Wednesday, November 29, 2023

STRATEGI PECAH BELAH INDONESIA GUNAKAN PSIKOLOGI EMOSI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Coba perhatikan dengan teliti dibalik postingan media sosial pasti ada pembuatnya. Untuk memahami tujuan para pembuatnya kita bisa identifikasi berdasarkan sudut pandang psikologi emosi.

Emosi dikendalikan oleh pengetahuan yang kita akses. Jika kita disajikan informasi tentang perjalanan kisah duka, emosi kita akan larut dengan kesedihan. Jika kita disajikan tentang penganiayaan, kekerasan, emosi kita ikut marah. 

Emosi adalah hawa nafsu yang ada dalam setiap jiwa manusia. Sebaliknya jika emosi disajikan informasi tentang semangat hidup optimis, emosi akan ikut semangat. Para motivator memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan positif untuk membangkitkan emosi-emosi yang mendorong manusia produktif. 

Emosi sifatnya netral dan akan bekerja sesuai dengan informasi yang diterima. Emosi dapat dikendalikan dengan pengetahuan yang kita terima. Untuk mengendalikan emosi, orang harus memperhatikan asupan pengetahuan ke otak. 

Agar emosi tetap terkendali otak harus membuka diri terhadap semua informasi. Namun demikian, ketika otak membuka diri terhadap informasi, otak harus punya kemampuan bernalar seperti kemampuan analisis, verifikasi, untuk membedakan informasi benar atau hoax. Kemampuan bernalar berguna untuk menjaga informasi yang masuk tetap sehat. 

Kemampuan selanjutnya yang harus dimiliki adalah mengolah pengetahuan untuk digunakan dalam mengambil keputusan. Setiap keputusan yang kita lakukan menggunakan pengetahuan yang tersimpan di otak. Pengambilan keputusan didorong oleh emosi berdasarkan pengetahuan yang tersimpan di otak. 

Kecenderungan hati seseorang bersumber pada kebiasaan orang dalam memilih informasi yang paling disukai. Hati yang cenderung mengakses pengetahuan sedih, kekerasan, akan terbawa ke alam bawah sadar menjadi cenderung emosional dan keputusannya dikendalikan oleh dorongan emosi dan mematikan otak rasionalnya. 

Penganut agama yang cenderung emosional biasanya menggunakan sumber pengetahuan yang kurang beragam dan cenderung menggunakan satu sudut pandang. Otak rasionalnya menjadi jarang digunakan. Penganut agama seperti ini, mudah sekali dikendalikan dan sangat rawan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memecah belah. 

Untuk menjaga dunia ini tetap damai, para pendidik, guru bangsa, harus tetap menarasikan kewaspadaan. Kondisi damai adalah anugerah terbesar dari Tuhan. Untuk menjaga pikiran masyarakat tetap damai, dibutuhkan informasi-informasi berimbang dengan mengakses informasi dari berbagai sudut pandang.

Kasus genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina adalah fakta yang disaksikan oleh masyarakat dunia. Informasi ini membawa gerakan bela Palestina di seluruh dunia. Namun harus diwaspadai, emosi masyarakat dunia yang sudah terakumulasi membela kemerdekaan Palestina, bisa dimanfaatkan untuk menimbulkan perpecahan jika tidak terkendali.

Sekenario besar bisa diciptakan dengan menghadirkan informasi-informasi dari kelompok masyarakat yang pro Israel yang seolah-olah melakukan kekerasan pada pendukung Palestina. Skenario ini bisa sengaja diciptakan untuk menyulut emosi kedua belah pihak meningkat.

Indonesia menjadi sasaran agar konflik pro Israel dan Palestina tercipta di masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus waspada dengan menjaga akal tetap sehat. Informasi-informasi yang sifatnya provokatif dapat sengaja diciptakan agar ketegangan semakin meningkat. 

Masyarakat harus terus diedukasi agar bisa membaca skenario-skenario pecah belah dibalik informasi yang diakses. Munculnya, informasi-informasi kekerasan yang dilakukan kelompok pro Israel di Indonesia, bisa jadi ada aktor dibelakangnya yang sengaja membuat berita kejadian ini terjadi. Sasarannya adalah mengendalikan emosi masyarakat agar bangkit amarahnya. 

Untuk menjaga bangsa Indonesai tetap damai, sebaiknya setiap anggota masyarakat memikirkan dampak-dampak buruk yang akan terjadi jika berita-berita provokatif itu dipublikasikan. Membela hak-hak kemerdekaan warga penduduk dunia yang terjajah harus tetap kita disuarakan. Namun, emosi kita harus tetap terkendali, jangan sampai terjebak pada konten-konten berita yang mendorong kita jadi emsoional. 

Kekuatan besar bangsa Indonesia adalah masyarakat cinta damai. Jangan sampai kita membela bangsa-bangsa di dunia untuk merdeka dan hidup damai, tetapi kita lupa untuk merawat bangsa kita sendiri agar tetap damai. Dengan tetap menjaga perdamaian dalam negeri, kekuatan bangsa Indonesia akan semakin diperhitungkan sebagai negara penjaga perdamaian dunia.

Berita-berita di media sosial yang menampilkan pro kontra pendukung Palestina dan Israel harus diwaspadai sebagai upaya memecah belah bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia tetap membela hak setiap negara untuk hidup merdeka dan damai, dengan menarasakan informasi-informasi berbasis fakta, hindari berita hoax, dan tetap kritis pada semua berita yang kita akses, agar emosi kita tetap terkendali.***  


  

Friday, November 24, 2023

MEMPELAJARI CARA PROPAGANDA ISRAEL

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Orang-orang yang tidak punya pengetahuan menganggap media sosial adalah tempat mencurahkan isi hati tanpa tujuan-tujuan tertentu. Media sosial dianggap hanya sebatas memperlihatkan apa yang dilakukannya setiap hari kepada publik, hanya sebatas itu.

Namun jika postingan di media sosial dikelola dengan tujuan-tujuan tertentu, setiap postingan akan dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuan itu untuk kepentingan ekonomi, maka postingan akan dirancang agar orang mau membeli. Jika postingan dirancang untuk tujuan politik, maka postingan akan dirancang untuk memengaruhi keputusan orang dalam memilih. 

Baru-baru ini, seluruh dunia melihat bagaimana tentanra Israel dengan dukungan Amerika Serikat melakukan bombardir wilayah Palestina di Gaza. Mata dunia menyaksikan bagaimana anak-anak balita kehabisan oksigen karena rumah sakit di bom. Mayat-mayat bergelimpangan seperti mayat binatang. Rumah-rumah warga sipil, sekolah, universitas, di bom dengan alasan tempat itu dipergunakan sebagai tempat persembunyian tentara Palestina. 

