Sunday, January 29, 2023

MATA PELAJARAN AGAMA PALING SULIT SEDUNIA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Setelah mengamati kegiatan pendidikan selama 23 tahun, penulis melakukan refleksi. Menngungkap semua pengalaman yang telah di alami tentang bagaimana implementasi pelajaran agama di sekolah. Jumlah mata pelajaran di SMA kurang lebih 16 Mata Pelajaran, pendidikan agama mejadi mata pelajaran wajib sebanyak 4 jam per minggu.

Pada umumnya, semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas lebih banyak pada ranah kognitif, dengan kemampuan penalaran tingkat rendah. Pembelajaran agama pada akhirnya menjadi pelajaran kognitif rendah. Doktrin ajaran agama berulang dari sekolah dasar hingga pendidikan menengah. Pendidikan agama kadang tidak memperhatikan perkembangan psikologi kognitif peserta didik. Di tingkat pendidikan menengah agama seharusnya diarahkan pada pemahaman konsep, dibarengi dengan pengukuran sikap dan praktek. 

Pendidikan agama di lapangan jika diamati, materi-materi yang diajarkan kecenderungannya lebih pada pengajaran tentang pengetahuan hidup akhirat, yang tidak diberengi dengan penekanan pada praktek di kehidupan sehari-hari. Praktek di level siswa SLTA, kecenderungan pada praktek pendekatan ritual seperti memandikan jenazah, bacaan doa, dan hukum-hukum fiqih yang kaku dalam praktek ritual beribadah. Kadang pula, antara siswa SD, SLTP dan SLTA perbedaannya tipis.

Praktek pengajaran agama seharusnya beriteraksi dengan praktek berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, praktek shalat adhuha 12 rakaat di level SLTA, tidak berhenti pada praktek ritual shalat. Ada beberapa hal yang bisa dilihat dari praktek shalat dhuha 12 rakaat di SLTA, yaitu perkembangan kognitif siswa setelah melakukan disiplin dhuha 12 rakaat tiap hari.

Perkembangan kognitif siswa pada saat praktek ritual ibadah, dapat dilihat kasat mata dari kedisiplinan siswa dalam melaksanakan ritual shalat. Kedisiplinan adalah dasar pendidikan yang mengajarkan pada siswa tentang menghargai dan mengelola waktu dengan efektif dan efisien. Menilai kedisiplinan dan penghargaan waktu pada kegiatan shalat dhuha di SLTA, bisa jadi alternatif alat evaluasinya. 

Selain, itu alat evaluasi shalat dhuha 12 rakaat di SLTA bisa dengan melakukan pengecekkan terhadap efek psikologis pada diri siswa. Untuk pengecekkan secara psikologis, guru-guru secara kolaboratif bisa membuat kuesioner untuk survey kepada siswa. Pengolahan data bisa menggunakan teknologi informasi, dan laporannya bisa dibuat personal kepada masing-masing siswa tidap bulan atau per triwulan. 

Evaluasi alternatif yang lainnya adalah pengecekkan terhadap kondisi ekonomi ekonomi siswa di keluarga. Kondisi ini bisa dicek melalui pengaruh kondisi ekonomi keluarga siswa selama rentang melaksanakan shalat dhuha 12 rakaat. 

Di akhir semester atau akhir tahun pelajaran, penilaian bisa dilakukan dengan melihat tanggapan dan pendapat siswa melalui kegiatan menulis refleksi pengalaman selama rentang waktu tertentu sampai waktu tertentu yang dilakukan siswa secara mandiri. Hasil refleksi bisa dikategorisasi berapa yang positif dan berapa yang negatif. Selanjutnya, karya tulis hasil dari refleksi siswa dikelompokkan dalam beberapa kategori, seperti psikologi, sosial, ekonomi, dan prestasi siswa. Hasil tulisan refleksi terbaik kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku ontologi karya siswa. Pada akhir tahun, karya siswa akan jadi portofolio dan bisa diekspos kepada orang tua siswa.  

pada prakteknya tentu tidak akan semua siswa melaksanakan shalat dhuha 12 rakaat secara konsisten. Namun demikian kita bisa mengukur bagaimana tingkat keyakinan siswa pada Tuhan bersumber pada data yang di dapat dari peserta didik. Siswa-siswa yang sudah berani melakukan dhuha 12 rakaat adalah siswa-siswa berprestasi tinggi. Mereka bisa memiliki keyakinan dengan kuat pada Tuhan, padahal wujud Tuhan tidak ada karena ghaib. 

