Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Mr. Wouter dari Global Peace Foundation mengatakan untuk membentuk karakter seorang pemimpin, kita dapat belajar dari filosofi bambu. Bambu punya karakter sebelum menumbuhkan batangnya yang tinggi, dia membuat akar yang kokoh. Akar yang kokoh dibangun secara bertahap, berkelanjutan dan dibentuk dalam sebuah kelompok. Hal ini sebenarnya adalah pesan dari Al Quran.
Dalam kepemimpinan, membangun akar yang kokoh seperti membangun prinsip-prinsip hidup yang harus tumbuh dalam diri seorang pemimpin. Prinsip-prinsip hidup seorang pemimpin harus dibentuk sejak dini, ditanamkan, kemudian dipelihara dalam sebuah komunitas yang sama-sama punya komitmen menumbuhkan jiwa-jiwa kepemimpinan. Begitulah cara bambu, membentuk karakter pemimpin.
Batang bambu banyak manfaatnya bagi kehidupan. Sifatnya yang elastis dapat dibentuk menjadi apa saja. Inilah sifat seorang pemimpin yang harus ditiru dari pohon bambu. Pemimpin yang banyak manfaatnya bagi kehidupan masyarakat. Pemimpin harus punya kemampuan beradfatasi tinggi, fleksible thingking, sehingga bisa menjadi pengayom bagi masyarakat.
Jiwa kepemimpinan ada pada diri setiap orang. Ketika lahir manusia sudah diberi potensi menjadi seorang pemimpin. Mr. Wouter mengatakan, "the leader has no age". Artinya kepemimpinan tidak mengenal usia. Menjadi seorang pemimpin tidak perlu menunggu tua. Pendidikan sejak dini harus melatih murid-murid untuk memiliki kompetensi seorang pemimpin.
Menyimak pernyataan Mr. Wouter, saya teringat pada hadis Rasulullah SAW. "Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalian semua adalah pemimpin dan akan di mintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.'” (HR Bukhari dan Muslim). Hadis ini, dalam bahasa Mr. Wouter adalah the leader has no age, karena menurut hadis semua orang adalah pemimpin.
Dan Kami Allah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar mereka berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (QS. Anbiya:73).
The leader has no age, karena setiap orang terlahir sebagai pemimpin
“Aku wasiatkan kalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat kepada pemimpin walaupun ia seorang hamba sahaya habasyah” (HR. At Tirmidzi). Kompetensi bagaimana menjadi seorang pemimpin, dan mentaati pemimpin menjadi ajaran penting dalam ajaran Islam.
“Para fuqaha telah berijma’ akan wajibnya menaati penguasa yang menang (dengan senjata) dan berjihad bersamanya. Dan bahwa menaatinya lebih baik dari memberontak kepadanya. Karena yang demikian itu lebih mencegah terkucurnya darah dan menenangkan kekacauan” (Fathul Baari 13/7).
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144).
Ajaran Islam tidak menekankan pada bagaimana seseorang pemimpin saja, tetapi mengajari pula bagaimana menjadi seorang rakyat yang baik. Rakyat-rakyat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik. Sebagaimana batang bambu, mampu menahan terpaan badai angin, karena batang bambu tumbuh dari kelompok akar batang yang kokoh. Artinya, membentuk pemimpin yang kuat, harus diwujudkan dengan membentuk masyarakat yang baik.
Upaya Global Peace Foundation dalam mewujudkan perdamaian dunia melalui pembentukkan karakter pemimpin pada murid-murid, relevan dengan misi ajaran Islam. Dalam kisah hidup Nabi Muhammad SAW, akhir dari perjuangan kenabian Nabi Muhammad SAW ditandai dengan pembebasan Mekkah. Kisah pembebasan Mekkah dikenang sebagai masa pengampunan massal, karena Nabi Muhammad melarang setetes pun darah tertumpah.***