Pertempuran antara tentara pejuang kemerdekaan Palestina dengan Tentara Israel perbandingannya sangat tidak seimbang. Tentara pejuang Palestina menggunakan roket-roket rakitan, sementara tentara Israel menggunakan pesawat tempur canggih, senapan otomatis, tank baja, dan bantuan militer dari Amerika Serikat. 

Dari berita yang beredar di media, akibat serbuan Israel ke Palestina, kurang lebih 11 ribuan lebih penduduk Gaza meninggal terdiri dari anak-anak, dewasa, dan orang tua. Hal yang paling mengenaskan, melihat bayi-bayi dan anak-anak yang tewas terkena serangan rudal, masyarakat dunia menyimpulkan serbuan Israel ke Gaza Palestina November 2023 disimpulkan sebagai Genosida. Pembunuhan masal pertama yang dilakukan di abad informasi, sehingga mata di seluruh dunia menyaksikan kekejian ini.  

Setelah gencatan senjata, situasi sedikit tentang. Israel memposting di media sosial dengan settingan tanpa dosa. Dalam postingan media sosial, tentara-tentara Israel pulang ke rumah disambut bahagia oleh keluarga. Ada setingan dengan gambaran ibu yang sedang menanti anaknya pulang. Ada setingan anak di sekolah yang tidak disangka ayahnya datang ke sekolah. Ada setingan seorang sahabat bertemu kembali dengan sahabatnya. 

Situasi postingan video dibuat sangat menarik simpati dan empati yang melihatnya. Situasi ini disetting untuk memembentuk opini bahwa apa yang dilakukan tentara Israel adalah tugas mulia sebagai tentara. Padahal apa yang dilakukan tentara adalah pembunuhan masal kepada masyarakat tanpa senjata. Melihat propaganda tersebut, orang yang menonton menjadi lupa pada apa sebenarnya yang dilakukan tentara Israel.

Berita lain, dibuat laporan berita review tentang keberadaan lorong di bawah rumah sakit yang didudukinya. Keberadaan lorong bawah tanah dijelaskan seperti membenarkan pengemboman Israel ke rumah sakit. Penjelasan keberadaan lorong di bawah rumah sakit dijelaskan tanpa memperlihatkan kebenaran apakah lorong itu benar-benar ada di bawah rumah sakit atau bukan, tidak dapat dipastikan kebenarannya karena beritanya dibuat oleh tentara Israel dan tentu dengan tujuan-tujuan kepentingan politik Israel. 

Ketika orang menonton video tentara Israel pulang ke rumahnya, pada saat itu orang yang melihatnya lupa bahwa yang dilakukan tentara adalah pembunuhan masal masyarakat sipil tanpa senjata. Namun tontonan di media sosial ditampilkan seakan-akan tentara Israel pulang dari pertempuran seperti pahlawan. Tampilan ini tentu dibuat tidak asal-asalan, disetting menggunakan pendekatan psikologi mental dan emosional yang apik dan terencana.

Pola-pola propaganda seperti ini, jika diperhatikan sama seperti propaganda Amerika Serikat setelah meluluhlantakkan Irak. Jika diamati, skenario yang dilakukan negara Israel, otak besarnya sama seperti yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Irak. 

Untuk itulah, kemampuan yang harus dimiliki manusia-manusia abad 21 adalah kemampuan verifikasi data. Kemampuan berpikir kritis menjadi kompetensi dasar yang harus selalu diajarkan dalam setiap pengajaran. Itulah argumen rasional mengapa berpikir kritis jadi sistem pengajaran yang harus dilakukan di sekolah-sekolah.***

Saturday, November 18, 2023

KRITERIA BERPIKIR DALAM AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir adalah perintah dari Allah. Di dalam Al Quran dikabarkan ada beberapa kata perintah berpikir yang dibedakan dalam dua konsep berbeda. Tiga konsep berpikir dibedakan dalam dua ayat Al Quran berikut:

"Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan (yatafakkaruun) (." (Ar Ra'ad, 13:3).

"Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (ya'qiluun)." (Ar Ra'ad, 14:4).

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka mendapat pelajaran (yatazakkaruun). (Ibrahim, 14:24-25).

Yatafakkaruunya'qiluun, yatazakkarun adalah tiga konsep berpikir yang dikabarkan di dalam Al Quran. Perbedaannya bisa kita lihat dari hal apa yang dijelaskan Allah pada saat bicara apa masing-masing konsep digunakan.

Berpikir dengan konsep yatafakkarun digunakan pada saat Allah bicara tentang penciptaan bumi, yang didalamnya ada gunung, sungai, buah berpasangan, dan terjadinya malam dengan siang. Jelas dalam ini manusia diperintah berpikir agar memahami bahwa manusia tidak akan mampu menciptakan bumi, dengan hukum-hukumnya yang berlaku di alam. 

Berpikir dengan konsep yatafakkarun bertujuan agar manusia memahami hukum-hukum alam yang ada dan menemukan bagaimana keagungan penciptanya. Ilmu filsafat, logika, menjadi ilmu-ilmu yang dapat mengantarkan manusia memahami keberadaan Tuhan. 

Berpikir dengan menggunakan konsep ya'qilunn, digunakan untuk memahami tentang hal-hal yang bisa di intervensi oleh manusia, berkaitan dengan usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bagaimana mengelola sistem pengolahan pertanian. Allah mengabarkan bahwa diantara tanaman-tanaman sama membutuhkan air tetapi dapat menghasilkan buah atau panen yang berbeda-beda. 

Berpikir dengan konsep ya'qiluun, bertujuan agar manusia dengan akalnya bisa melakukan berbagai rekayasa agar segala kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi. Ilmu-ilmu alam dan sosial layaknya dikembangkan untuk meningkatkan produksi segala kebutuhan dan lingkungan hidup manusia.

Selanjutnya, berpikir dengan konsep yatazakkaruun, digunakan untuk mengambil hikmah-hikmah dari berbagai kejadian yang ada di alam atau di masyarakat. Berbagai kejadian di muka bumi ini dapat diambil pelajaran dengan memahami perumpamaan-perumpamaan. 

Berpikir dengan konsep yatazakkaruun bertujuan agar manusia dengan kemampuan berpikirnya bisa menemukan kebenaran  nilai-nilai ajaran agama dari berbagai macam sudut pandang, sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pendidikan layaknya dikembangkan untuk melatih akal manusia bisa mengambil nilai-nilai kebenaran  dari berbagai macam kejadian.

Banyak perumpamaan-perumpaan yang Allah beritakan di dalam Al Quran. Perumpamaan-perumpaan dapat membantu akal manusia dari yang abstrak menjadi sesuatu yang konkrit. Sehingga manusia bisa menemukan pemahaman tentang sebuah kejadian atau keterangan dan mampu menerapkannya. 

