Saturday, May 4, 2024

KURANGI LOMBA-LOMBA DI DUNIA PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Menyimak perubahan paradigma pendidikan abad 21, arahnya sudah bergeser. Lomba-lomba yang diadakan di lembaga pendidikan sudah ketinggaalan zaman. Pendidikan sebagai juara lomba sudah usang dan tidak menyelesaikan masalah.

Juara-juara lomba sudah diraih oleh putra-putri terbaik kita, tetapi tidak signifikan menyelesaikan masalah. Penghargaan kepada mereka yang menjuarai lomba, telah mengalihkan fokus pendidikan pada pencapaian juara lomba, namun berbagai permasalahan yang kelak dihadapi anak-anak terabaikan.

Sumber daya mansia kita di tingkat internasional masih jauh tertinggal. Jumlah pengangguran berpendidikan masih tinggi. Produksi sampah meningkat belum tertangani. Daya beli masyarakat rendah karena penghasilan rendah. Penghasilan rendah karena keterampilan hidup rendah. Pertumbuhan teknologi informasi semakin cepat, namun pemanfaatan teknologi informasi secara produktif masih tertinggal.

Kehadiran teknologi informasi di negara-negara lain, dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai masalah. India dan China berhasil mengurangi kemiskinan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Teknologi informasi menjadi alat untuk meningkatkan produktivitas. 

Dunia pendidikan yang terlalu menghargai juara-juara lomba kadang abai terhadap masalah dasar yang sedang dihadapi bangsa. Dunia pendidikan harus diarahkan membangun karakter berbasis pada pemecahan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi. 

Dunia pendidikan harus memperkenalkan berbagai permasalahan serius akan dihadapi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari di mana mereka tinggal. Tujuan pendidikan harus menyadarkan anak-anak bahwa hidup yang dijalan oleh mereka sehari-hari mengandung masalah yang harus segera diantisifasi.

Masalah finansial merupakan masalah serius dihadapi setiap hari. Kesulitan ekonomi menjadi penyebab terjadinya perceraian dan berakibat pada pola asuh dan kebutuhan anak-anak di keluarga terabaikan. Di sekolah anak-anak dengan latar belakang keluarga cerai, cenderung mengalami masalah karakter. 

Perkelahian, penyimpangan seks, pencurian, perundungan, kekurangan gizi, stres, tidak punya cita-cita, malas belajar, ternyata sebagian besar terjadi pada anak-anak yang kurang mendapat perhatian di lingkungan keluarga.

Anak-anak yang lahir di lingkungan keluarga berada, mereka relatif manja, tidak punya semangat belajar, mudah menyerah, dan budaya baca rendah. Sekalipun dari lingkungan keluarga mampu, tapi tidak berbanding lurus dengan minat baca dan motivasi belajar tinggi. Rendahnya minat baca menjadi masalah umum di lingkungan keluarga dan pendidikan. 

Kebijakan pendidikan harus mengurangi penghargaan pada juara lomba-lomba. Kebijakan pendidikan harus dikembalikan pada tugas pokok pengajaran yaitu memberikan dan meningkatkan layanan pendidikan terbaik sesuai dengan perkembangan zaman. 

Setiap guru harus hadir membawa ilmu-ilmu terbaru yang sedang berkembang saat ini. Ilmu-ilmu terbaru dipertontonkan kepada anak-anak dengan merujuk pada sumber-sumber keilmuan yang dapat dipercaya. Ilmu-ilmu terbaru dihadirkan untuk membantu anak-anak menyelesaikan permasalahan hidup yang sedang terjadi pada diri mereka sekarang bukan nanti.

Pengajaran berbasis masalah dan proyek harus banyak digunakan untuk melatih kemampuan anak-anak berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah. Akhir dari pengajaran bukan untuk lomba, tapi sebagai bahan refleksi apakah anak-anak bisa beradaftasi dan memecahkan berbagai masalah yang sedang mereka hadapi. 

Sekolah harus melahirkan inovator-inovator sejak di sekolah. Melatih anak menjadi inovator harus dilakukan dalam setiap proses pengajaran. Prestasi-prestasi anak di sekolah dipublikasikan bukan melalui lomba, tetapi disajikan melalui dokumentasi praktik baik di media sosial milik sekolah. 

Penghargaan diberikan bukan sebagai juara lomba yang diusakan jadi juara, tetapi sebagai bentuk pengakuan. Penghargaan yang diusahakan melalui juara lomba, tidak melahirkan jiwa-jiwa murni pewirausaha. Sebaliknya, penghargaan yang diberikan dalam bentuk pengakuan, dilakukan melalui proses pengamatan panjang, berbasis data, dan observasi lapangan, untuk membuktikan yang diberi penghargaan bermanfaat bagi banyak orang. 

Oreintasi penghargaan dalam bentuk pengakuan akan mengalihkan sekolah pada pelayanan pendidikan, kosistensi, dan berkelanjutan dalam mengembangkan program. Sehingga hasil dari pendidikan betul-betul akan melahirkan karakter dan kemampuan, karena sekolah fokus mengembangkan program-program yang diunggulkannya sesuai visi dan misi. Ukuran penghargaan bukan pada capaian akhir tapi pada kualitas proses kesinambungan pendidikan.***

KURANGI LOMBA-LOMBA DI DUNIA PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Menyimak perubahan paradigma pendidikan abad 21, arahnya sudah bergeser. Lomba-lomba yang diadakan di l...