Inilah pelajaran paling suslit di dalam pelajaran agama, yaitu melatih siswa untuk meyakini sesuatu yang tidak terlihat tetapi guru harus berusaha meyakinan bahwa Tuhan Yang Ghaib tidak terlihat itu ada. Dia maha kuasa, mengatur segala urusan makhluk di langit dan di bumi. Dia maha pemurah, pengampun, dan pemaaf, dan bisa menyelesaikan segala masalah hidup manusia, dan bisa memenuhi segala keinginan manusia. 

Maka dari itu pelajaran yang paling sulit dari mengajarkan agama yaitu memberi contoh kepada siswa, bahwa guru yang mengajarkannya memang memiliki keyakinan yang teguh tak tergoyahkan pada Tuhan, sehingga tercermin dan ketekunan, kedisiplinan, dalam melaksanakan praktek program shalat 12 rakaat tiap hari.***


Saturday, January 28, 2023

MANUSIA BERTAKWA TERNYATA MANUSIA BERKELAS DUNIA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Terminologi takwa yang sering dijelaskan para pemikir (ulama) terdahulu jika disimak terlalu umum. Takwa di definisikan sebagai prilaku menjauhi larangan Allah dan melaksanakan segala perintah Allah". Definisi ini tidak secara substansial menyebutkan larangan yang mana dan perintah yang mana. Bertaburan pemikiran dan pendapat tentang mana yang dilarang dan mana yang diperintahkan Allah. Perlu dijelaskn secara sumbstansial apa yang dimaknsud dengan takwa. 

Sementara Allah mengukur kualitas manusia dari ketakwaannya. Dunia pendidikan harus meneliti secara didaktif apa makna dasar dari takwa. Secara etimologi takwa adalah "menjaga diri dari segala yang membahayakan atau membawa kerusakkan". Untuk kepentingan dunia pendidikan, prilaku bertakwa kepada Tuhan mana yang perlu diupayakan agar ketakwaan tetap terpelihara. 

Dibutuhkan pengetahuan tentang sifat-sifat dasar manusia yang mana yang perlu mendapat porsi perhatian lebih agar manusia tetap bertakwa kepada Tuhan. Pengetahuan manusia sangat terbatas, dan akan merasa kesulitan jika semua perintah Allah harus diingatnya dan dilaksanakan. Tentunya Allah memberi pengetahuan tentang sifat-sifat mana yang harus terpelihara dari diri manusia agar manusia tetap bertakwa. 

Manusia bertakwa ternyata manusia berkelas dunia,
yang menjaga keyakinan pada Tuhan dan menjaga kekeluargaan antar umat manusia.

"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa". (Al Baqarah, 2:63).

Menurut penulis ada dua point penting yang harus dijaga agar manusia tetap bertakwa. Dua point penting ini dapat dilihat dari praktek dalam kehidupan nyata. Ketakwaan bukan hanya ukuran dalam pikiran dan hati, tetapi harus terlihat pada dimensi faktual. 

Pertama, "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa" (Thahaa, 20:132).

Shalat memiliki dua dimensi yaitu ritual dan faktual. Sekurang-kurangnya ketakwaaan manusia pada Tuhan yaitu dengan melaksanakan shalat dalam bentuk ritual, beridir, ruku, dan sujud. Ritual shalat jika kita konversi pada materi, merupakan wujud ketakwaan paling mudah karena tidak menuntut pengorbanan materi. Ritual shalat adalah bukti kemurahan Tuhan kepada manusia jika ingin dipandang sebagai manusia bertakwa. 