 Sebagai contoh Allah menjelaskan sebuah ketentuan hidup dengan menggunakan perumpamaan. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."  (Al Baqarah, 2:261).

Dengan memahami perumpamaan ini, manusia bisa memahami bahwa kebaikan-kebaikan yang dilakukannya untuk orang lain, tidak akan berdampak buruk untuk dirinya, tetapi akan menambah kebaikan dan kesejahteraan. Melalui perumpamaan manusia termotivasi untuk menjadi manusia-manusia terbaik dan bermanfaat bagi orang lain di muka bumi ini.***



  

Friday, November 17, 2023

ILMU MENURUT ALQURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Para saintis membuat definisi tentang ilmu. Konsep ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan yang digali melalui metodologi penelitian. Jadi syarat pengetahuan menjadi ilmu adalah pengetahuan tersebut didapat setelah melalui proses penelitian dibuktikan melalui langkah-langkah metodologi penelitian. 

Para sarjana dibekali dengan ilmu metodologi penelitian, agar para sarjana bisa mengembangkan ilmu secara mandiri. Para ilmunwan terus menguji keakuratan sebuah metodologi penelitian untuk menghasilkan ilmu yang memiliki kebenaran. Ukuran kebenaran ilmu yang digali melalui metodologi penelitian adalah kebenaran empiris atau material.  

Menurut Prof. Fahmi Basya, syarat sebagai ilmu adalah tidak berubah. Pengetahuan yang sudah dikategorikan ilmu, sifatnya kekal. Untuk itu, ilmu yang dikembangkan oleh metode penelitian harus terus dilakukan pengujian. Oleh karena itu, kebenaran ilmu yang dikembangkan oleh metode penelitian bersifat relatif. 

Berbeda dengan pengetahuan yang kita temukan di dalam Al Quran. Allah mengabarkan bahwa di dalam Al Quran ada ketetapan yang berlaku kekal sejak dahulu hingga sekarang. Dari konsep Al Quran, ilmu itu diturunkan dari Allah kepada manusia. 

"Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri?" (Hud, 11:14).

Manusia mendapatkan ilmu dari pengetahuan yang diturunkan Allah kepada para utusan melalui wahyu. Untuk itu, Allah telah memberi kemudahan kepada manusia tanpa harus melalui metodologi penelitian, manusia bisa menerima ilmu dengan tingkat kebenaran dan validitas tinggi. 

Sekalipun manusia tidak dilarang mengembangkan metodologi penelitian, tetapi dilakukan untuk memperdalam pemahaman, memverifikasi, mengidentifikasi, gagasan-gagasan yang ditemukan di dalam Al Quran. Selayaknya Al Quran menjadi induk pengetahuan dari seluruh ilmu yang dikembangkan. 

"Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur'an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar." (An Nisaa, 4:162).

Prinsip ilmu paling dasar yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang, dan ini ilmu wajib yang harus diajarkan dan dipahami dengan berbagai macam cara dan argumen adalah "tidak ada Tuhan selain Dia". Dengan mengenalkan Allah Yang Esa, maka seluruh umat manusia harus menjadi manusia-manusia berserah diri kepada segala ketetapan yang telah ditakdirkan Tuhan.

Manusia tidak bisa menciptakan apa-apa kecuali memanfaatkan seluruh fasilitas yang telah disediakan Allah. Angin, udara, air, uap, oksigen, tanah, api, semua sudah ada diciptakan Allah. Manusia hanya bisa menambah, mengurangi, membagi, dan mencampurnya mengikuti ukuran yang telah ditetapkan Allah.***



Saturday, November 4, 2023

CIRI ORANG BERILMU TINGGI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Selama ini kita telah terjebak oleh pemikiran kita yang bersumber dari pengalaman semata. Kita melihat bahwa orang yang berilmu tinggi ketika orang itu bicara tidak dimengerti orang. Padahal tidak semua orang yang bicaranya tidak dimengerti ilmunya tinggi. 

Allah befirman, Allah menurukan Al Quran bukan untuk menyulitkan manusia tetapi untuk memudahkan hidup manusia. "Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah;" (Thahaa, 20:2). 

Pesan singkat ini jika direnungkan, kadang kita menyulit-nyulitkan orang dalam beragama. Apalagi dalam memahami Al Quran, kadang orang lebih sepakat bahwa untuk mempelajari Al Quran dibutuhkan ilmu tinggi padahal dirinya tidak berilmu tinggi. Kadang orang merasa bangga jika pemikirannya tidak dimengerti banyak orang. Selama ini kita lebih senang bodoh dan menyebarkan kepada semua orang untuk bodoh dengan menghalang-halangi orang untuk berusaha memahami Al Quran sesuai kemampuannya. 

Al Quran bukan karangan manusia, datang dari Allah untuk seluruh umat manusia. Allah pemelihara Al Quran. Artinya, semua orang tanpa batasan usia, suku, bangsa, ras, dan agama, bisa membaca Al Quran sesuai kadar pengetahuan yang dimilikinya.

Umat Islam menjadi kelompok pembawa risalah Nabi Muhammad dan Al Quran. Kelompok ini menjadi penjaga dan bertugas mewariskan Al Quran untuk dibaca dan dipahami dari generasi ke generasi. 

Para penghafal Al Quran adalah pemelihara Al Quran untuk menjaga otentisitas Al Quran. Wahyu Al Quran harus terpelihara dari generasi ke generasi, agar umat Nabi Muhammad bisa tetap mendapat firman Allah dari masa ke masa. 

Al Quran harus jadi pedoman berpikir, berucap, berprilaku bagi setiap orang terutama yang mengaku dirinya muslim. Untuk ituu harus ada seribu satu macam metode untuk memahami Al Quran, agar semua orang bisa mendapat petunjuk dari Al Quran sesuai dengan kapasitas pengetahuan ilmu yang dimilikinya. 

Siapa yang sengaja atau tidak senagaja menyulitkan orang untuk belajar memahami Al Quran sesungguhnya dia telah bertentangan dengan Al Quran. Maka orang-orang yang tinggi ilmunya, dia mampu mengajarkan Al Quran kepada siapa saja hingga Al Quran menjadi mudah dipahami dan memudahkan jalan hidupnya. Itulah ukuran orang-orang yang berilmu tinggi.***


Thursday, October 26, 2023

KUNCI SEGALA SUKSES ADALAH SHALAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Shalat seharusnya menjadi ajaran fundamental yang harus dibiasakan dan terus menerus diajarkan di dalam kelas. Shalat adalah kunci dari segala kesuksesan yang akan kita dapat di bumi dan di akhirat. 

