Saturday, March 18, 2023

PESAN AL QURAN DARI BAMBU

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Mr. Wouter dari Global Peace Foundation mengatakan untuk membentuk karakter seorang pemimpin, kita dapat belajar dari filosofi bambu. Bambu punya karakter sebelum menumbuhkan batangnya yang tinggi, dia membuat akar yang kokoh. Akar yang kokoh dibangun secara bertahap, berkelanjutan dan dibentuk dalam sebuah kelompok. Hal ini sebenarnya adalah pesan dari Al Quran. 

Dalam kepemimpinan, membangun akar yang kokoh seperti membangun prinsip-prinsip hidup yang harus tumbuh dalam diri seorang pemimpin. Prinsip-prinsip hidup seorang pemimpin harus dibentuk sejak dini, ditanamkan, kemudian dipelihara dalam sebuah komunitas yang sama-sama punya komitmen menumbuhkan jiwa-jiwa kepemimpinan. Begitulah cara bambu, membentuk karakter pemimpin.

Batang bambu banyak manfaatnya bagi kehidupan. Sifatnya yang elastis dapat dibentuk menjadi apa saja. Inilah sifat seorang pemimpin yang harus ditiru dari pohon bambu. Pemimpin yang banyak manfaatnya bagi kehidupan masyarakat. Pemimpin harus punya kemampuan beradfatasi tinggi, fleksible thingking, sehingga bisa menjadi pengayom bagi masyarakat.

Jiwa kepemimpinan ada pada diri setiap orang. Ketika lahir manusia sudah diberi potensi menjadi seorang pemimpin. Mr. Wouter mengatakan, "the leader has no age". Artinya kepemimpinan tidak mengenal usia. Menjadi seorang pemimpin tidak perlu menunggu tua. Pendidikan sejak dini harus melatih murid-murid untuk memiliki kompetensi seorang pemimpin. 

Menyimak pernyataan Mr. Wouter, saya teringat pada hadis Rasulullah SAW. "Dari Ibnu Umar RA, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalian semua adalah pemimpin dan akan di mintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.'” (HR Bukhari dan Muslim). Hadis ini, dalam bahasa Mr. Wouter adalah the leader has no age, karena menurut hadis semua orang adalah pemimpin.

Dan Kami Allah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar mereka berbuat kebaikan, melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (QS. Anbiya:73).

The leader has no age, karena setiap orang terlahir sebagai pemimpin

Aku wasiatkan kalian agar bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat kepada pemimpin walaupun ia seorang hamba sahaya habasyah” (HR. At Tirmidzi).  Kompetensi bagaimana menjadi seorang pemimpin, dan mentaati pemimpin menjadi ajaran penting dalam ajaran Islam.

“Para fuqaha telah berijma’ akan wajibnya menaati penguasa yang menang (dengan senjata) dan berjihad bersamanya. Dan bahwa menaatinya lebih baik dari memberontak kepadanya. Karena yang demikian itu lebih mencegah terkucurnya darah dan menenangkan kekacauan” (Fathul Baari 13/7).

Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144).

Ajaran Islam tidak menekankan pada bagaimana seseorang pemimpin saja, tetapi mengajari pula bagaimana menjadi seorang rakyat yang baik. Rakyat-rakyat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik. Sebagaimana batang bambu, mampu menahan terpaan badai angin, karena batang bambu tumbuh dari kelompok akar batang yang kokoh. Artinya, membentuk pemimpin yang kuat, harus diwujudkan dengan membentuk masyarakat yang baik. 

Upaya Global Peace Foundation dalam mewujudkan perdamaian dunia melalui pembentukkan karakter pemimpin pada murid-murid, relevan dengan misi ajaran Islam. Dalam kisah hidup Nabi Muhammad SAW, akhir dari perjuangan kenabian Nabi Muhammad SAW ditandai dengan pembebasan Mekkah. Kisah pembebasan Mekkah dikenang sebagai masa pengampunan massal, karena Nabi Muhammad melarang setetes pun darah tertumpah.***


LOGIKA ADALAH PEMBENTUK KARAKTER

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Supaya mudah, pengertian logika saya artikan dengan definisi berpikir sebab akibat. Berpikir sebab akibat sangat sederhana, contohnya saya makan karena lapar. Saya pergi ke toilet karena ingin buang air kecil. Cara berpikir atau belogika paling dasar adalah berpikir sebab akibat. Semua yang dilakukan orang berdasarkan perintah otak dengan pola sebab akibat. 

Penyebab berpikir sebab akibat menjadi kompleks tergantung pada pembendaharaan pengetahuan. Perbedaan perbendaharaan pengetahuan seseorang, menjadi sebab terjadinya perbedaan pendapat. Untuk menguji kebenaran pendapat didukung oleh beberapa faktor yang memengaruhinya. Pertama, kebenaran didukung oleh fakta primer dan variasi jumlahnya. Kedua, kebenaran didukung oleh otoritas, orang atau lembaga yang disepakati memiliki kewenangan. Ketiga, jumlah pendukung argumen yang banyak.  

Pengajaran karakter sumber dasarnya adalah pengetahuan. Logika-logika yang dibangun pada pendidikan karakter adalah tentang etika, moral, dan nilai-nilai. Pembentukkan karakter dibangun oleh pengetahuan tentang etika, moral, dan nilai-nilai. Pembentukkan karakter dibangun oleh pengetahuan etika, moral, dan  nilai, bersumber dari pengetahuan dari kitab suci, buku, tokoh, dan otoritas yang punya kredibilitas tinggi, dan pengalaman. 

Pengajaran pendidikan karakter biasanya dilakukan dengan cara pembiasaan. Namun demikian, perubahan karakter yang kelak terjadi bukan dilihat dari kebiasaan berprilaku sehari-hari, tapi terletak pada pembentuk pola pikir yang dibentuk di otak. Secara kasat mata, siswa melakukan hal baik secara berulang-ulang, tapi sesungguhnya siswa sedang membentuk pola tindak yang ada dalam otak. Para ahli neurologi mengatakan bahwa tindakan yang diulang-ulang, di dalam otak akan membentuk seperti jalan setapak yang sering dilalui.  

Jadi pembentukkan karakter yang sebenarnya bukan pada pembiasaan prilaku sehari-hari semata, tetapi pembentukan pola pikir di dalam otak. Siswa yang setiap hari disiplin tepat waktu, disiplin melaksanakan ritual doa, di dalam otaknya akan terbentuk pola pikir didukung berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang dia dapatkan dari pengalaman yang dia lakukan. Jika pengalaman buruk yang dia dapatkan, maka kebiasaan disiplin akan bersifat sementara. Sebaliknya jika pengalaman baik yang dia dapatkan selama berprilaku disiplin, maka prilaku disiplin akan bertahan lama. 

