepeneurship in History Education. Tema ini untuk mengajak guru-guru sejarah tidak ketinggalan zaman. Selama ini guru-guru sejarah identik dengan masa lalu, kuno, dan sulit move on. Di dalam workshop guru-guru akan diperkenalkan bahwa tokoh-tokoh sejarah Indonesia memiliki jiwa-jiwa berkarakter entrepreneur. Selama ini entrepreneur dipahami sebagai kegiatan ekonomi, padahal semua tokoh sukses memiliki karakter entrepreneur, termasuk para tokoh sejarah.

Karakter entrepreneur yang dimiliki oleh para tokoh sejarah adalah berani berkorban. Karakter entrepreneur lainnya adalah suka membaca, banyak ide, kreatif, visioner, mampu bertahan dalam kondisi sulit, selalu optimis, dan mandiri.

Tujuan dari workshop ini adalah memberikan pemahaman kepada guru-guru sejarah bahwa pelajaran sejarah bisa diajarkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan mengangkat tokoh-tokoh sejarah nasional sebagai teladan diharapkan guru-guru dapat mengajarkan kepada siswa untuk meneladani dan merasa bangga memiliki tokoh-tokoh sejarah yang berkarakter entrepreneur.

Lunturnya naisonalisme bangsa Indonesia, bisa jadi dimulai dari lunturnya kebanggaan masyarakat Indonesia terhadap tokoh-tokoh sejarah. Tokoh-tokoh besar sejarah bangsa Indonesia seperti Sukarno, Hatta, Suharto, jangan hanya dikenal dari sisi kekurangannya saja, tapi guru-guru sejarah harus mengajarkan aspek-aspek yang harus diteladani anak-anak dari para tokoh sesuai dengan kebutuhan zaman. Entrepreneuship adalah abad anak-anak milenial, guru-guru sejarah harus memahaminya dan mengajarkan sejarah sesuai dengan kebutuhan zaman. Virus Corona ternyata mendorong para  praktisi pendidikan untuk terus melakukan inovasi dalam pembelajaran. Salam optimis tanpa batas!Wallahu alam.

(Penulis Kepala SMAN 1 CIpeundeuy Bandung Barat).

Sunday, March 29, 2020

CORONA PENYELAMAT DUNIA PENDIDIKAN

Oleh: Toto Suharya

Ditengah-tengah wabah Virus Corona tahun 2020, ternyata dunia pendidikan mendapat kesempatan untuk melakukan perubahan. Pembelajaran online dan dihapuskannya UN dari sistem pendidikan. Ujian Nasional itu sudah usang dan jauh dari harapan pendidikan abad industri 4.0. Corona telah memaksa UN dihapuskan yang bertahun-tahun tidak menghasilkan apa-apa bagi dunia pendidikan, kecuali gengsi dan anggaran.  

Tulisan ini saya buat untuk bahan rekomendasi Asosiasi Kepala Sekolah Indonesia (AKSI) kepada Presiden Republik Indonesia melalui Bapak Menteri Pendidikan. Mudah-mudahan tulisan ini menjadi bahan pertimbangan yang bisa meyakinan bahwa rendana DPR dan Mendikbud menghapus UN adalah langkah benar.

Menyimak hasil rapat daring Mendikbud dengan Komisi X DPR RI yang diposting di media sosial, bahwa berangkat dari kekhawatiran penyeberan COVID-19 pada saat pelaksanaan UN tahun ini, kemudian rapat mengarah kepada penghapusan UN dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia. Menyikapi hasil rapat di atas, DPP AKSI memberikan rekomendasi bahwa penghapusan UN dalam sistem pendidikan nasional dinilai sebagai langkah tepat untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan daya saing lulusan pendidikan kita di tingkat internasional. Rekomendasi tersebut didukung oleh lima argument ilmiah yang penulis jelaskan di bawah.


