Sunday, August 27, 2023

MENGAJAR ATAU DAKWAH BUKAN MENGAJARI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Dakwah atau mengajar bukan mengajari orang supaya mengikuti kebenaran yang kita yakini. Dakwah atau mengajar adalah menjelaskan sebuah perkara agar orang-orang bisa mengerti duduk perkaranya. Dengan demikian para pendakwah atau pengajar, akan membuka diri pada pandangan orang lain. Maka dengan demikian, dakwa atau mengajar di era informasi menjadi sebuah proses dialogis.

Metode-metode mengajar monolog akan sulit mendapat perhatian, karena bisa jadi apa yang kita jelaskan sudah banyak orang yang mengetahuinya. Jika dakwah atau pengajaran, menjelaskan sesuatu yang sudah banyak diketahui orang, atau berulang-ulang diulas oleh banyak orang, sudah pasti pengajaran tidak akan mendapat respon.

Mengajar bukan untuk mencari folower atau golongan pendukung. Mengajar adalah membantu memberi penjelasan. Dalam memberi penjelasan, pendekatan-pendekatan rasional harus dikembangkan, karena setiap orang punya akal. Akal bekerja dengan pemahaman, dan pemahaman yang dimiliki seseorang apabila mereka mengetahui sebab atau mengetahui akibat. 

Mengajar adalah memberi kabar gembira kepada mereka yang taat kepada Tuhan. Mengajar bukan menyenangkan salah satu kelompok karena mengajar di lingkungan kelompok tertentu. Mengajar adalah memberi bekal alat agar para pelajar bisa mengembangkan ilmunya sendiri.

Tablig akbar adalah cara mengajar yang murah dan efektif dari segi pendanaan, dibanding dengan mengajar dalam jumlah terbatas di ruangan. Tablig akbar bisa menghadirkan puluhan ribu orang sekaligus tanpa mengeluarkan biaya konsumsi bagi yang hadir. Namun tablig akbar yang sifatnya monolog menjadi tidak efektif setelah hadirnya media informasi. Sekarang metode tablig akbar sudah ketinggalan zaman, karena bisa menimbulkana berbagai permasalahan seperti kemacetan, penumpukkan sampah, dan risiko kecelakan. 

Metode mengajar atau dakwah dengan media sosial menjadi sangat efektif dan efisien untuk dikembangkan di abad ini. Dakwah di media sosial mennuntut para guru, ustad, terus menggali kreativitasnya, yang paling utama adalah kreativitas tema dan metode penyampaian. Berbagai bidang bisa dimasuki sebagai bagian pengajaran. Dengan kehadiran media informasi, kemandirian masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan harus disadarkan. 

Pengajaran selain menyampaikan penjelasan berbagai fenomena kehidupan dari sudut pandang keilmuan, juga mengajarkan bagaimana tata cara pengembangan keilmuan, sebagaimana seorang ilmuan dalam mengembangkan ilmu. Keberanian masyarakat untuk mengemukakan pendapat melalui berbagai media informasi, harus dibarengi dengan pemahaman tentang kerangka berpikir ilmiah dan terpercaya.***

 

Metode Sederhana Memahami Al Quran?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Metode membaca Al Quran sudah banyak dikembangkan dan berhasil. Namun metode memahami Al Quran masih cenderung elitis, rumit, dan sulit. Padahal Al Quran wahyu dari Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad. Kini Al Quran dikumpulkan dalam mushaf dan tersebar di seluruh dunia. Para penghafal Al Quran menjaga keaslian teksnya. Sebuah keajaiban dunia, tidak ada kitab suci yang bisa dihafal kecuali kitab suci Al Quran.

Metode takwil dalam memahami Al Quran telah diakui oleh para ulama. Pengajaran dalam memahami isi kandungan Al Quran dinilai sangat kurang, apalagi di pendidikan umum. Pengajaran agama yang menyangkut Al Quran sebatas mengajarkan pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan pada ulama terdahulu. Sedangkan metode bagaimana memahami Al Quran tidak diberikan. 

"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)" (Thahaa, 20:1-3).

Allah telah menjelaskan Al Quran tidak membuat susah, dan sebagai bahan pengajaran. Sebagai wahyu, Al Quran diturunkan untuk semua orang sebagai bahan pelajaran. Dengan jargon "ilmu untuk semua", umat Islam harus diajari bagaimana memahami Al Quran. 

Dengan teknologi informasi, berbagai tafsir, pemahaman, tentang ayat-ayat Al Quran mudah ditemukan. Pemalsuan dan pemahaman menyimpang tentang Al Quran dapat dengan mudah ditemukan. Pemikiran-pemikiran terkait kajian Al Quran dapat didiskusikan melalui media informasi. 