Target dari shalat adalah terjadinya perubahan akhlak anak-anak didik. Shalat dalam rangka membentuk pribadi-pribadi unggul, pribadi yang mandiri, kreatif, dan bermanfaat bagi banyak orang. 

"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka," (Al Baqarah, 2:3).


Tujuan dari shalat adalah membentuk pribadi-pribadi yang berakrakter unggul. Pendidikannya dilakukan dengan cara melakukannya setiap hari, dan refleksi diri, dan menuliskannya dalam sebuah catatan harian. Cara belajar ini efektif akan menumbuhkan arti shalat dan penghayatannya. 

Refleksi diri yang harus dilakukan peserta didik setelah melakukan shalat apakah prilakunya sudah mengarah pada hal-hal yang baik, atau masih ada prilaku-prilaku buruk yang dilakukan. Pola berpikir ini akan menjadi pedoman bahwa shalatnya berguna atau tidak jika siswa sudah merasakan perubahan prilaku.

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Ankbauut, 29:45).

Shalat itu mencakup ibadah ritual dan ibadah sosial. Dibutuhkan kecerdasan berpikir untuk memahami makna dari shalat. Kegagalan umat Islam di Indonesia sebagian besar menganggap shalat hanya sebatas ritual. Sehingga ajakan shalat dan memperbaiki shalat sebatas pada ritual tidak pada kegiatan sosial. 

Kedangkalan dalam memahami arti shalat menyebakan rusaknya tatanan masyarakat, karena shalat-shalat yang dilakukannya seperti orang mabuk. Menurut Al Quran mabuk adalah mereka yang mengerjakan sesuatu tetapi tidak mengerti apa maksud dan tujuannya.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (An Nisaa, 4:43).

Dalam konteks ini, yang ditegur adalah orang-orang beriman. Kondisi mabuk ini bukan sebatas menegur orang beriman dilarang minum-minuman keras, tetapi peringatan bahwa orang-orang beriman harus membaca kitab suci dan memahami makna dan tujuan dari perintah shalat.***

Sunday, October 22, 2023

JANGAN GAGAL PAHAM, PAHAMI ARTI SHALAT?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Di dalam Al Quran surah Al Fatihah kita sering ulang-ulang, "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan" (Al Fatihah, 1:5). Kalimat ini sering diulang oleh umat Islam dalam shalat. Artinya, shalatnya umat Islam setiap hari adalah membuat komitmen kepada Allah bahwa dirinya akan selalu menyembah dan memohon pertolongan pada Allah, dalam segala kondisi. 

Kata inti yang harus dipahami adalah menyembah. Kata sembah di dalam KBBI memiliki tiga penjelasan yaitu, menghormati dengan mengangkat sembah, memuja, mengaku di bawah perintah atau takluk. Arti kata ini perlu dipahami baik-baik. Orang-orang shalat telah membangun komitmen ini. 

Komitmen pertama adalah hanya menyembah Allah, dalam arti Allah jadi pujaan hati. Selalu ada dalam ingatan, dan selalu dirindukan. Selain itu, setiap shalat berarti kita berkomitmen takluk dan mengikuti segala perintah Allah. 

Perintah Allah setelah shalat adalah bersedakah dalam arti berbuat kebajikan di muka bumi ini. Berbuat kebajikan dan mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki untuk menolong umat manusia. Perintah sedekah tujuannya agar manusia selalu menyucikan diri dari perbuatan-perbuatan jahat. Zakat, Infak, adalah sedekah kita dengan sebagian harta yang kita miliki. 

Sedekah secara general adalah segala perbuatan-perbuatan baik yang diperintahkan Allah di dalam Al Quran dan hadis Rasulullah SAW. Berbuat baik pada orang tua, kerabat, sahabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang kelaparan, orang-orang yang sedang berhijrah, pencari ilmu, dan seluruh makhluk di muka bumi.

Orang-orang shalat harus ingat komitmen ini pada Allah. Bagi siapa saja yang menjaga shalatnya, dengan tetap bekomitmen pada Allah, dialah yang akan diberi kesejahteran di dunia dan akhirat. Allah akan melindunginya, dan selalu memberi petunjuk kepada jalan yang benar.

Komitmen kedua adalah selalu memohon pertolongan pada Allah. Manusia diciptakan dalam kondisi susah payah. Manusia harus menjaga diri dari kehidupan buruk di muka bumi ini. Segala permasalahan hidup akan dihadapi oleh manusia. 

Dalam menghadapi segala permasalahan hidup, seperti masalah ekonomi keluarga, hubungan kekeluargaan, dan kehidupan bernegara, orang shalat harus tetap menjaga agar menjadikan Allah sebagai penolongnya. Tidak ada Tuhan selain Allah, dialah yang selalu dipuja, ditaati, dan dimohon pertolongannya. 

Untuk itulah shalat diulang-ulang sebagai cara untuk kita untuk tetap menyembah dan memohon pertolongan Allah. Shalat adalah benteng pertahanan, sebagai bukti bahwa kita tetap berkomitmen untuk tetap menyembah dan memohon pertolongan pada Allah. 

Dunia pendidikan, seharusnya mengajarkan shalat dari mulai mempraktekkannya dan memberikan pemahaman tentang makna shalat bagi pelakunya. Selain itu, mempraktekkan berbagai macam sedakah atau segala bentuk kebajikan yang diperintahkan Allah. Berbakti pada orang tua, guru, mencari ilmu, menjaga kelestarian lingkungan, membiasakan hidup tolong menolong, dan memberikan keterampilan-keterampilan hidup yang bisa membantu siswa hidup mandiri tanpa tergantung pada orang lain. 

Sesungguhnya jika shalat yang dilakukan dipahami sebagai komitmen pada Allah, maka setiap orang shalat akan selalu memperbaiki prilakunya setiap hari, agar menjadi orang-orang terbaik yang membawa berkat bagi orang lain, dan tetap memuja kepada Allah.***

Saturday, October 21, 2023

PENDIDIKAN SEKARANG TIDAK PERLU LAGI LES MATA PELAJARAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Masih ada yang belum memahami esensi perubahan paradigma pendidikan. Para orang tua masih memberikan les tambahan pada anak-anaknya. Padahal di abad 21 ini, esensi pendidikan bukan lagi di pemahaman kognitif, tetapi diketerampilan atau kompetensi.

Perubahan paradigma pendidikan ini, bukan saja belum dipahami para orang tua siswa, dikalangan pendidik pun masih ada yang belum memahaminya. Para pendidik masih banyak yang fokus pengajarannya ke pengetahuan materi pelajaran secara kognitif. 