Dunia pendidikan, minimal harus mengajarkan bagaimana caranya ritual shalat agar tetap dilakukan oleh siswa. Ritual shalat adalah benteng ketakwaan siswa kepada Tuhan. Di level SLTA Ritual shalat adalah kegiatan melatih mental siswa untuk selalu berharap pada Tuhan Yang Ghaib Yang Kekal Abadi. Harapan yang digantungkan pada yang Kekal Abadi, akan melahirkan karakter-karakter manusia tangguh, optimis tanpa batas.

Kedua, ukuran praktek dari manusia-manusia bertakwa adalah bersikap dermawan, dibuktikan dengan kepemilikan suka menolong dalam kebaikan dan cenderung pada hidup damai dalam suasana kekeluargaan. Kesejahteraan umat manusia dapat terjadi jika antar golongan, suku, bangsa, dan negara, saling membantu. 

Menjaga hubungan kekeluargaan tidak diukur dari geneologis sebatas tujuh turunan, tetapi Allah menghendaki menjaga kekeluargaan antar sesama umat manusia. Dalam dimensi hubungan antar bangsa, Al Quran memberi informasi lebih general dalam hubungan kekeluargaan universal yaitu hubungan antar bangsa. Informasinya bisa diidentifikasi dari ayat di bawah:

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (Anisaa, 4:1).

Awal kata dari ayat ini, Allah menyeru pada manusia. Hal ini menandakan bahwa seruan menjaga kekeluargaan bersifat universal kepada umat manusia. Al Quran jika dijadikan rujukan berpikir, mengajak manusia-manusia general, inklusif, untuk kemanusiaan. Kualitas orang-orang bertakwa ternyata manusia berkelas dunia yang bisa menjadi berkat rezeki bagi umat manusia.*** 




Friday, January 27, 2023

SIFAT DASAR MANUSIA PEMBELAJAR SEPANJANG HAYAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Adam dijadikan oleh Allah sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat. Kata pembelajar sepanjang hayat telah dikemukakan para ahli pendidikan. Pada artikel ini, penulis hanya ingin mempertegas kembali dari mana dasar filosofi kalimat belajar sepanjang hayat berasal. 

"Tokoh yang mempopulerkan Belajar Sepanjang Hayat atau Life Long Education adalah John Dewey. Dewey mengatakan, "life long education is in unility in all life". Selanjutnya Paul Lengrand  mempopulerkannya dengan  menulis buku berjudul, "Introduction to Life Long Education". Selanjutnya UNESCO mengampanyekannya ke seluruh dunia (Yusuf, 2012).

Tulisan ini hanya ingin menambahkan wawasan alternatif pembaca bahwa konsep belajar sepanjang hayat, bersumber pada penjelasan dalam Al Quran. Penjelasannya bisa disimak pada saat Allah berkehendak menjadikan khalifah di muka bumi, yaitu Adam. Malaikat berpendapat bahwa makhluk yang akan dijadikan khalifah oleh Allah adalah makhluk yang senantiasa berbuat kerusakan.

Pendidikan adalah upaya menjaga, membimbing, memelihara, menuntun, peserta didik
agar menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat.

Lalu Allah menjelaskan bahwa makhluk yang akan dijadikan khalifah di muka bumi ini telah diberi kemampuan oleh Allah sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat. "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Albaqarah, 2:31). 

Kata "mengajarkan nama-nama seluruhnya" atau "wa'allama adamal asmaa a'kulaha" adalah penerangan Allah pada sifat Adam. Keterangan Allah mengajarkan nama-nama seluruhnya kepada Adam, dapat ditafsir sebagai kehendak Allah yang tidak berkesudahan. Selama anak-anak Adam ada, maka Allah konsisten senantiasa mengajari Adam. Pada faktanya manusia dari tahun ke tahun, abad ke abad terus belajar menemukan pengetahuan dan teknologi untuk menyelesaikan masalah hidupnya.

Atas dasar kemampuannya sebagai makhluk pembelajar, manusia selalu terus berubah dalam hidupnya. Dimanapun, kapanpun, manusia pada hakikatnya belajar. Di keluarga, di masyarakat, di sekolah, dimanapun manusia, dia belajar dari pengalaman hidupnya. Hakikatnya Allah sudah memberi potensi pembelajar sepanjang hayat kepada manusia sejak awal dicijadikannya Adam. 