Metode takwil adalah salah satu cara dalam memahami kandungan Al Quran. Dijelaskan, metode takwil adalah memahami Al Quran melalui kiasan, simbolik, atau rasional. Penulis menemukan makna takwil dalam Al Quran diartikan dengan bukti. Kebenaran Al Quran yang dapat dibuktikan secara rasional, bisa jadi cara sederhana bagi mereka yang ingin belajar memahami kandungan Al Quran. 

Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran (Al-Qur'an) itu. Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang sebelum itu mengabaikannya berkata, “Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?” Mereka sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri dan apa yang mereka ada-adakan dahulu telah hilang lenyap dari mereka. (Al A'raaf, 7:53).

Ayat-ayat Al Quran bisa dipahami dengan melakukan pembuktian-pembuktian. Proses pembuktian bisa dilakukan semua orang, dengan berbagai macam cara. Melakukan riset ilmiah, studi pustaka, atau dengan pengalaman. Sebagai contoh, seseorang bisa membuktikan kebenaran Al Quran dengan membuktikan kebenaran Al Quran sebagai berikut:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Al Israa, 17:7).

Untuk memahami kebenaran ayat ini, seseorang bisa melakukan kajian diri, pada pengalaman-pengalaman hidupnya. Berdasarkan ayat di atas, keburukan-keburukan yang terjadi pada diri seseorang dapat dipastikan akibat dari perbuatan buruk yang dilakukannya. Sebaliknya, kenikmatan-kenikmatan hidup di muka bumi ini akibat dari perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya. Pembuktian bisa dilakukan secara mandiri mengamati kehidupan pribadi dengan melakukan refleksi diri, memikirkan seluruh perjalanan hidup berdasar informasi ayat di atas. 

Pembuktian lainnya dapat dilakukan pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang sedekah. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah, 2:261).

Sedekah yang dikeluarkan akan mengandung timbal balik sampai 700 kali lipat. Melalui proses pembuktian dengan praktek sedekah, setiap orang bisa membuktikan apakah ayat ini mengandung kebenaran? 

Melalui metode takwil, memahami dengan membuktikan kebenaran ayat Al Quran, akan berdampak pada pemahaman merata pada setiap orang yang mau memahaminya. Metode sederhana ini, jika diajarkan di lingkungan pendidikan pada mata pelajaran agama, melalui metode proyek individual, diprediksi dapat meningkatkan pemahaman dan pendalaman tentang makna ayat-ayat Al Quran. 

Metode ini, saya takwil dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Terjadi pada kasus ketika Nabi Ibrahim memohon kepada Allah untuk membuktikan bagaimana Allah menghidupkan orang yang mati. Sebagaimana terkandung dalam surat di bawah ini:

 Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah, 2:260). 

Demikianlah metode takwil saya takwil dari Al Quran. Hanya Allah yang maha tahu. Semoga Allah melimpahkan ilmu yang berkah untuk kita semua.***





Monday, August 14, 2023

GURU WAJIB LAKUKAN INI SEBELUM MENGAJAR?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Kurikulum adalah seperangkat aturan dan bahan pembelajaran yang jadi pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan. Banyak teori dikemukakan oleh para ahli kurikulum dari berbagai belahan dunia dan dirujuk oleh berbagai negara sesuai dengan visi dan misi negara. Tidak ada yang menjamin teori mana yang terbaik untuk digunakan dalam suatu negara, karena setiap negara punya kebutuhan rancangan kurikulum masing-masing sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Kurikulum dalam perencanaan dan penerapannya membutuhkan pemahaman tentang sosial dan budaya dimana masyarakat tinggal. 

Indonesia adalah negara dengan landasan negara berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dasar negara menunjukkan kultur masyarakat Indonesia sebagai masyarakat beragama. Di dalam kurikulum pendidikannya, memasukkan unsur agama sebagai bahan pembelajaran. Maka dalam prakteknya, pengajaran agama di sekolah sangat mengedepankan sikap-sikap toleransi. Dalam sikap toleransi beragama, agama diajarkan sebagai pemandu moral masyarakat Indonesia dalam membangun negara damai dan sejahtera.

Sudah 78 tahun Indonesia merdeka, merupakan sebuah bukti bahwa bangsa Indonesia telah berhasil merawat kebangsaannya dalam bingkai perbedaan agama. Indonesia layak dijadikan sebagai negara demokrasi dengan kultur toleransi tinggi. Agama telah menjadi bagian penting dalam melahirkan masyarakat sejahtera di Indonesia. 