Di era teknologi, pengajaran yang berbasis pada materi bukan tujuan, tapi sebagai instrumen. Fokus pada pengajaran harus pada keterampilan yang harus dimiliki siswa. Ada pun materi-materi yang hendak disampaikan dalam pengajaran harus melalui seleksi, hingga ditemukan materi-materi esensial. Materi-materi esensial ukurannya adalah berisfat aktual, kontekstual, dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. 

Pada praktek pengajaran, bukan fokus pada penyampaian materi yang harus disampaikan, tetapi pada kasus-kasus yang harus dipecahkan melalui sebuah proses pemikiran kritis, kreatif, dan solutif. Fokus pengajaran diarahkan pada pemahaman siswa dalam sebuah permasalahan dan mampu memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan. Untuk sampai pada proses penyelesaian masalah, siswa dilatih untuk berpikir kritis, kreatif dan integratif untuk menghasilkan solusi dalam penyelesaikan masalah.

Untuk proses pemecahan masalah seperti ini siswa tidak dibutuhkan les-les yang fokus pada capaian pengetahuan akademik. Pembelajaran tambahan yang dibutuhkan siswa di abad 21 adalah kursus-kursus keterampilan sesuai dengan bakat dan minatnya. Siswa yang punya minat pada koding, maka mereka harus diberi kursus tambahan tentang koding. Siswa yang punya minat wirausaha, mereka harus diberi pengayaan tentang pengetahuan kewirausahaan. 

pendidikan harus fokus menjawab masalah yang akan dihadapi siswa dengan mengajarkan keterampilan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

Dalam konteks ini, pembelajaran tidak lagi mengajarkan tentang teori-teori dalam bidang studi, tetapi lebih pada penerapan teori-teori dalam memfasilitasi minat dan bakat siswa. Pendekatan kolaboratif lebih tepat untuk dilakukan dalam pembelajaran saat ini. Pendekatan kolaboratif akan mengurangi beban siswa yang harus memahami materi 16 mata pelajaran jika pengajarannya terpisah-pisah. 

Contoh kasus, seorang siswa sudah menggeluti koding pembuatan website sejak sekolah dasar. Sekarang di tingkat SMA, dia sudah bisa menghasilkan produk dan menjual kemampuannya di internet. Dalam satu bulan dari keahliannya dia sudah bisa berpenghasilan dan hasilnya ditabung di pasar modal. Ilmu koding tidak dia dapatkan di sekolah. Sejak SD, ilmu koding dia dapatkan dari internet. Menurut siswa, selama dia mempelajari ilmu koding, belum ada sekolah yang memafasilitasi minatnya. Selama ini dia lebih banyak belajar dari internet dan komunitas belajar yang diikutinya. 

Kasus lain, ada siswa yang senang membuat desain grafis. Dari kemampuannya membuat desain grafis dia sudah berpenghasilan dengan menjadi pekerja freeland. Namun saat ini, dia sudah berhenti karena ingin fokus belajar dan ikut les-les berbasis mata pelajaran. Dia bilang, dia berhenti mendesain karena takut menggangu pelajaran. Siswa ini masih terjebak pada pengajaran paradigma lama. Sekolah dmasih dianggap sebagai aktivitas kognitif yang keberhasilannya akan dibuktikan dengan nilai tes ketika masuk perguruan tinggi.

Melihat dua kasus ini, dunia pendidikan perlu terus berdialog untuk memberikan pemahaman kepada semua pemangku pendidikan agar paradigma baru pendidikan di abad 21 bisa dipahami semua pihak. Jika tidak disikapi dengan serius maka pendidikan kita akan tetap jalan di tempat. Abadnya sudah berubah tetapi pola pikirnya masih tertinggal satu abad.***

Thursday, October 19, 2023

PESAN UNTUK PARA CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESDIEN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Para calon presiden dan wakil presiden, "bersyukurlah jika tidak terpilih, dan bersabarlah jika terpilih". Para calon presiden dan wakil presiden sedang bertarung memperebutkan posisi yang paling berisiko di muka bumi ini. Para calon presiden dan wakil presiden jangan takut tidak terpilih, takutlah jika anda terpilih. 

Para calon presiden dan wakil presiden bukan sedang memperebutkan kedudukan dan kenyamanan hidup. Menjadi seorang pemimpin adalah penderitaan. Satu detik pun tidak ada kesenangan dalam menduduki sebuah jabatan, karena tanggung jawab besar yang di amanahkan Allah pada pemimpin.

Seorang pemimpin, kelak dari setiap jengkal tanah dan seluruh makhluk yang ada di atasnya akan meminta pertanggungjawabanya kepada pemimpin. Indonesia memiliki sekitar 17.500 pulau, bergaris pantai sepanjang 81.000 km. Sekitar 62% luas wilayah Indonesia adalah laut dan perairan. Luas wilayah daratan 1,91 juta km2 dan luas wilayah perairan mencapai 6,32 juta km2 (http://indonesiabaik.id). Betapa berat menjadi pemimpin di Indonesia, jutaan wilayah darat dan lautan dan seluruh makhluk hidup di dalamnya menjadi tanggung jawabnya. 

Di akhirat kelak setiap pemimpin akan diadili diminta pertanggungjawabannya. Sungguh, menjadi pemimpin umat adalah penderitaan. Para calon pemimpin harus menyadarinya, bahwa kelak siapa pun yang terpilih bukan pesta yang digelar, tetapi sebuah kesedihan mendalam karena jutaan wilayah dan makhluk di atasnya akan meminta pertanggungjawaban pada pemimpin.

Layaknya bukan rasa syukur yang diucapkan bagi mereka yang terpilih jadi pemimpin, tetapi innalillahiwainnailaihirojiun, karena kesedihan, nista, nestapa, olok-olok, lecehan, akan menimpa setiap pemimpin. Setiap detiknya, seorang pemimpin penuh dengan beban karena seluruh makhluk yang ada di wilayah kekuasaannya harus dilayaninya. Kesabaran seorang pemimpin harus ditingkatkan berlipat-lipat, karena ujian demi ujian akan menghampirinya. 

Sebaliknya bagi yang tidak terpilih, ucapan selayaknya adalah rasa syukur kepada Allah swt, karena yang tidak terpilih dia terlepas dari beban dan derita hidup paling dahsyat di muka bumi ini. Bagi yang tidak terpilih tidak ada rasa kecewa atau sedih, justru yang tidak terpilih menjadi orang paling bahagia di muka bumi ini. 

Doa yang selalu dilantunkan jadi para calon presiden dan wakil presiden adalah ya Allah semoga engkau tidak memikulkan beban kepada kami yang sekiranya kami tidak mampu memikulnya. Sesunguhnya jika memahami bagaimana beratnya beban dan penderitaan menjadi seorang pemimpin tidak ada yang antusias terpilih menjadi pemimpin. Semuanya harus dijalani dengan sewajarnya, dengan penuh harap dan berserah diri pada Allah agar senantiasa mendapat takdir terbaik dari Allah.