Oleh karena itu, pendidikan karakter bukan sebatas membiasakan siswa berpilaku baik, tetapi mereka harus bisa tahu dan merasakan jika berprilaku baik dampaknya memang diketahui dan dirasakan hidup menjadi lebih baik. Metode pendidikan karakter sebaiknya menggunakan pendekatan komprehensif, dimana dalam pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu psikomotor, afektif, dan kognitif. 

Pendidikan karakter baiknya dilakukan dari psikomotor lebih dulu, yaitu membimbing siswa untuk melakukan prilaku baik. Selanjutnya, bimbing siswa untuk menemukan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau pun menyedihkan (afektif) setelah melakukan prilaku-prilaku baik. Setiap temuan-temuan menyenangkan dan menyedihkan dari pengalaman, harus dicatatkan dalam catatan harian. 

Dalam jangka yang sudah ditentukan, siswa dibimbing untuk melakukan analisis pengalamannya, dan harus bisa mengambil kesimpulan. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kesimpulan, guru memberi pengetahuan tentang hal-hal positif dari prilaku baik yang dilakukan siswa. Pada ranah kognitif, guru harus menyajikan bacaan yang memberi tahu bahwa prilaku positif yang dilakukan akan berdampak baik dengan menghadirkan contoh-contoh, misalnya dari tokoh-tokoh sukses dari berbagai bidang. 

Untuk pembentukkan karakter pada domain koginitif, siswa perlu diberi panduan-panduan berlogika pembentuk karakter. Berikut ada beberapa pola logika pembentuk karakter yang dapat menjadi pedoman mengapa siswa harus melaksanakan program pendidikan karakter yang telah ditentukan prilakunya. 

Pola dasar berlogika yang harus dipahami adalah kebaikan dan kejahatan tidak bercampur. Polanya, kebaikan selalu berakibat kebaikan, dan kejahatan berakibat kejahatan. Pada tataran empiris atau fakta lapangan, bisa terjadi perbedaan pandangan yaitu tidak selalu yang baik berbalas kebaikan. Hal ini tidak dapat dipandang sebagai kebenaran karena dalam tataran empiris hidup manusia berada dalam proses. Kebaikan sesungguhnya ada pada pola pikir, bukan pada tataran empiris. Pada tataran pola pikir, kebenaran pada akhirnya ada di dunia imajinasi yang kelak akan jadi kenyataan. Kenyataan akhir dari hukum kebaikan berbalas kebaikan ada di kehidupan setelah kematian. 

Bagi orang-orang yang tidak percaya kehidupan setelah kematian mungkin tidak menerima kebaikan berbalas kebaikan ada dikehidupan setelah kematian. Namun demikian, pendapat mereka yang tidak percaya hari kemudian tidak dapat dipertanggungjawabkan karena sama-sama tidak bisa membuktikan bahwa kehidupan setelah kematian itu tidak ada kehidupan. Sebagai bangsa berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita yakin bahwa ada kehidupan setelah kematian. 

Logika pasti bagi pembentuk karakter adalah kebaikan akan berbalas kebaikan, dan kejahatan akan bebalas kejahatan. Logika pasti ini merupakan logika pembentuk karakter mutlak karena setelah kematian akan ada kehidupan. Jadi pendidikan agama yang mengarah pada pengajaran etika, moral, dan nilai hidup menjadi sumber ajaran pembentukkan karakter.***



Saturday, February 25, 2023

HATI HATI KONSUMSI PENGETAHUAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Di abad informasi bukan hanya makanan yang harus anda perhatikan dengan baik. Sekarang pengetahuan menjadi seperti makanan yang harus diperhatikan sehari-hari. Dulu sebelum ada media sosial, sajian pengetahuan kita setiap hari disediakan oleh media-media mainstream yang bisnis di bidang informasi. Televisi menjadi satu-satunya sumber informasi yang setiap hari dikonsumsi masyarakat. 

Bagi saya, pengetahuan adalah mukjizat yang diberikan Allah kepada umat manusia. Semua manusia bisa hidup karena ada pengetahuan. Bagi muslim, pengetahuan pertama yang harus diberikan pada saat bayi lahir adalah adzan...Allahu Akbar...Allahu Akbar... Anda tahun, adzan yang dikumandangkan saat bayi lahir adalah the first knowledge. Artinya, otak manusia sejak lahir harus diberi pengetahuan-pengetahuan positif dan baik. Mengapa demikian? Karena seluruh hidup manusia cara berpikir, berbicara, dan bertingkah laku berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 

Jadi, pengetahuan menjadi faktor penyebab utama seseorang melakukan sesuatu. Manusia setiap hari menerima pengetahuan ke otaknya, dan setiap yang dilakukan manusia akan menghasilkan pengetahuan yang tersimpan atau dilupakan. Pengetahuan apa yang banyak tersimpan dalam memori otak manusia, itulah yang akan jadi orientasi dan pandangan hidup manusia. 

Perintah "bacalah atas nama Tuhan yang menciptakan mu" (Al 'Alaq, 96:1) bukan sekedar perintah membaca secara fisik. Pesan mendalam dari perintah membaca adalah tentang sudut pandang yang harus dibangun pada saat menjalani kehidupan. Sudut pandang berdasarkan pengetahuan dari Tuhan harus menjadi sudut pandang manusia dalam mengarungi kehidupan. 

Seluruh fakta yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi, semuanya berada di atas kehendak Tuhan. Fakta-fakta yang terjadi di alam semuanya di atas kehendak Tuhan, namun Tuhan menghendaki seluruh umat manusia membaca petunjuk-petunjuk dari Tuhan agar hidup manusia menuju kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. 

Kitab suci yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, adalah pengetahuan-pengetahuan langsung dari Tuhan sebagai petunjuk. Alam menyajikan pengetahuan-pengetahuan dari Tuhan, tetapi terlalu berat bagi manusia untuk memilih dan menyeleksi pengetahuan-pengetahuan di alam sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan. Wahyu Al Quran adalah kemurahan Allah kepada umat manusia untuk mengetahui tata cara dan tujuan hidup yang harus dicita-citakan di masa depan. 