Pertama, David McClelland (dalam Stanley, 2015, hlm. 84-85) menjelaskan bahwa para peneliti mengalami kesulitan menunjukkan bahwa nilai ujian di sekolah punya kaitan dengan prilaku lain yang penting, selain uji kecakapan. Masyarakat umum dan banyak psikolog serta pejabat kampus menerima fakta bahwa nilai ujian hanya dapat meramalkan prestasi anak di sekolah, tetapi tidak meramalkan sukses dalam prilaku dan prestasi lainnya. Murid dengan indek kumulatif prestasi yang lebih rendah dari hasil penelitian, kehidupan ekonomi mereka sama baik dengan murid yang memiliki nilai prestasi sangat baik.  Kondisi ini menandakan bahwa UN yang diagendakan sebagai kegiatan berbiaya besar tidak menghasilkan prestasi apa-apa kecuali prestasi anak di sekolah.

Kedua, era industri 4.0 ditandai dengan abad entrepreneur. Dari 733 entrepreneur (miliarder) yang disurvey untuk merespon 30 faktor kesuksesan, respon dengan rengking tertinggi mengarah kepada kepemilikan tentang kecerdasan sosial, kreativitas, kepemimpinan, dan guru (mentor) yang baik, sementara kecerdasan intelektual berada pada urutan ke-21. (Stanley, 2015, hlm. 48). Hasil penelitian ini memberikan pemahaman bahwa UN yang menguji kecerdasan intelektual sudah ketinggala zaman.

Ketiga, eksistensi masyarakat jejaring. Menurut pandangan folosofi strukturalisme sebuah unsur (individu) hanya bisa dimengerti melalui keterkaitan  (inter connectedness) antar unsur (manusia) lain. (Kuntowijoyo, 2007, hlm. 32). Pengembangan kompetensi manusia tidak lagi bersifat parsial terpusat, tetapi harus menyeluruh berdasarkan potensi dominan dari sembilan kecerdasan yang dimiliki anak-anak. Untuk itu UN tidak lagi mencerminkan pendidikan yang berpusat pada potensi anak, tapi bersifat penyamarataan yang merugikan potensi-potensi perkembangan psikologi anak, yang menurut Howard Gardner ada sembilan kecerdasan yaitu, logis, linguistik, spasial, musikal, kinestetik, naturalis, intrapersonal, interpersonal, eksistensial atau spiritual. (Baihaqi, 2014, hlm. 164).

Empat, piramida kebutuhan terbalik. Manusia-manusia yang dibutuhkan abad industri 4.0 bukan mereka yang bisa menjawab ujian dengan baik, tapi mereka yang bisa menyelesaikan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang ada di masyarakat. Kebutuhan dasar manusia bukan pada makan, minum, kemananan, dan kenyamanan, melaikan pada sejauhmana dia bisa beraktualisasi, bermanfaat bagi lingkungan dan kemudian dihargai. Manusia ini oleh Victor Frankl disebut sebagai Man’s Search for Meaning. (Marshal & Johar, 2007, hlm. 47). Pelaksanaan UN tidak memberikan makna (value added) apa-apa bagi anak-anak dan lingkungannnya.

Lima, paradigma sistem. Berdasar penemuan fisika kuantum, manusia (benda) bukan bagian terpisah dari sistem alam. Keberadaan manusia bisa dipahami sebagai interkoneksi atau saling keterhubungan antar aneka proses observasi atau pengukuran. (Capra, 2002, hlm 49). Pengukuran melalui UN yang parsial dapat mendominasi seluruh pengukuran kecerdasan anak-anak sehingga dapat mengkerdilkan potensi anak-anak yang lainnya. 

Demikian rekomendasi terhadap rencana pemerintah menghapus UN dalam sistem pendidikan nasional. AKSI selanjutkan mengusulkan untuk memperkuat kelembagaan sekolah dengan meningkatkan layanan proses pendidikan, dan menata distribusi kualitas guru serta kepala sekolah. AKSI berkomitmen untuk menjadi penggerak menjaga dan mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam meningkatkan kualitas pendidikan guna menyambut Indonesia Emas tahun 2045 serta mencetak lulusan berdaya guna ditingkat global dan selalu menjaga keutuhan NKRI.

Semoga Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa memberi kemudahan dan kelancaran kepada kita semua. AKSI luar biasa! SDM Unggul! Indonesia maju! Walalhu ‘alam.