Para pendukung sejati bukan mereka yang mengampanyekan para calon pemimpinnya supaya terpilih tetapi mendoakan bersama supaya mereka yang kelak terpilih selalu mendapat bimbingan, pertolongan, dan perlindungan dari Allah. Maju dan mundurnya sebuah bangsa bukan terletak pada siapa pemimpinnya yang kita pilih, tetapi pada siapa kelak Allah memberikan amanah jadi pemimpin.

Menjelang sukses pemilihan presiden dan wakil presiden, doa-doa yang harus terus dilantun oleh masyarakat adalah berkahinya bangsa Indonesia seperti berkahnya negeri Mekah, dan damaikanlah Indonesia seperti damainya Madinah. Jadikanlah pemimpin kami pemimpin yang amanah, pemimpin yang menjadi berkat bagi seluruh makhluk. Bimbinglah mereka, mudahkan urusan mereka, dan jadikan mereka orang-orang yang selalu mengajak taat kepada Allah dan menjauhkan kita dari perkara-perkara yang dibenci Allah. 

Doa ini harus serentak dilantunkan setiap sujud kita, dalam shalat, dhuha, dan tahajud. Seluruh umat beragama di masjid-masjid, gereja, wihara, kelenteng, sinagog, semua memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk keselamatan dan kesejahteraan bangsa. Semoga para calon pemimpin presiden dan wakil presiden selalu mendapat bibingan dan pertolongan Allah dalam setiap langkahnya.***  

 



Monday, October 16, 2023

PENDIDIKAN HARUS JAWAB MASALAH DI MASYARAKAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya. Untuk mencapai kebahagiaan, pendidikan tidak hanya sebatas menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, tetapi harus memberi manfaat secara langsung pada peserta didik. 

Pak Yosep, seorang inovator lulusan SMK dari kota Bandung mengatakan, "dulu ketika masih duduk di SMK, dirinya menyenangi kegiatan praktek yang dilakukan guru. Namun kesenangannya melakukan praktek merasa tidak terfasilitasi selama dia di sekolah". 

Selain itu, ketika guru-guru menjelaskan tentang konsep-konsep fisika dalam pembelajaran, tidak secara langsung menjelaskan apa kegunaan yang didapat oleh peserta didik setelah kembali ke masyarakat. Jawaban guru pada saat itu kurang memuaskan dan cenderung tidak memberi motivasi pada peserta didik untuk berkembang. 

Bersama Pak Yosep Inovator Pemusnah Sampah dari Kota Bandung

dalam sebuah wawancara, Pak Yosep mengatakan, "sekarang dirinya merasa tidak kesulitan untuk menjawab keinginannya dalam berinovasi. Di era teknologi informasi, semua ilmu bisa dia dapatkan dengan mudah melalui media informasi. Pak Yosep dengan mudah memahami konsep-konsep fisika yang tidak dipahaminya melalui media informasi. Selanjutnya konsep-konsep fisika itu bisa dia temukan manfaatnya dengan melakukan praktek sendiri. 

Saat ini Pak Yoses sedang mencoba sebuah teknologi sederhana untuk memecahkan masalah sosial yang sedang terjadi di kota Bandung. Pak Yosep menciptakan insinerator sebuah alat untuk memusnahkan sampah dalam kondisi tertentu. Teknologi ini dibuat dari bahan-bahan yang bisa di dapat dari lingkungan sekitar. Sebagian bahan bisa menggunakan bahan-bahan limbah yang ada. 

Menurut Pak Yosep, "sampah adalah produk alam dan harus dikembalikan ke alam". Semua produk sampah yang ada di muka bumi semuanya adalah produk alam, kita bisa melakukan modifikasi sampah agar kembali ke alam. Proses pembakaran sampah tanpa asap adalah upaya mengembalikan sampah ke alam tanpa menghasilan dampak pada kehidupan manusia. 

Pak Yosep adalah ilmuwan yang bergerak karena kepeduliannya pada lingkungan. Inovasinya bisa jadi penyelesai masalah sampah di masyarakat. Teknologi insinerator yang diciptakan Pak Yosep perlu kita apresiasi dan bersama-sama bergandengan tangan untuk menyempurnakannya. Tidak adalah teknologi terbaik di muka bumi ini, kecuali teknologi ini bisa menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. 

Keunggulan teknologi yang diciptakan Pak Yosep adalah mampu memnyelesaikan masalah dalam skala kecil, dalam lingkungan terbatas, dan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam masalah pengelolaan sampah. Pak Yosep seperti lilin dalam kegelapan.*** 

Thursday, October 5, 2023

Program ICCB, Praktek Baik Pendidikan Berdiferensiasi

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Setiap sekolah akan berhadapan dengan anak-anak yang punya keberanian tinggi atau berjiwa petualang. Hanya saja keberanian anak ini, sering tersalurkan kepada hal-hal yang kurang produktif. Misalnya, berani menantang guru, berani melanggara aturan, berani bolos sekolah, berani berbohong pada orang tua, dan berani mencuri barang milik orang lain. 

Bagi dunia pendidikan, hal-hal seperti dianggap sebagai hal alamiah karena sifat manusia terdiri dari dua yaitu sifat fujur (perusak) dan takwa (sifat pemelihara). Pada faktanya memang selalu ada anak-anak jiwa perusaknya lebih dominan dari jiwa pemeliharanya. Anak-anak seperti ini butuh bimbingan intensif. Mereka harus dibimbing untuk diarahkan kebaraniannya kepada hal-hal yang sifatnya produktif. 

Dalam buku berjudul "Sekolah Beyond Imagination Best Practice Meningkatkan Prestasi Sekolah dengan Kultur Religius", salah satu tulisan saya mengemukakan ide Intensive Care Student (ICU). Ide ini memang terinspirasi dari kasus di rumah sakit. Orang-orang yang sakit serius ditangani dengan inten, karena kondisinya sudah sangat gawat. Saya analogikan dengan kasus di rumah sakit, anak-anak yang cenderung pada prilaku perusak, mereka dalam keadaan gawat, mereka harus dibimbing, diperhatikan, secara inten. 

Ide ini diadopsi oleh Indah Lestari, S.Pd., sebagai staf kesiswaan dengan istilah Intensive Care of Character Building (ICCB). Anak-anak yang tergabung dalam ICBB dipetakan dari seluruh populasi siswa di sekolah. Jumlah anak yang dikategorikan perlu mendapat perhatian inten dari 1200 siswa hanya 20 orang siswa. 