Al Quran sebagai sumber pengetahuan adalah pembentuk pola pikir yang berfungsi menganalisis fakta atau kejadian yang terjadi di alam. Tanpa petunjuk pengetahuan dari Allah Tuhan Yang Maha Esa, manusia bisa salah memberi makna tentang apa yang terjadi dan kelak terjadi. Tanpa petunjuk dari Allah, manusia bisa mengalami kebingungan menentukan arah tujuan hidupnya. 

Pengetahuan-pengetahuan yang terlalu banyak dikonsumsi dari alam, tanpa petunjuk Tuhan dapat menyebabkan manusia lupa pada pencipta kehidupan. Sifat pelupa merupakan bagian melekat yang ada pada diri manusia. Manusia akan selalu ingat pada apa yang sering dilakukannya. Dapat dipahami, agama tujuannya adalah membentuk prilaku sehari-hari yang harus dilakukan, agar manusia tidak melupakan Tuhan. 

Cara pandang Tuhan sebagai pencipta adalah paradigma yang harus selalu digunakan untuk membaca seluruh kejadian di alam. Teoantroposentris dirasa cara yang diajarkan di dalam Al Quran, sebagai tafsir terhadap ayat, "bacalah atas nama Tuhan yang menciptakan" (Al 'Alaq, 96:1). Ketika manusia mengikuti cara pandang Allah dalam berpikir, tidak dimaksud membatasi kemampuan berpikir manusia, tetapi manusia jangan melepaskan kehendak Tuhan Alla swt dalam cara pandangnya. 

Cara pandang Allah bisa diterapkan dalam filosofi, etika, moral, dan fakta. Dalam cara pandang Allah, manusia bukan pemilik kebenaran, tetapi sebagai penyampai kebenaran. Teori, teknologi yang ditemukan manusia, hanya sebatas penemu dan penerang dari apa yang telah Allah ciptakan. Sederhananya, manusia diberi kebebasan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, namun jangan samapi melupakan Allah. 

Cara pandang Allah yang diajarkan Allah dala Al Quran bertujuan agar manusia punya tanggung jawab moral, karena hidup adalah sebuah kontinum waktu dari sekarang ke masa kehidupan setelah kematian. Allah tetapkan petunjuk pengetahuan dalam Al Quran, agar manusia tidak melampaui batas dalam menggunakan kebebasan berpikirnya.   

Sebagaimana di dalam Al Quran dijelaskan, manusia-manusia berdosa adalah yang melampaui batas. Mencintai kehidupan dunia secara wajar tidak disalahkan, tetapi ketika terlalu mencintai dunia, itulah orang-orang yang akan mendapat kesengsaraan. "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." (Al 'Araaf, 7:81).  

Jadi atas nama Allah ketika membaca sebuah fakta, kejadian, peristiwa, adalah bentuk verifikasi, analisis, pertimbangan, etika, dan moral, agar manusia berhati-hati dalam mengkonsumsi pengetahuan. Sesungguhnya Allah menghendaki kedamain dan kebahagian hidup manusia di dunia dan akhirat, karena kasih sayangnya Allah memberi petunjuk pengetahuan agar manusia selalu menggunakan pertimabngan-Nya dalam mengarungi kehidupan.*** 


Sunday, February 12, 2023

Hak Cipta Logika Tuhan

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Logika Tuhan adalah ilmu berpikir yang bersumber pada Al Quran. Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. telah mendaftarkan hak cipta sebagai kekayaan intelektual. 

Pada tanggal 10 Februari 2023 untuk pertama kali diumumkan di wilayah Indonesia dan di luar wilayah Indonesia. Hak cipta Logika Tuhan sebagai bukti karya produktif dari dunia pendidikan. Di era sekarang bisa jadi, kualitas sekolah ditentukan dengan banyaknya hak cipta yang dihasilkan dari sekolah.

Proyek-proyek pembelajaran kolaboratif di sekolah yang ujungnya adalah produk-produk pendidikan, berupa buku, karya seni, teknologi, bisa didaftarkan hak ciptanya atas nama pribadi atau lembaga. 

Hak cipta berlaku selama hidup pencipta, dan berlaku selama 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung pada tanggal Januari tahun berikutnya. Arti hak cipta bisa jadi kekayaan yang ketika meninggal bisa diwariskan atau dibibahkan untuk kepentingan kemanusiaan. 

Perihal istilah Logika Tuhan banyak khalayak umum menanyakan dan menyimpulkan sendiri pengertian Logika Tuhan. Terminologi Logika Tuhan dipilih karena sumber berpikir dari Al Quran. Hukum-hukum yang ada dalam Al Quran sangat luas. Al Quran adalah kitab suci yang diturunkan dari Tuhan Semesta Alam. Maka logika-logika yang dapat diungkap dari Al Quran, adalah logika petunjuk dari Allah. 

Ada juga yang bertanya, "kenapa tidak diberi nama logika Al Quran?" Di dalam Al Quran perintah berpikir berujung pada mengakui keesaan Allah. Berpikir di dalam Al Quran sebuah perintah dari Allah, untuk mengenal Tuhan. Allah memperingatkan bahwa seluruh yang terjadi di alam semesta berada di atas kehendak Allah. 

Logika Tuhan diperkenalkan bertujuan agar orang pikirannya selalu tertuju pada Tuhan Yang Maha Esa. Jika diberi nama logika selain Tuhan, dikhawatirkan orang akan tergiring ketauhidannya kepada selain Tuhan. Berpikir terlepas dari Tuhan, inilah penyebab munculnya tuhan-tuhan selain Allah. 

Mengapa tidak diberi nama logika Allah? Pertanyaan ini juga sering muncul. Di dalam Al Quran Allah memperkenalkan dirinya dengan banyak nama. Salah satunya adalah Tuhan. "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam," (Al Fatihah, 1:2). Logika Tuhan dipilih untuk membumikan Al Quran di alam semesta. Logika yang berlaku pada seluruh kehidupan manusia. 

Dalam terminologi Logika Tuhan terdapat makna bahwa hanya satu-satu sumber logika yang diajarkan kepada seluruh manusia yaitu logika dari Tuhan Semesta Alam. Kebebasan berpikir adalah kehendak bebas yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang tidak lepas dari segala dalam kehendak Allah. 

Ketika berbicara Logika Tuhan maka ingatan orang akan langsung kepada sang pencipta alam yaitu Allah swt Tuhan Semesta Alam. Jadi ilmu Logika Tuhan mengandung ilmu ketauhidan, ilmu yang mengagungkan dan mengesakan Tuhan.