(Penulis Sekretaris I DPP AKSI)

Saturday, March 21, 2020

MASYARAKAT SANTAI

Oleh: Toto Suharya

Di kampus ada orang Korea yang ikut studi di Program Studi Pendidikan Sejarah. Pertama kali kuliah, dia merasa tidak nyaman dengan kegiatan perkuliahan yang selalu tidak tepat waktu. Namun setelah menjelang dua tiga semester mulai menikmati hidup santai ala Indonesia. Bahkan sekarang dia mulai kecanduan hidup ala Indonesia, dan berencana menetap di Indonesia. Dia berkata baru bisa menikmati hidup setelah di Indonesia. Di negara asalnya setiap hari hidupnya dipenuhi dengan targer-target pekerjaan yang membuat dirinya tertekan dan stress.

Sejak lama saya mengamati masyarakat Indonesia dan pernah terlontar pemikiran bahwa hidup manusia di suatu negara pasti berbeda-beda. Seperti pepatah mengatakan "lain ladang lain belalang". Hidup manusia dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia tinggal. Kondisi alam, iklim, cuaca, budaya, pemahaman agama, tingkat ekonomi, pendidikan, pengetahuan, adalah faktor-faktor yang memengaruhi prilaku manusia.


Ibn Khaldun dalam bukunya Mukaddimah (2002) menjelaskan bagaimana perbedaan masyarakat suku pedalaman dengan perkotaan. Masyarakat pedalaman yang hidup dalam kondisi ektrim, memiliki daya tahan lebih kuat dari penduduk kota yang selalu dilayani dengan kemapanan. Kondisi nyaman yang dinikmati oleh masyarakat kota menjadi sebab kelemahannya dalam bertahan hidup.

Demikian juga hasil studi Andersen et. all. (dalam Mulyana, 2010, hlm. 276) dijelaskan bahwa masyarakat di garis lintang utara lebih terstruktur, lebih tertata, lebih terkendali, dan lebih terogranisasi karena orang-orangnya harus bertahan hidup melewati musim dingin yang keras, sebaliknya negeri-negeri di garis lintang selatan boleh jadi menghasilkan budaya ektravaganza sosial yang tidak punya kecenderungan yang kuat untuk menata dunia mereka. Orang-orang di iklim dingin lebih banyak merencanakan hidup untuk menghadapi musim dingin, lebih berorientasi pada tugas, dan kehidupannya sangat pribadi, sementara orang-orang yang tinggal di iklim hangat lebih banyak akses satu sama lain sepanjang tahun, dan hubungan antar pribadi lebih hangat.

Perbedaan lingkungan tempat tinggal ternyata memberi warna kehidupan masyarakat berbeda dalam beraktivitas. Budaya masyarakat di daerah dingin, mereka lebih tertib dan sangat menghargai waktu. Ketertiban dan ketaatan terhadap aturan yang sudah disepakati menjadi faktor penting dalam mengatur aktivitas antar manusia. Penghargaan terhadap hak-hak pribadi sangat dijunjung tinggi.

Budaya disiplin tinggi masyarakat di iklim dingin terlihat berbeda ketika melihat masyarakat di iklim hangat. Budaya antri tidak dikenal dalam budaya iklim hangat. Indonesia mewakili daerah iklim hangat yang masyarakat di dalamnya hidup secara unik. Masyarakat Indonesia yang hidup di iklim hangat memiliki banyak waktu dalam mengerjakan tugas. Dalam pekerjaan mereka lebih mengutamakan hubungan antar pribadi dibanding pada target pekerjaan. Tugas-tugas tidak terlalu berorientasi pada hasil tetapi pada bagaimana menjaga hubungan antar pribadi tetap hangat.

Ketika wabah Virus Corona menyebar ke seluruh dunia. Media-media sosial menginformasikan bagaimana kegemparan terjadi di China, Italia, Singapura, yang telah lebih dulu mendapat serangan wabah Virus Corona mematikan. Untuk menghindari penyebaran wabah penyakit Virus Corona, mereka benar-benar mendengarkan instruksi pemerintahnya dengan melakukan isolasi diri selama 14 hari. Jalan-jalan sepi dari kendaraan, kondisi kota benar-benar seperti kota mati.