Manusia sebagai makhluk pembelajar dalam hidupnya pasti terus mengalami perubahan. Perubahan dapat dilihat dari penemuan-penemuan teknologi yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jadi bukan karena faktor sosiologi, ekonomi, budaya, atau politik yang membuat manusia belajar sepanjang hayat, tetapi karena manusia sudah memiliki sifat dasar sebagai pembelajar sepanjang hayat.  

Dengan memahami sifat dasar manusia sebagai pembelajar sepanjang hayat, maka dunia pendidikan adalah dunia spiritual tinggi. Manusia-manusia pengajar adalah manusia utusan Allah, yang tugasnya menyampaikan kebenaran-kebenaran dari Allah. Tugas pengajaran, disampaikan kepada para Nabi dan Rasul kemudian diteruskan oleh para pengajar menyebar ke seluruh dunia. Untuk itulah para pengajar, ilmuwan, ulama, adalah pewaris Nabi yang bertugas menjaga agar manusia tetap menjadi sosok pembelajar sepanjang hayat.

Dengan demikian, esensi dari pendidikan adalah menjaga sifat dasar manusia sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat tetap terpelihara. Sebab dalam diri manusia ada sifat-sifat berlawanan dengan sifat pembelajar yaitu perusak dan penumpah darah. Sifat-sifat pembelajar sepanjang hayat dapat dilihat dari terpeliharanya budaya membaca di masyarakat. "Bacalah atas nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al Alaq, 96:1). Membaca atas nama Tuhan, jauh lebih bermoral dari pada sekedar membaca dengan nama Tuhan. 

Esensi dari pendidikan yang tidak boleh ditinggalkan adalah memelihara kesadaran manusia tetap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sangat cerdas dalam membuat ideologi negara. Para pendiri bangsa Indonesia menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negara yang pertama. Pancasila adalah dasar filosofi negara yang dilandasi dari pemikiran Al Quran. 

Fazlur Rahman (dalam Yusuf, 2012) mengatakan pusat kepribadian manusia adalah takwa. Sesuai dengan informasi dari Al Qur'an, "...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujuraat, 49:13). 

Jadi esensi pengajaran berpusat pada menjaga ketakwaan manusia agar tetap berpegang teguh pada  kepada pengajaran Tuhan menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat. Bidang-bidang ilmu yang ditemukan manusia, bukan sekedar untuk menyelesaikan permasalahan hidup, tetapi harus tetap dibarengi dengan menemukan kebesaran-kebesaran Tuhan Yang Maha Mengetahui rahasia langit dan bumi, agar sifat-sifat takwa atau pembelajar sepanjang hayat tetap terpelihara. 

Jadi, pendidikan adalah upaya menjaga, membimbing, memelihara, menuntun, peserta didik agar menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat, dengan terus membuktikan kebenaran-kebenaran ayat-ayat Tuhan yang bertebaran di alam semesta. Manusia, pembelajar sepanjang hayat adalah sebaik-baiknya manusia dihadapan Allah.***


Sunday, January 22, 2023

Amazing Pengaruh Bacaan Al Quran Pada Murid...

Oleh: Toto Suharya

Di SMAN 15 Bandung, telah dikembangkan program pendidikan karakter religius. Program shalat dhuha 12 rakaat dilakukan telah genap satu tahun setiap hari, mulai jam 6.45 sampai 7.25 pagi.

Sebelum shalat dhuha 12 rakaat, guru dan siswa bergantian membacakan ayat suci Al Quran. Surah Al Waqiah setiap hari mengalun diperdengarkan pada siswa. 

Setiap hari sound system di Gedung Hanggar Harapan, suara alunan ayat suci Al Quran menggema memenuhi ruangan Hanggar Harapan. 

Siswa-siswa berdatangan dan duduk mendengarkan alunan ayat-ayat suci Al Quran. Aktivitas ini berjalan setiap hari tanpa ada hari terlewatkan. Mengapa ini dilakukan, berikut penjelasannya.