Logika Tuhan tidak memosisikan orang yang menggunakannya menjadi Tuhan, tetapi sebagai makhluk bodoh yang menggunakan cara berpikir dari petunjuk Allah, bersumber pada Al Quran. Allah maha mengetahuai rahasia di langit dan di bumi, maka segala sesuatu tidak lepas dari pengetahuan Allah. 

Bagi siapa yang mengklaim menggunakan Logika Tuhan, dia harus mampu menunjukkan rujukan ayatnya dari Al Quran. Hak Cipta bukan pemilik, tetapi sebagai tanggung jawab moral yang harus menjelaskan makna Logika Tuhan agar tidak disalahgunakan. 

Sebagai pemilik hak cipta, memiliki tanggung jawab moral untuk menjelaskan terminologi, tujuan, manfaat, dan mampu mengajarkannya. Melalui hak cipta ini, tidak boleh seseorang memberi arti makna sendiri-sendiri tentang Logika Tuhan berdasarkan pemahaman sendiri, harus melakukan konfirmasi kepada pemilik hak ciptanya.***

 

Thursday, February 9, 2023

IMPLEMENTASI LOGIKA TUHAN DI SEKOLAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir adalah aktivitas menghubung-hubungkan konsep dengan pola sebab akibat. Perbedaan cara berpikir disebabkan oleh pengetahuan yang diinput ke dalam memori otak seseorang. Jenis pengetahuan yang diinput ke dalam memori otak akan memengaruhi cara berpikir seseorang. 

Hemat penulis ada dua pola berpikir jika dilihat dari sumber pengetahuan yang di input ke memori otak. Berpikir ilmiah sering dikaitkan dengan kemampuan mengolah pengetahuan bersumber pada pengetahuan faktual di alam. Riset-riset ilmiah melahirkan pola-pola berpikir logika alam. Logika alam dibentuk oleh pola berpikir yang bersumber pada pengetahuan di alam. 

Logika dari pengetahuan alam pada level fisika newton masih nampak terpisah-pisah. Setelah penemuan fisika kuantum, para ilmuwan melihat bahwa benda hakikatnya satu kesatuan yang tidak terpisah. Penemuan fisika kuantum telah mengubah paradigma berpikir tentang hakikat benda. Suatu benda hakikatnya bisa dipahami jika benda tersebut berhubungan dengan benda-benda lain. Cara pandang ini menjadi suatu cara pandang baru melihat fenomena-fenomena di alam. 

Paradigma kuantum, mata pelajaran tidak berdiri sendiri. Mata pelajaran di sekolah digunakan untuk mengidentifikasi, memahami, dan menyelesaikan masalah secara kolaboratif.  

Cara pandang ini dapat kita identifikasi dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kolaboratif menjadi bukti bahwa pengajaran dengan sistem mata pelajaran secara terpisah kurang memberi makna pada peserta didik. Peserta didik dalam paradigma kuantum, harus diajari bagaimana cara berkolaborasi melihat suatu masalah dengan menggunakan multi sudut pandang dari berbagai mata pelajaran. 

Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Ekonomi, Sosialogi, Antropologi, Agama, menjadi cara pandang untuk melihat suatu masalah dan memecahkannya secara multidisiplin. Dengan demikian keberadaan mata pelajaran tidak ada yang lebih unggul. Setiap mata pelajaran menjadi ilmu yang berguna bagi kehidupan manusia. 

Pembelajaran pada level kuantum, bukan lagi mengerjakan soal-soal pada setiap mata pelajaran, tetapi lebih pada kegiatan implementatif untuk memecahkan sebuah permasalahan kehidupan manusia. Produk-produk pendidikan bukan lagi pada hasil nilai ulangan pada mata pelajaran, tetapi pada kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang mata pelajaran. 

Teknologi informasi diperkenalkan kepada siswa, sebagai alat teknis untuk membantu siswa dalam mempermudah menyelesaikan masalah. Berbagai produk aplikasi teknologi informasi diperkenalkan kepada siswa bukan karena sedang trend tapi karena kebermanfaatkan bagi siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya di masyarakat. 

Model pengajaran yang harus terus dilakukan adalah problem solving, project learning, inquary, dan discovery. Mini-mini riset dalam pembelajaran harus selalu diperkenalkan untuk melatih siswa mengenali masalah dan memecahkannya dengan kemampuan mengolah data yang mereka temukan sendiri. Kemandirian berpikir, berpendapat, bertindak, menjadi kunci keberhasilan pembelajaran di abad kuantum. 

Pada abad kuantum sumber pengetahuan agama dari kitab suci, tidak ditempatkan sebagai sesuatu yang sakral secara berlebihan. Kitab suci harus diperkenalkan sebagai sumber pengetahuan yang bisa diolah untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan manusia berdampingan dengan pengetahuan dari alam. Pada hakikatnya, dalam paradigma kuantum, pengetahuan dari kitab suci memiliki sisi-sisi kebenaran ilmiah yang tidak bertentangan dengan kebenaran dari pengetahuan alam. 

Kebenaran ilmiah dari alam tidak berdiri sendiri, tetapi dapat dilakukan verifikasi dengan kebenaran-kebenaran dari pengetahuan kitab suci. Pengetahuan dari kitab suci dapat digunakan sebagai verifikasi kritis untuk menemukan kebenaran filosofis, etika, norma, teori, dan prilaku manusia di alam.

Hakikatnya alam diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta, diciptakan dengan sistem-sistem hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Apa yang ditemukan manusia di alam hanya sebagai kecil dari hukum-hukum alam yang telah diciptakan oleh Allah swt. Berbagai macam penemuan yang berhasil diungkap manusia tidak lepas dari kehendak-kehendak Allah. 

Abad kuantum tidak lagi memisahkan antara agama dan ilmu. Keduanya menjadi alat untuk mengenali sistem kehidupan yang harus mengarah pada kesejahteraan dan kehdiupan damai umat manusia. Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lagi bertujuan untuk saling mendominasi dan menguasai, tetapi untuk saling berkolaborasi demi memenuhi segala kebutuhan hajat hidup manusia di bumi. 

Konflik, pemberontakan, peperangan, bukan lagi tujuan hidup manusia di muka bumi. Pendidikan tidak lagi mendidik siswa menjadi manusia-manusia unggul untuk bersaing antar negara. Pendidikan berorientasi mendidik manusia-manusia bertanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. 