Ketika wabah penyakit Virus Corona mulai sampai ke Indonesia. Perintah isolasi diri selama 14 hari diinstruksikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Sekolah-sekolah diperintahkan tutup, anak anak belajar di rumah melalui bantuan jaringan internet, para guru dan pegawai ditugaskan bekerja dari rumah, dan kegiatan-kegiatan kerumunan, serta keramaian yang memungkinkan dapat menjadi sebab penularan Virus Corona, dibatalkan dan dilarang.

Masyarakat di daerah iklim hangat sangat berbeda dengan iklim dingin. Instruksi bahaya wabah dari pemerintah diterima dengan tenang dan santai. Aktivitas di jalan raya masih tetap padat, tukang ojeg online masih beroperasi dan bercanda ria menjaga hubungan mereka tetap hangat. Shalat berjamaah di beberapa tempat masih tetap berlangsung sekalipun fatwa dari otoritas agama Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah diinstruksikan untuk sementara dihentikan. Acara pernikahan masih tetap berjalan dan undangan pun masih berdatangan. Anak-anak remaja masih berboncengan berdua-duaan dengan mesra, seperti sedang tidak terjadi serangan wabah penyakit Virus Corona yang bisa membuat negara lumpuh. Acara peringatan hari besar keagamaan pun tetap berlangsung meriah.  

Ulama besar yang sudah khawatir dengan kondisi wabah penyakit dapat menyebar, terus mengingatkan umatnya untuk mematuhi apa yang dianjurkan oleh pemerintah. Namun upaya tersebut terlihat mengalami kegagalan karena di lapangan tidak terjadi kesepahaman. Larangan shalat berjamaah dan mengurung diri selama 14 hari dianggap sebagai tindakan tidak masuk akal dan telah mengganggu kehangatan mereka dalam berekstravaganza bersama teman-teman dan Tuhannya.  

Budaya masyarakat di daerah garis lintang selatan memang terlihat santai dalam menghadapi permasalahan. Pengaruh iklim terlalu kuat memengaruhi prilaku masyarakat di lintang selatan. Perlu tindakan ekrtavaganza. Solusi menghindari wabah dengan mengisolasi diri 14 hari di rumah mungkin hanya salah satu alternatif dalam menghadapi wabah penyakit Virus Corona. Solusi lainnya adalah menyediakan tenaga-tenaga medis dengan merekrut relawan-relawan di seluruh pelosok dan menyediakan rumah-rumah sakit dadakan darurat dari tenda-tenda di setiap puskesmas untuk antisifasi menampung banyak penduduk yang terkena wabah.

Persiapan ekstrim dalam menjaga wabah akan membantu sosialisasi kepada masyarakat di iklim hangat menjadi tampak serius. Pola-pola ini akan ikut membantu masyarakat iklim hangat mengerti bahwa apa yang sedang mereka hadapi sangat serius dan berbahaya. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat santai, tetapi bukan tidak punya kepedulian terhadap masalah yang dihadapinya.

Karatkeristik masyarakat iklim dingin dan iklim hangat berbeda. Jadi masalahnya bagaimana metode memberikan pemahaman sebuah permasalahan kepada mereka supaya terkomunikasikan dengan cepat. Jika pada masyarakat iklim dingin yang sangat personal satu kali instruksi masalah dapat cepat dipahami, namun pada masyarakat iklim hangat masalah dapat diselesaikan dengan beberapa alternatif instruksi, bersifat gerakan massal, dan harus dibuat ekstrim.

Namun demikian apa pun yang dilakukan pemerintah dalam menangani sebuah kasus terkait dengan citra negara di dunia internasional, terutama kepentingan pertumbuhan ekonomi yang sedang jadi ukuran perkembangan negara di abad ke-21 sekarang. Peran pemerintah yang super kreatif menjadi faktor penting untuk mengelola masyarakat iklim hangat yang selalu kreatif mencari kehangatan. Wallahu’alam.

(Head Master Trainer Logika Tuhan)


Daftar pustaka
Khaldun, I. (2002) Mukaddimah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Mulyana, D. (2010) Komunikasi Linta Budaya. Bandung: Rosdakarya.

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...