Ancaman dari masyarakat beragama adalah konflik yang dipicu akibat pandangan ekstrim dalam beragama. Kemajuan teknologi informasi, ikut andil dalam mendewasakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang lebih toleran untuk saling menghargai perbedaaan keyakinan. Tujuan semua agama pada konsep dasarnya adalah mengantarkan manusia pada kehidupan damai dan sejahtera. 

Agama layaknya digunakan untuk membangun sumber daya manusia yang punya tanggung jawab tinggi terhadap kehidupan bangsa damai sejahtera. Inti dari ajaran agama yang dimiliki setiap agama adalah membangun optimisme masyarakat untuk hidup lebih sejahtera. Praktek-praktek pendidikan yang dilandasi ajaran agama, diarahkan pada munculnya kesadaran masyarakat sebagai makhluk Tuhan yang harus saling bekerjasama untuk membangun kehidupan harmonis dan berkualitas tinggi. 

Pelibatan agama dalam pendidikan, menjadi generator perubahan dan optimisme para guru dan peserta didik untuk hidup damai sejahtera. Hidup damai dan sejahtera adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada sebuah negara. 

Praktik baik yang bisa dilakukan guru-guru dan peserta didik di sekolah adalah membangun optimisme, harapan, dan cita-cita dengan mengawali setiap awal pembelajaran dengan berdoa kepada Tuhan. Doa adalah inti dari seluruh ajaran agama. Doa kepada Tuhan berisi harapan-harapan baik dengan keyakinan hati dan pikiran. Semua umat beragama, dapat dipastikan dalam doanya mereka ingin hidup damai dan sejahtera. 

Doa juga berisi lantunan tentang permohonan pertolongan kepada Tuhan, agar usaha-usaha yang dilakukannya dalam pendidikan mendapat pertolongan Tuhan. Jika di awal pembelajaran setiap satuan pendidikan memiliki kebiasaan serentak bersama-sama melakukan doa, maka tidak menutup kemungkinan energi-energi yang mendorong prilaku positif akan menjadi bagian dari kultur sekolah.

Seperti kita sepakati, alam semesta ini punya hukum-hukum yang berlaku pasti sebagai bagian dari ketentuan dari Tuhan. Salah satu hukum yang diketahuai manusia dalam berbagai persepsi adalah adanya hukum tarik menarik atau the law of attraction. Apa yang dipikirkan, diucapkan, dilakukan, akan berdampak kembali pada pelakunya. 

Masaru Emoto membuktikan bahwa air yang diberi doa dapat memberi dampak pada air menjadi punya energi positif. Dapat dipastikan, jika setiap hari dalam satu sekolah, bersama-sama secara disiplin melantunkan doa-doa berisi permohohan hidup damai dan sejahtera, maka energi positif akan berkumpul menaungi lingkungan sekolah dan menjadi energi dahsyat yang dapat menghadirkan pola prilaku baik di lingkungan sekolah. 

Inilah program praktik baik yang dapat dilakukan di sekolah untuk melahirkan generasi-generasi cerdas berkualitas tinggi dan bermoral. Ajaran agama yang berbeda-beda tidak akan pernah habis diperdebatkan. Namun dengan kesamaan inti ajaran, agama bisa menjadi pemersatu dan penyejahtera kehidupan masyarakat dunia. 

Sesungguhnya Tuhan Maha Tahu apa yang harus dilakukan manusia. Keterbatasan pengetahuan manusialah yang membuat manusia selalu berprasangka buruk pada Tuhan. Padahal kalau disadari, pengetahuan manusia dibandingkan dengan setetes air dilautan, jauh lebih besar tetes air di lautan. Keterbatasan pengetahuan manusialah yang membuat manusia merasa dirinya lebih besar.

Semua manusia akan kembali kepada Tuhannya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kedzaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya  kedzalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kedzalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Yunus, 10:23).  Maka kelak dia akan mengetahui siapa sebenarnya orang-orang bodoh yang tinggal di bumi ini?***     



Friday, August 4, 2023

KOMPETENSI PENDIDIKAN MASAGI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Jepang adalah negara yang berhasil melakukan transformasi dari negara tertutup menjadi negara terbuka tanpa kehilangan jati dirinya. Sampai saat ini, Jepang menjadi contoh bagi negara-negara Asia untuk melakukan tranformasi budaya tanpa kehilangan jati diri. 