Ajaran agama tidak lagi diarahkan untuk tujuan-tujuan esklusif sekelompok agama, tetapi untuk tujuan-tujuan kemanusiaan sebagai makhluk Allah yang sama-sama menduduki satu bumi. Tujuan pendidikan agama diarahkan untuk mendidik manusia-manusia beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan manusia yang mampu menjadi khalifah, pemelihara, dan penyelesai segala masalah hidup manusia. Ajaran agama tidak lagi merendahkan kehidupan dunia yang harus dihindari, tetapi sebagai petunjuk bagaimana mengelola kehidupan dunia untuk kehidupan yang hakiki, kehidupan abadi setelah kematian. 

Di abad kuantum, manusia tidak lagi memandang kehidupan dunia sebagai satu-satunya tempat hidup yang dibatasi ruang dan waktu. Kehidupan manusia akan terus berlanjut pada kehidupan berikutnya yang lebih bahagian dan sejahtera, yang sangat tergantung pada kehidupan baik manusia di dunia. Dengan demikian manusia akan hidup dengan penuh etika, moral, dan kebijaksanaan. Keserakahan, kecurangan, kelicikkan, selama hidup di dunia harus dihindari, karena akan ada pengadilan pada kehidupan berikutnya. 

Pola pendidikan seperti ini, akan melahirkan manusia-manusia bermoral tinggi, dan selalu bertanggung jawab bukan hanya pada dirinya, tetapi akan bertanggung jawab pada Tuhan yang selalu memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik untuk kesejahteraan hidup umat manusia dan lingkungan alam yang ditempatinya.*** 

 



Sunday, January 29, 2023

MATA PELAJARAN AGAMA PALING SULIT SEDUNIA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Setelah mengamati kegiatan pendidikan selama 23 tahun, penulis melakukan refleksi. Menngungkap semua pengalaman yang telah di alami tentang bagaimana implementasi pelajaran agama di sekolah. Jumlah mata pelajaran di SMA kurang lebih 16 Mata Pelajaran, pendidikan agama mejadi mata pelajaran wajib sebanyak 4 jam per minggu.

Pada umumnya, semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas lebih banyak pada ranah kognitif, dengan kemampuan penalaran tingkat rendah. Pembelajaran agama pada akhirnya menjadi pelajaran kognitif rendah. Doktrin ajaran agama berulang dari sekolah dasar hingga pendidikan menengah. Pendidikan agama kadang tidak memperhatikan perkembangan psikologi kognitif peserta didik. Di tingkat pendidikan menengah agama seharusnya diarahkan pada pemahaman konsep, dibarengi dengan pengukuran sikap dan praktek. 

Pendidikan agama di lapangan jika diamati, materi-materi yang diajarkan kecenderungannya lebih pada pengajaran tentang pengetahuan hidup akhirat, yang tidak diberengi dengan penekanan pada praktek di kehidupan sehari-hari. Praktek di level siswa SLTA, kecenderungan pada praktek pendekatan ritual seperti memandikan jenazah, bacaan doa, dan hukum-hukum fiqih yang kaku dalam praktek ritual beribadah. Kadang pula, antara siswa SD, SLTP dan SLTA perbedaannya tipis.

Praktek pengajaran agama seharusnya beriteraksi dengan praktek berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, praktek shalat adhuha 12 rakaat di level SLTA, tidak berhenti pada praktek ritual shalat. Ada beberapa hal yang bisa dilihat dari praktek shalat dhuha 12 rakaat di SLTA, yaitu perkembangan kognitif siswa setelah melakukan disiplin dhuha 12 rakaat tiap hari.

Perkembangan kognitif siswa pada saat praktek ritual ibadah, dapat dilihat kasat mata dari kedisiplinan siswa dalam melaksanakan ritual shalat. Kedisiplinan adalah dasar pendidikan yang mengajarkan pada siswa tentang menghargai dan mengelola waktu dengan efektif dan efisien. Menilai kedisiplinan dan penghargaan waktu pada kegiatan shalat dhuha di SLTA, bisa jadi alternatif alat evaluasinya. 

Selain, itu alat evaluasi shalat dhuha 12 rakaat di SLTA bisa dengan melakukan pengecekkan terhadap efek psikologis pada diri siswa. Untuk pengecekkan secara psikologis, guru-guru secara kolaboratif bisa membuat kuesioner untuk survey kepada siswa. Pengolahan data bisa menggunakan teknologi informasi, dan laporannya bisa dibuat personal kepada masing-masing siswa tidap bulan atau per triwulan. 

Evaluasi alternatif yang lainnya adalah pengecekkan terhadap kondisi ekonomi ekonomi siswa di keluarga. Kondisi ini bisa dicek melalui pengaruh kondisi ekonomi keluarga siswa selama rentang melaksanakan shalat dhuha 12 rakaat. 

Di akhir semester atau akhir tahun pelajaran, penilaian bisa dilakukan dengan melihat tanggapan dan pendapat siswa melalui kegiatan menulis refleksi pengalaman selama rentang waktu tertentu sampai waktu tertentu yang dilakukan siswa secara mandiri. Hasil refleksi bisa dikategorisasi berapa yang positif dan berapa yang negatif. Selanjutnya, karya tulis hasil dari refleksi siswa dikelompokkan dalam beberapa kategori, seperti psikologi, sosial, ekonomi, dan prestasi siswa. Hasil tulisan refleksi terbaik kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku ontologi karya siswa. Pada akhir tahun, karya siswa akan jadi portofolio dan bisa diekspos kepada orang tua siswa.  

pada prakteknya tentu tidak akan semua siswa melaksanakan shalat dhuha 12 rakaat secara konsisten. Namun demikian kita bisa mengukur bagaimana tingkat keyakinan siswa pada Tuhan bersumber pada data yang di dapat dari peserta didik. Siswa-siswa yang sudah berani melakukan dhuha 12 rakaat adalah siswa-siswa berprestasi tinggi. Mereka bisa memiliki keyakinan dengan kuat pada Tuhan, padahal wujud Tuhan tidak ada karena ghaib. 

Inilah pelajaran paling suslit di dalam pelajaran agama, yaitu melatih siswa untuk meyakini sesuatu yang tidak terlihat tetapi guru harus berusaha meyakinan bahwa Tuhan Yang Ghaib tidak terlihat itu ada. Dia maha kuasa, mengatur segala urusan makhluk di langit dan di bumi. Dia maha pemurah, pengampun, dan pemaaf, dan bisa menyelesaikan segala masalah hidup manusia, dan bisa memenuhi segala keinginan manusia. 