Dikutif dari Jurnal Psymphatic karya Very Julianto dkk. 2014, dijelaskan hasil riset tentang memperdengarkan bacaan Al Quran dan efeknya terhadap psikologi yang mendengarkan.

Penelitian Julianto, dkk. (2014) menemukan bahwa mendengarkan murotal Al Quran dapat tingkatkan konsentrasi. Kajian ilmiah ini bisa menjadi dasar program dikembangkan.

Dr. Al Qadhi (Syakir, 2014), melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan, isi ayat Al Quran.

“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. 7:204)”.

Hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al Quran, baik mereka yang bisa berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan psikologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.

Dari hasil uji cobaannya ia berkesimpulan, bacaan Al Quran berpengaruh besar hingga 97% dapat melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Setidaknya inilah alasan mengapa membaca Al Quran dilakukan sebelum belajar.

Dalam Konferensi Kodekteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984 disebutkan, Al Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan di Boston. Hasilnya sungguh luar biasa.

Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Mereka diperdengarkan Al Quran.

Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al Quran.

Penelitian yang dilakukan se-banyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al Quran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al Quran.

Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al Quran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an(Syakir, 2014).***


Sumber Jurnal: 
Julianto, V., Dzulqaidah, R. P., & Salsabila, S. N. (2014). Pengaruh mendengarkan murattal Al Quran terhadap peningkatan kemampuan konsentrasi. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi1(2), 120-129.


Melalui Program Nabung Saham, Indonesia 2045 Jadi Super Power

Oleh: Toto Suharya

Program nabung saham di SMA/SMK merupakan upaya dunia pendidikan menjawab tantangan zaman. Kurikulum merdeka memberi kebebasan kepada sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Program nabung saham adalah inovasi program pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional.

Di SMAN 15 Kota Bandung, Program nabung saham sudah dilaunching sejak Januari 2021. Program ini pada awalnya kurang mendapat sambutan karena literasi tentang saham mayoritas minim. Namun seiring dengan waktu, program terus berjalan melalui proyek kolaboratif, dan pendekatan-pendekatan personal pada guru dan murid. Beberapa guru dan murid yang sudah terbuka pemahamannya tentang saham mereka mulai menabung saham dengan belajar mengelola risiko yang dihadapi masing-masing. 

Latar belakang lahirnya program nabung saham di sekolah disebabkan beberapa faktor antara lain; perkembangan teknologi informasi dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi nasional dan global akibat teknologi informasi. Ketertinggalan jumlah investor Indonesia dibanding dengan Malaysia, Amerika, Singapura, dan China. 

Kemampuan literasi finansial masyarakat Indonesia rendah adalah fakta. Di masyarakat, marak kasus-kasus penipuan investasi bodong melalui media teknologi informasi. Pinjaman layanan cepat melalui media internet, akhirnya masyarakat rawan terjebak utang. Mental bangsa kita terlalu lama dibuai dengan mental utang. Literasi finansial rendah selalu terjebak dengan utang. 

Penulis mengamati, program-program di dunia pendidikan jarang mengajarkan kemampuan bagaimana siswa bisa bertahan hidup dalam kemandirian. Tujuan pengajaran di sekolah bukan bertujuan membuat siswa mandiri dan terampil hidup, tapi sebatas mengikuti juknis dokumen kurikulum. Pendidikan kita telah lama kehilangan konteks, dan sampai sekarang masih terjadi. 

Kurikulum merdeka, bukan sebenarnya membahas kemerdekaan belajar, tetapi kekuatan pengawas pendidikan masih berada pada tataran ketaatan pada juknis. Apresiasi-apresiasi pada para insan pendidikan masih mengacu pada ketaatan juknis, bukan dilihat dari gagasan-gagasan pengajaran yang bisa menyelesaikan masalah bangsa. 

Selam 18 tahun siswa tidak bisa bernalar, masalah sampah tidak selesai-selesai, kemacetan di mana-mana, sungai-sungai dipenuhi sampah jadi penyebab banjir. Pendidikan kita tidak mengurai masalah. Dari hasil pendidikan sangat minim lahirkan generasi-generasi penyelesai masalah.