Upaya ini sangat efektif untuk mengendalikan prilaku anak-anak yang pada umumnya berpilaku wajar. Anak-anak yang dominan berpilaku merusak ini kadang-kadang sering membawa opini buruk kepada seluruh warga sekolah. Anak yang berpilaku menyimpangnya hanya beberapa orang, tetapi dipersepsinya semua sekolah berprilaku sama. 

Program ICBB menjadi program unggulan sekolah-sekolah untuk mendata dan mengendalikan anak-anak yang punya keberanian khusus, dengan melakukan bimbingan dan perhatian inten. Setiap minggu anak-anak ini dibina mulai dari kegiatan ritual ibadah, akhlak, dan diajari keterampilan-keterampilan hidup yang produktif. Mereka juga bisa diajak untuk membuat proyek-proyek pembelajaran yang bisa melatih mereka menjadi produktif. 

Dengan demikian, keberanian mereka yang biasanya tersalur ke hal-hal yang destruktif diarahkan menjadi kepada hal-hal yang produktif. Anak-anak yang punya keberanian khusus biasanya, mereka kurang tertarik pada bidang akademik, mereka lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat sosial dan teknikal. Mereka bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan aktif di lapangan, misalkan melakukan kegiatan proyek-proyek sosial. 

Melalui program ICBB, penyimpangan di sekolah yang sering terjadi dapat dipantau karena pelakunya itu-itu juga. Dengan demikian, guru-guru mudah mendeteksinya jika terjadi penyimpangan di sekolah. Berdasarkan, hasil pengamatan selama program ini dikerjakan, kondisi lingkungan sekolah bisa dikendalikan dan relatif aman. Anak-anak yang tergabung dalam ICBB kreativitasnya dapat diandalkan. 

Sesuai dengan filosofi pendidikan di abad 21, sekarang tidak ada anak-anak bodoh kecuali dia tidak mendapat layanan pendidikan yang baik. Program ICBB merupakan program berdiferensiasi yang mencoba melayani anak-anak sesuai bakat dan minatnya.***

 

Sunday, September 17, 2023

CARA SEDERHANA BERPIKIR

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir ilmiah dan religius polanya sama, yaitu sebab akibat. Saya tegaskan kembali di sini, jika mau belajar berpikir, pola dasar berpikir setiap orang adalah sebab akibat. Setiap yang dikatakan orang pasti ada sebabnya, dan yang diucapkan adalah akibatnya. 

Ketika ada seseorang mengungkapkan kata-katanya melalui sebuah syair. Kata-kata syair itu pasti diungkapkan melalui pengelaman-pengalaman yang telah dialaminya. Pengalaman-pengalaman yang di alami sebenarnya tersimpan di otak. Orang-orang yang suka berpikir, mereka akan menghubung-hubungkan pengalaman dengan pengalaman lain yang tersimpan di otak dengan pola sebab akibat. Pola hubungan sebab akibat antar pengalaman yang ada di otak akan melahirkan pengalaman-pengalaman baru dan tersimpan di otak. 

Pengalaman-pengalaman baru yang tersimpan di otak sebagai hasil berpikir, tidak diketahui orang lain karena bersifat abstrak. Pengalaman abstrak yang tersimpan di otak sebagai hasil berpikir bisa jadi tidak pernah dialami orang lain. Sebagaimana para ahli pikir, mereka bisa mengemukakan pemikiran-pemikiran yang sebelumnya tidak pernah dialami orang lain. 

Semakin abstrak hasil pemikiran, semakin sulit dibuktikan melalui pengamatan. Maka pemikiran seperti ini telah memasuki ranah imajinasi. Pada ranah imajinasi, para pemikir masih tetap menggunakan logika sebab akibat. Imajinasi yang satu dihubungkan dengan imajinasi yang lain dengan pola sebab akibat menghasilkan imajinasi baru, demikian seterusnya. 

Hukumnya adalah setiap pemikiran atau imajinasi seseorang, pasti didahului oleh pemikiran atau imajinasi terdahulu yang telah dimilikinya. Orang-orang yang aktif berpikir menggunakan imajinasinya, seperti hidup di dunia fantasi sampai pada dunia transenden. 

Hasil pemikiran atau imajinasi seseorang wujudnya adalah pengetahuan dan awalnya adalah pengetahuan. Ada dua sumber pengetahuan yang sering dijadikan bahan dasar pemikiran atau imajinasi seseorang yaitu pengetahuan alam dan wahyu. Pengetahuan alam di dapat dari penglihatan dan pengalaman. Pengetahuan wahyu di dapat dari para nabi yang diutus Tuhan. Pengetahuan dari wahyu Tuhan didapat dari kitab suci yang diwariskan dari para nabi seperti Taurat, Injil, Zabur, dan Al Quran.

Kitab-kitab yang diakui sebagai wahyu Tuhan terdahulu seperti Taurat, Injil, Zabur, sejak diturunkan kepada para Nabi yang diutus-Nya telah mengalami pewarisan ribuan tahun. Jarak yang panjang inilah yang membuat manusia kesulitan mengidentifikasi keaslian dari kitab suci itu apakah benar masih bersumber langsung dari Tuhan?

Kitab suci Al Quran merupakan kitab suci yang memiliki rentang waktu terdekat dengan manusia sekarang sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad 1400-an tahun yang lalu. Menguji kebenaran isi kitab suci dengan ilmu sejarah melalui bukti-bukti sejarah tidak bisa menjamin bahwa kitab suci itu benar datang dari Tuhan.

Hal yang paling bisa dipertanggungjawabkan untuk menguji kebenaran kitab suci adalah dengan menguji kebenaran isi dari kitab suci tersebut melalui pembuktian nyata alam dan rasional. Pembuktian nyata bisa didapatkan melalui pendekatan berbagai kebenaran dalam ilmu alam dan sosial. Al Quran sering memerintahkan kepada manusia untuk berpikir agar bisa menemukan kebenaran-kebenaran nyata melalui pengamatan atau pengalaman. Di sinilah perannya riset-riset dilakukan untuk menguji kebenaran-kebenaran kitab suci. 

Berdasarkan kesimpulan para peneliti ilmiah, isi Al Quran sebanyak 80% isinya bisa dibuktikan kebenarannya, dan sekitar 20% masih belum bisa dijangkau oleh kebenaran ilmiah. Hal ini dapat dimaklumi, karena pengetahuan tentang alam saja yang bisa dilihat dengan mata, sampai sekarang masih banyak misteri yang belum terpecahkan. 

Sebenarnya, ketidakmampuan manusia dalam mengetahui tentang alam dan isi kitab suci, menjadi pertanda bahwa ada kekuasaan yang maha besar dalam penciptaan alam semestanya ini. Kekuasaan dan pengetahuan yang maha besar inilah seharusnya menjadi dasar manusia untuk mengakui keberadaan Tuhan Pencipta Alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa. 