Maka dari itu pelajaran yang paling sulit dari mengajarkan agama yaitu memberi contoh kepada siswa, bahwa guru yang mengajarkannya memang memiliki keyakinan yang teguh tak tergoyahkan pada Tuhan, sehingga tercermin dan ketekunan, kedisiplinan, dalam melaksanakan praktek program shalat 12 rakaat tiap hari.***


Saturday, January 28, 2023

MANUSIA BERTAKWA TERNYATA MANUSIA BERKELAS DUNIA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Terminologi takwa yang sering dijelaskan para pemikir (ulama) terdahulu jika disimak terlalu umum. Takwa di definisikan sebagai prilaku menjauhi larangan Allah dan melaksanakan segala perintah Allah". Definisi ini tidak secara substansial menyebutkan larangan yang mana dan perintah yang mana. Bertaburan pemikiran dan pendapat tentang mana yang dilarang dan mana yang diperintahkan Allah. Perlu dijelaskn secara sumbstansial apa yang dimaknsud dengan takwa. 

Sementara Allah mengukur kualitas manusia dari ketakwaannya. Dunia pendidikan harus meneliti secara didaktif apa makna dasar dari takwa. Secara etimologi takwa adalah "menjaga diri dari segala yang membahayakan atau membawa kerusakkan". Untuk kepentingan dunia pendidikan, prilaku bertakwa kepada Tuhan mana yang perlu diupayakan agar ketakwaan tetap terpelihara. 

Dibutuhkan pengetahuan tentang sifat-sifat dasar manusia yang mana yang perlu mendapat porsi perhatian lebih agar manusia tetap bertakwa kepada Tuhan. Pengetahuan manusia sangat terbatas, dan akan merasa kesulitan jika semua perintah Allah harus diingatnya dan dilaksanakan. Tentunya Allah memberi pengetahuan tentang sifat-sifat mana yang harus terpelihara dari diri manusia agar manusia tetap bertakwa. 

Manusia bertakwa ternyata manusia berkelas dunia,
yang menjaga keyakinan pada Tuhan dan menjaga kekeluargaan antar umat manusia.

"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa". (Al Baqarah, 2:63).

Menurut penulis ada dua point penting yang harus dijaga agar manusia tetap bertakwa. Dua point penting ini dapat dilihat dari praktek dalam kehidupan nyata. Ketakwaan bukan hanya ukuran dalam pikiran dan hati, tetapi harus terlihat pada dimensi faktual. 

Pertama, "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa" (Thahaa, 20:132).

Shalat memiliki dua dimensi yaitu ritual dan faktual. Sekurang-kurangnya ketakwaaan manusia pada Tuhan yaitu dengan melaksanakan shalat dalam bentuk ritual, beridir, ruku, dan sujud. Ritual shalat jika kita konversi pada materi, merupakan wujud ketakwaan paling mudah karena tidak menuntut pengorbanan materi. Ritual shalat adalah bukti kemurahan Tuhan kepada manusia jika ingin dipandang sebagai manusia bertakwa. 

Dunia pendidikan, minimal harus mengajarkan bagaimana caranya ritual shalat agar tetap dilakukan oleh siswa. Ritual shalat adalah benteng ketakwaan siswa kepada Tuhan. Di level SLTA Ritual shalat adalah kegiatan melatih mental siswa untuk selalu berharap pada Tuhan Yang Ghaib Yang Kekal Abadi. Harapan yang digantungkan pada yang Kekal Abadi, akan melahirkan karakter-karakter manusia tangguh, optimis tanpa batas.

Kedua, ukuran praktek dari manusia-manusia bertakwa adalah bersikap dermawan, dibuktikan dengan kepemilikan suka menolong dalam kebaikan dan cenderung pada hidup damai dalam suasana kekeluargaan. Kesejahteraan umat manusia dapat terjadi jika antar golongan, suku, bangsa, dan negara, saling membantu. 

Menjaga hubungan kekeluargaan tidak diukur dari geneologis sebatas tujuh turunan, tetapi Allah menghendaki menjaga kekeluargaan antar sesama umat manusia. Dalam dimensi hubungan antar bangsa, Al Quran memberi informasi lebih general dalam hubungan kekeluargaan universal yaitu hubungan antar bangsa. Informasinya bisa diidentifikasi dari ayat di bawah:

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (Anisaa, 4:1).

Awal kata dari ayat ini, Allah menyeru pada manusia. Hal ini menandakan bahwa seruan menjaga kekeluargaan bersifat universal kepada umat manusia. Al Quran jika dijadikan rujukan berpikir, mengajak manusia-manusia general, inklusif, untuk kemanusiaan. Kualitas orang-orang bertakwa ternyata manusia berkelas dunia yang bisa menjadi berkat rezeki bagi umat manusia.*** 




Friday, January 27, 2023

SIFAT DASAR MANUSIA PEMBELAJAR SEPANJANG HAYAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Adam dijadikan oleh Allah sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat. Kata pembelajar sepanjang hayat telah dikemukakan para ahli pendidikan. Pada artikel ini, penulis hanya ingin mempertegas kembali dari mana dasar filosofi kalimat belajar sepanjang hayat berasal. 

"Tokoh yang mempopulerkan Belajar Sepanjang Hayat atau Life Long Education adalah John Dewey. Dewey mengatakan, "life long education is in unility in all life". Selanjutnya Paul Lengrand  mempopulerkannya dengan  menulis buku berjudul, "Introduction to Life Long Education". Selanjutnya UNESCO mengampanyekannya ke seluruh dunia (Yusuf, 2012).

Tulisan ini hanya ingin menambahkan wawasan alternatif pembaca bahwa konsep belajar sepanjang hayat, bersumber pada penjelasan dalam Al Quran. Penjelasannya bisa disimak pada saat Allah berkehendak menjadikan khalifah di muka bumi, yaitu Adam. Malaikat berpendapat bahwa makhluk yang akan dijadikan khalifah oleh Allah adalah makhluk yang senantiasa berbuat kerusakan.

Pendidikan adalah upaya menjaga, membimbing, memelihara, menuntun, peserta didik
agar menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat.

Lalu Allah menjelaskan bahwa makhluk yang akan dijadikan khalifah di muka bumi ini telah diberi kemampuan oleh Allah sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat. "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Albaqarah, 2:31). 