Nabung saham adalah usaha kecil di tingkat satuan pendidikan untuk melatih mental siswa. Mental superior mulai dari investasi kecil-kecilan di pasar modal dari uang jajan. Kecerdasan finansial diajarkan langsung melalui teori dan praktek nabung saham.  

Menabung saham, mengajarkan siswa berpikir visioner, dan mewujudkannya dengan praktek nabung saham secara konsisten. Menabung saham adalah pelajaran mental, mendorong siswa untuk optimis dan berani ambil risiko dengan menunda kenyamanan hidup untuk beberapa saat untuk menikmatinya di masa mendatang. 

Menabung saham bukan saja melatih mental optimis, produktif, dan visioner, pada siswa. Gerakan menabung saham jika program ini disosialisasikan di sekolah-sekolah, secara serentak mental generasi kita di masa mendatang akan berubah. Tahun 2045 generasi kita bisa jadi sangat cerdas secara finansial. Di tahun 2045 bangsa kita akan jadi generasi freedom finansial, dan negara kita akan berubah menjadi bangsa yang kuat secara finansial. 

Inilah kekuatan generasi milineal bangsa Indonesia. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) pada Tahun Ajaran (TA) 2017/2018 mencapai 27.205 sekolah. Angka tersebut terdiri atas 13.495 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 13.710 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Adapun jumlah SLTA terbanyak berada di Jawa Barat dengan jumlah 4.430 sekolah yang terdiri atas 1.584 SMA dan 2.846 SMK. Sementara jumlah SLTA paling sedikit terdapat di Kalimantan Utara (Kaltara), yakni hanya 87 sekolah, terdiri  atas 59 SMA dan 28 SMK. Sebagai informasi jumlah siswa tingkat SLTA sebanyak 9,69 juta murid yang terdiri atas 4,78 juta murid SMA dan 4,9 juta murid SMK (sumber: databoks.katadata.id).

Mengajarkan nabung di tingkat SLTA, signifikan dapat meningkatkan kekuatan ekonomi bangsa. Jika sebanyak 9,69 juta murid SMA/SMK setiap minggu nabung saham minimal Rp. 6000,00 dari uang jajan, maka di pasar modal akan masuk dana 58.140.000.000 rupiah. Jika perubahan mental ini berhasil digerakkan di satuan pendidikan SLTA, tahun 2045 bukan lagi halusinasi, kita akan jadi bangsa dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. 

Investasi terbesar pada program nabung saham bukan pada jumlah dana yang terkumpul di pasar modal, tetapi perubahan mental generasi milenial yang akan mewarisi bangsa Indonesia di tahun 2045. Melalui nabung saham, mental entrepreneur seperti wawasan luas, kreatif, berani hadapi risiko, survival, dan mandiri, bisa dimiliki para murid. Bisa dibayangkan jika mental investor berhasil dimiliki bangsa Indonesia, maka Indonesia seperti raksasa bangun tidur. Dunia akan tunduk dan mulai mengakui bangsa Indonesia sebagai bangsa super power.

Bangsa Indonesia telah lama dikenal punya mental survival tinggi. Kurang lebih 350 tahun, bangsa Indonesia pengalaman hidup dalam tekanan, diskriminasi, kelaparan, dan penganiayaan. Selama 350 tahun optimisme merdeka tidak hilang, "mati satu tumbuh seribu". Sekarang jiwa survival tinggal kita lanjutkan dengan berjuang mewujudkan Indonesia Super Power 2045 dengan praktik kecil yaitu nabung saham dari uang jajan.

Kekuatan kedua yang dimiliki bangsa Indonesia adalah religiusitas. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah dasar negara yang tidak ada di di negara manapun. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mempersatukan seluruh pemeluk agama di Indonesia. Kekuatan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kekuatan yang membuat bangsa Indonesia selalu optimis tanpa batas, mampu bertahan dalam kondisi sulit, bersabar dalam segala kondisi, dan kreatif. Kekuatan bangsa yang didukung oleh keyakinan pada Tuhan dari warganya adalah kekuatan yang tidak akan terkalahkan.***




BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...