Secara historis budaya Sunda tidak kalah tua dengan peradaban-peradaban budaya di dunia. Nama-nam geografi yang mengandung nama Sunda, menjadi tanda bahwa Sunda bisa jadi peradaban besar yang pernah ada di dunia. Nama Sunda yang masih ada sekarang, adalah Suku Sunda yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Suku Sunda ditandai dengan penggunaan bahasa Sunda dalam bahasa pergaulan sehari-hari. 

Untuk menghidupkan kembali budaya-budaya Sunda, agar tidak punah, Provinsi Jawa Barat di bawah pimpinan Gubernur Ridwan Kamil menggagas konsep pendidikan dengan istilah "Sekolah Masagi". Dari 500 lebih sekolah jenjang menengah yang ada di Jawa Barat, kurang lebih 147 sekolah untuk mendapatkan sosialisasi tentang Sekolah Masagi. 

Budaya Sunda sudah mengenal tahapan-tahapan kehidupan. Budaya sunda sangat menekankan bahwa hidup adalah proses. Budaya berproses orang Sunda bisa dilihat dari cara pembuatan bentuk rumah, dimulai dari bentuk tagog anjing, badak heuay, jolopong, julang ngapak. Secara berurutan, bentuk rumah dari awal, menunjukkan bagaimana kondisi hidup orang Sunda, hidup menyesauikan dengan kebutuhan.  

Konsep Sekolah Masagi diperkenalkan sebagai sekolah yang menerapkan pendidikan khas Jawa Barat bersumber pada kearipan lokal Jawa Barat dengan istilah Pancaniti (lima niti), yaitu niti surti, niti harti, niti bukti, niti bakti, dan niti sajati. Dari konsep pancaniti ini, tim pengembang kurikulum Masagi mengembangkan konsep pendidikan berlandarkan pada filosofi Pancaniti. Dirangkum dari penjelasan tim pengembang kurikulum Masagi, dari filosofi Pancaniti dapat dikembangkan empat konsep pendidikan Masagi. 

Pertama, Pancaniti menunjukkan konsep kompetensi dasar yang harus dikembangkan untuk membangun manusia-manusia sempurna. Konsep surti berkaitan dengan pendidikan karakter, adab, atau akhlak. Konsep harti, berkaitan dengan kompetensi pengetahuan, dan kemampuan nalar tinggi. Konsep bukti, berkaitan dengan kompetensi keterampilan dan produk. Konsep bakti, berkaitan dengan kompetensi sosial, yaitu kemampuan berkomunikasi, dan bermanfaat bagi orang lain. Konsep sajati, berkaitan dengan kompetensi spiritual, ditandai dengan kedekatan, ketaatan, kebijaksanaan, dalam menjalankan perintah ajaran agama. 

Kedua Pancaniti mengandung konsep perkembangan psikologi dalam pengajaran. Niti Surti, pendidikan karakter dominan diajarkan pada pendidikan anak-anak usia dini dan dasar. Niti Harti dan Bukti, pendidikan keterampilan nalar dan produk dominan diajarkan di pendidikan menengah. Niti Bukti dan  Bakti, pendidikan produk dan pengabdian pada masyarakat dominan diajarkan di pendidikan tinggi strata 1. Niti Sajati, pendidikan tentang spiritual dan kebijaksanaan diajarkan dominan pada strata 2 dan 3. 

Ketiga Pancaniti mengandung tahapan proses pengajaran yang harus dilalui. Niti Surti; kegiatan refleksi, identifikasi masalah, asesmen diagnosis,  Niti Harti; analisis dan pemecehan masalah, Niti Bukti; menemukan soslusi atau produk, Niti Bakti, bermanfaat, relevan bagi kehidupan, Niti Sajati; penemuan nilai moral kehidupan. 

Ketiga Pancaniti, mengandung lima domain kecerdasan yang harus dikembangkan dalam diri seorang peserta didik. Ada lima domain yaitu, niti surti, kecerdasan emosional; niti harti; kecerdasan intelektual; niti bukti; keterampilan hidup, niti bakti; kecerdasan sosial; niti sajati; kecerdasan spiritual. 

Konsep pendidikan dalam Pancaniti sudah menggambarkan keluhuran budaya Sunda jika digali kembali bisa ditranformasikan menjadi budaya-budaya lokal yang hidup di zaman sekarang. Konsep Pancaniti dalam pendidikan terlihat sederhana dan Masagi (segi empat). Konsep Pancaniti digunakan oleh Gubernur Jawa Barat untuk menghidupkan budaya Sunda di kancah kehidupan era teknologi informasi. 


BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...