Kata "mengajarkan nama-nama seluruhnya" atau "wa'allama adamal asmaa a'kulaha" adalah penerangan Allah pada sifat Adam. Keterangan Allah mengajarkan nama-nama seluruhnya kepada Adam, dapat ditafsir sebagai kehendak Allah yang tidak berkesudahan. Selama anak-anak Adam ada, maka Allah konsisten senantiasa mengajari Adam. Pada faktanya manusia dari tahun ke tahun, abad ke abad terus belajar menemukan pengetahuan dan teknologi untuk menyelesaikan masalah hidupnya.

Atas dasar kemampuannya sebagai makhluk pembelajar, manusia selalu terus berubah dalam hidupnya. Dimanapun, kapanpun, manusia pada hakikatnya belajar. Di keluarga, di masyarakat, di sekolah, dimanapun manusia, dia belajar dari pengalaman hidupnya. Hakikatnya Allah sudah memberi potensi pembelajar sepanjang hayat kepada manusia sejak awal dicijadikannya Adam. 

Manusia sebagai makhluk pembelajar dalam hidupnya pasti terus mengalami perubahan. Perubahan dapat dilihat dari penemuan-penemuan teknologi yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jadi bukan karena faktor sosiologi, ekonomi, budaya, atau politik yang membuat manusia belajar sepanjang hayat, tetapi karena manusia sudah memiliki sifat dasar sebagai pembelajar sepanjang hayat.  

Dengan memahami sifat dasar manusia sebagai pembelajar sepanjang hayat, maka dunia pendidikan adalah dunia spiritual tinggi. Manusia-manusia pengajar adalah manusia utusan Allah, yang tugasnya menyampaikan kebenaran-kebenaran dari Allah. Tugas pengajaran, disampaikan kepada para Nabi dan Rasul kemudian diteruskan oleh para pengajar menyebar ke seluruh dunia. Untuk itulah para pengajar, ilmuwan, ulama, adalah pewaris Nabi yang bertugas menjaga agar manusia tetap menjadi sosok pembelajar sepanjang hayat.

Dengan demikian, esensi dari pendidikan adalah menjaga sifat dasar manusia sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat tetap terpelihara. Sebab dalam diri manusia ada sifat-sifat berlawanan dengan sifat pembelajar yaitu perusak dan penumpah darah. Sifat-sifat pembelajar sepanjang hayat dapat dilihat dari terpeliharanya budaya membaca di masyarakat. "Bacalah atas nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al Alaq, 96:1). Membaca atas nama Tuhan, jauh lebih bermoral dari pada sekedar membaca dengan nama Tuhan. 

Esensi dari pendidikan yang tidak boleh ditinggalkan adalah memelihara kesadaran manusia tetap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sangat cerdas dalam membuat ideologi negara. Para pendiri bangsa Indonesia menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negara yang pertama. Pancasila adalah dasar filosofi negara yang dilandasi dari pemikiran Al Quran. 

Fazlur Rahman (dalam Yusuf, 2012) mengatakan pusat kepribadian manusia adalah takwa. Sesuai dengan informasi dari Al Qur'an, "...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujuraat, 49:13). 

Jadi esensi pengajaran berpusat pada menjaga ketakwaan manusia agar tetap berpegang teguh pada  kepada pengajaran Tuhan menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat. Bidang-bidang ilmu yang ditemukan manusia, bukan sekedar untuk menyelesaikan permasalahan hidup, tetapi harus tetap dibarengi dengan menemukan kebesaran-kebesaran Tuhan Yang Maha Mengetahui rahasia langit dan bumi, agar sifat-sifat takwa atau pembelajar sepanjang hayat tetap terpelihara. 

Jadi, pendidikan adalah upaya menjaga, membimbing, memelihara, menuntun, peserta didik agar menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat, dengan terus membuktikan kebenaran-kebenaran ayat-ayat Tuhan yang bertebaran di alam semesta. Manusia, pembelajar sepanjang hayat adalah sebaik-baiknya manusia dihadapan Allah.***


Sunday, January 22, 2023

Amazing Pengaruh Bacaan Al Quran Pada Murid...

Oleh: Toto Suharya

Di SMAN 15 Bandung, telah dikembangkan program pendidikan karakter religius. Program shalat dhuha 12 rakaat dilakukan telah genap satu tahun setiap hari, mulai jam 6.45 sampai 7.25 pagi.

Sebelum shalat dhuha 12 rakaat, guru dan siswa bergantian membacakan ayat suci Al Quran. Surah Al Waqiah setiap hari mengalun diperdengarkan pada siswa. 

Setiap hari sound system di Gedung Hanggar Harapan, suara alunan ayat suci Al Quran menggema memenuhi ruangan Hanggar Harapan. 

Siswa-siswa berdatangan dan duduk mendengarkan alunan ayat-ayat suci Al Quran. Aktivitas ini berjalan setiap hari tanpa ada hari terlewatkan. Mengapa ini dilakukan, berikut penjelasannya.

Dikutif dari Jurnal Psymphatic karya Very Julianto dkk. 2014, dijelaskan hasil riset tentang memperdengarkan bacaan Al Quran dan efeknya terhadap psikologi yang mendengarkan.

Penelitian Julianto, dkk. (2014) menemukan bahwa mendengarkan murotal Al Quran dapat tingkatkan konsentrasi. Kajian ilmiah ini bisa menjadi dasar program dikembangkan.

Dr. Al Qadhi (Syakir, 2014), melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan, isi ayat Al Quran.

“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. 7:204)”.

Hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al Quran, baik mereka yang bisa berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan psikologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.

Dari hasil uji cobaannya ia berkesimpulan, bacaan Al Quran berpengaruh besar hingga 97% dapat melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Setidaknya inilah alasan mengapa membaca Al Quran dilakukan sebelum belajar.

Dalam Konferensi Kodekteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984 disebutkan, Al Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan di Boston. Hasilnya sungguh luar biasa.

Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Mereka diperdengarkan Al Quran.

Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al Quran.

Penelitian yang dilakukan se-banyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al Quran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al Quran.

Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al Quran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an(Syakir, 2014).***


Sumber Jurnal: 
Julianto, V., Dzulqaidah, R. P., & Salsabila, S. N. (2014). Pengaruh mendengarkan murattal Al Quran terhadap peningkatan kemampuan konsentrasi. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi1(2), 120-129.


Melalui Program Nabung Saham, Indonesia 2045 Jadi Super Power

Oleh: Toto Suharya

Program nabung saham di SMA/SMK merupakan upaya dunia pendidikan menjawab tantangan zaman. Kurikulum merdeka memberi kebebasan kepada sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Program nabung saham adalah inovasi program pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional.

Di SMAN 15 Kota Bandung, Program nabung saham sudah dilaunching sejak Januari 2021. Program ini pada awalnya kurang mendapat sambutan karena literasi tentang saham mayoritas minim. Namun seiring dengan waktu, program terus berjalan melalui proyek kolaboratif, dan pendekatan-pendekatan personal pada guru dan murid. Beberapa guru dan murid yang sudah terbuka pemahamannya tentang saham mereka mulai menabung saham dengan belajar mengelola risiko yang dihadapi masing-masing. 

Latar belakang lahirnya program nabung saham di sekolah disebabkan beberapa faktor antara lain; perkembangan teknologi informasi dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi nasional dan global akibat teknologi informasi. Ketertinggalan jumlah investor Indonesia dibanding dengan Malaysia, Amerika, Singapura, dan China. 

Kemampuan literasi finansial masyarakat Indonesia rendah adalah fakta. Di masyarakat, marak kasus-kasus penipuan investasi bodong melalui media teknologi informasi. Pinjaman layanan cepat melalui media internet, akhirnya masyarakat rawan terjebak utang. Mental bangsa kita terlalu lama dibuai dengan mental utang. Literasi finansial rendah selalu terjebak dengan utang. 

Penulis mengamati, program-program di dunia pendidikan jarang mengajarkan kemampuan bagaimana siswa bisa bertahan hidup dalam kemandirian. Tujuan pengajaran di sekolah bukan bertujuan membuat siswa mandiri dan terampil hidup, tapi sebatas mengikuti juknis dokumen kurikulum. Pendidikan kita telah lama kehilangan konteks, dan sampai sekarang masih terjadi. 

Kurikulum merdeka, bukan sebenarnya membahas kemerdekaan belajar, tetapi kekuatan pengawas pendidikan masih berada pada tataran ketaatan pada juknis. Apresiasi-apresiasi pada para insan pendidikan masih mengacu pada ketaatan juknis, bukan dilihat dari gagasan-gagasan pengajaran yang bisa menyelesaikan masalah bangsa. 

Selam 18 tahun siswa tidak bisa bernalar, masalah sampah tidak selesai-selesai, kemacetan di mana-mana, sungai-sungai dipenuhi sampah jadi penyebab banjir. Pendidikan kita tidak mengurai masalah. Dari hasil pendidikan sangat minim lahirkan generasi-generasi penyelesai masalah.

Nabung saham adalah usaha kecil di tingkat satuan pendidikan untuk melatih mental siswa. Mental superior mulai dari investasi kecil-kecilan di pasar modal dari uang jajan. Kecerdasan finansial diajarkan langsung melalui teori dan praktek nabung saham.  

Menabung saham, mengajarkan siswa berpikir visioner, dan mewujudkannya dengan praktek nabung saham secara konsisten. Menabung saham adalah pelajaran mental, mendorong siswa untuk optimis dan berani ambil risiko dengan menunda kenyamanan hidup untuk beberapa saat untuk menikmatinya di masa mendatang. 

Menabung saham bukan saja melatih mental optimis, produktif, dan visioner, pada siswa. Gerakan menabung saham jika program ini disosialisasikan di sekolah-sekolah, secara serentak mental generasi kita di masa mendatang akan berubah. Tahun 2045 generasi kita bisa jadi sangat cerdas secara finansial. Di tahun 2045 bangsa kita akan jadi generasi freedom finansial, dan negara kita akan berubah menjadi bangsa yang kuat secara finansial. 

Inilah kekuatan generasi milineal bangsa Indonesia. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) pada Tahun Ajaran (TA) 2017/2018 mencapai 27.205 sekolah. Angka tersebut terdiri atas 13.495 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 13.710 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Adapun jumlah SLTA terbanyak berada di Jawa Barat dengan jumlah 4.430 sekolah yang terdiri atas 1.584 SMA dan 2.846 SMK. Sementara jumlah SLTA paling sedikit terdapat di Kalimantan Utara (Kaltara), yakni hanya 87 sekolah, terdiri  atas 59 SMA dan 28 SMK. Sebagai informasi jumlah siswa tingkat SLTA sebanyak 9,69 juta murid yang terdiri atas 4,78 juta murid SMA dan 4,9 juta murid SMK (sumber: databoks.katadata.id).

Mengajarkan nabung di tingkat SLTA, signifikan dapat meningkatkan kekuatan ekonomi bangsa. Jika sebanyak 9,69 juta murid SMA/SMK setiap minggu nabung saham minimal Rp. 6000,00 dari uang jajan, maka di pasar modal akan masuk dana 58.140.000.000 rupiah. Jika perubahan mental ini berhasil digerakkan di satuan pendidikan SLTA, tahun 2045 bukan lagi halusinasi, kita akan jadi bangsa dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. 

Investasi terbesar pada program nabung saham bukan pada jumlah dana yang terkumpul di pasar modal, tetapi perubahan mental generasi milenial yang akan mewarisi bangsa Indonesia di tahun 2045. Melalui nabung saham, mental entrepreneur seperti wawasan luas, kreatif, berani hadapi risiko, survival, dan mandiri, bisa dimiliki para murid. Bisa dibayangkan jika mental investor berhasil dimiliki bangsa Indonesia, maka Indonesia seperti raksasa bangun tidur. Dunia akan tunduk dan mulai mengakui bangsa Indonesia sebagai bangsa super power.

Bangsa Indonesia telah lama dikenal punya mental survival tinggi. Kurang lebih 350 tahun, bangsa Indonesia pengalaman hidup dalam tekanan, diskriminasi, kelaparan, dan penganiayaan. Selama 350 tahun optimisme merdeka tidak hilang, "mati satu tumbuh seribu". Sekarang jiwa survival tinggal kita lanjutkan dengan berjuang mewujudkan Indonesia Super Power 2045 dengan praktik kecil yaitu nabung saham dari uang jajan.

Kekuatan kedua yang dimiliki bangsa Indonesia adalah religiusitas. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah dasar negara yang tidak ada di di negara manapun. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mempersatukan seluruh pemeluk agama di Indonesia. Kekuatan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kekuatan yang membuat bangsa Indonesia selalu optimis tanpa batas, mampu bertahan dalam kondisi sulit, bersabar dalam segala kondisi, dan kreatif. Kekuatan bangsa yang didukung oleh keyakinan pada Tuhan dari warganya adalah kekuatan yang tidak akan terkalahkan.***




PESAN AL QURAN DARI BAMBU

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Mr. Wouter dari Global Peace Foundation mengatakan untuk membentuk karakter seorang pemimpin, kita dap...