Namun demikian, keterbatasan pengetahuan manusia, ada sebagian manusia sulit menerima kehadiran Tuhan dalam proses penciptaan kehidupan alam semesta. Kesulitan manusia menerima kehadiran Tuhan dalam proses penciptaan karena pengetahuan dan penemuan kebenaran ilmiah yang cenderung materialistik. Kebenaran ilmiah yang materialis mengungkung kemampuan berpikir manusia menjadi sempit pikir dengan satu sudut pandang.***

Saturday, September 2, 2023

HIDUP ADALAH PENCARIAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. 

Sebagaian besar hidup ini adalah yang kita pikirkan. Apa yang kita pikirkan keputusannya ada di hati. Hidup ini adalah proses pencarian sesuai dengan tujuan. Jika tujuan hidup manusia mencari kesenangan di dunia semata, maka proses pencariannya akan fokus pada pencarian hidup bahagia di dunia. Tujuan-tujuan hidup manusia sangat tergantung pada pengetahuan yang diketahuinya.

Membaca yang diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia adalah sarana agar manusia mencari dan menemukan tujuan-tujuan hidup yang bisa membawa kepada kehidupan sejahtera. Jika manusia mencari tujuan-tujuan hidupnya dari pengamatan alam melalui penelitian bisa jadi tujuan hidupnya hanya sebatas di dunia sekarang. 

Berbagai pengetahuan yang tersimpan dalam memori akan menjadi pemikiran dan prilaku. Pengetahuan yang diakses dari alam kebenarannya hanya terbatas pada apa yang dibuktikan di alam. Budaya positivisitik adalah budaya yang membenarkan kejadian-kejadian berdasarkan hukum alam. Ilmu alam yang dikembangkan oleh manusia, bisa menciptakan berbagai alat hidup yang semakin mempermudah hidup manusia. Kehadiran teknologi hidup sebagai ciptaan manusia bisa mengikis keyakinan manusia pada Tuhan. 

Dari alam manusia bisa menemukan kemungkinan-kemungkinan kehidupan dunia lain setelah kematian. Namun tanpa bantuan petunjuk atau kitab suci manusia tidak bisa membuktikan setelah kematian ada kehidupan. Banyak ragam budaya manusia mempersepsi kehidupan setelah kematian. Budaya China meyakini ada kehidupan setelah kematian. Kepercayaan ini sangat materalistik, sehingga orang-orang yang mati harus membawa harta-harta yang dikumpulkannya di dunia. Dalam budaya China mereka percaya bahwa nasib mereka di alam setelah kematian membutuhkan alat-alat hidup sebagaimana mereka hidup di dunia. 

Upacara pemakaman di Bali dan Toraja membutuhkan banyak biaya, karena dalam budaya mereka semakin besar upacara digelar dan semakin banyak kerbau disembelih menunjukkan kelas mereka di masyarakat. Di Toraja ada upacara menggantikan jasad leluhur. Prosesi ini didasari pada cerita rakyat tentang pemburu yang mendandani mayat dan mendapat berkah hasil buruan dan pertanian. Secara turun temurun kebiasaan ini menjadi budaya. 

Dalam pandangan agama yang ada, setiap agama memperlakukan mayat dengan berbagai cara. dalam agama Hindu mayat dibakar, agama Kristen menguburkan dengan peti dan di dandani, dan muslim dikubur dengan dibungkus kain kapan setelah dimandikan. Dalam sumber ajaran Islam, Al Quran dan Hadis, tidak ada prosesi khusus penguburan kecuali doa-doa yang terus dilantunkan.

Dalam Islam, setelah orang meninggal terputus segala hubungannya dengan keduniawian kecuali ilmu yang ditinggalkannya, harta yang di sedekahkan, dan anak-anak yang sholeh. Bagi keluarga yang ditinggalkan, bersumber pada ajaran Islam,  tidak ada kewajiban-kewajiban yang sifatnya ritual mengenal orang-orang yang sudah meninggal, kecuali doa-doa yang harus dipanjatkan kepada Allah untuk keselamatan mereka di akhirat. 

Jika kita perhatikan, ajaran Islam sangat rasional dan sederhana dalam mempersepsi alam setelah kematian. Dalam ajaran Islam orang-orang yang sudah materi tidak membutuhkan hal-hal yang berbau materi, karena alam setelah kematian bukan alam material seperti dunia. Orang-orang yang sudah meninggal, di dalam ajaran Islam hanya membutuhkan doa-doa yang dilakukan oleh orang hidup di dunia untuk mereka. Jika dibandingkan, ajaran Islam lebih realistis dan ekonomis. 

Ajaran Islam mengatur tata cara hidup manusia sesuai dengan kondisi. Di dunia manusia membutuhkan materi dan menuntun cara memanfaatkannya bukan untuk kepentingan pribadi. Di akhirat manusia tidak membutuhkan materi, dan mengatur orang-orang hidup agar membantu orang-orang yang telah meninggal dengan bantuan non materi. 

Banyak ragam kehidupan manusia di muka bumi ini, maka akal adalah alat untuk menyeleksi memverifikasi cara-cara hidup bagaimanakan yang realistis, ekonomi, mensejahterakan diri sendiri dan banyak orang. Tentu manusia diperintahkan banyak membaca dan gunakan akal untuk terus mempelajarinya. Hidup harus terus mencari dan memperbaiki, cara hidup manakah yang lebih realistis dapat membawa kebahagian untuk kita di dunia dan di kehidupan setelah mati***   

Sunday, August 27, 2023

MENGAJAR ATAU DAKWAH BUKAN MENGAJARI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Dakwah atau mengajar bukan mengajari orang supaya mengikuti kebenaran yang kita yakini. Dakwah atau mengajar adalah menjelaskan sebuah perkara agar orang-orang bisa mengerti duduk perkaranya. Dengan demikian para pendakwah atau pengajar, akan membuka diri pada pandangan orang lain. Maka dengan demikian, dakwa atau mengajar di era informasi menjadi sebuah proses dialogis.

Metode-metode mengajar monolog akan sulit mendapat perhatian, karena bisa jadi apa yang kita jelaskan sudah banyak orang yang mengetahuinya. Jika dakwah atau pengajaran, menjelaskan sesuatu yang sudah banyak diketahui orang, atau berulang-ulang diulas oleh banyak orang, sudah pasti pengajaran tidak akan mendapat respon.

Mengajar bukan untuk mencari folower atau golongan pendukung. Mengajar adalah membantu memberi penjelasan. Dalam memberi penjelasan, pendekatan-pendekatan rasional harus dikembangkan, karena setiap orang punya akal. Akal bekerja dengan pemahaman, dan pemahaman yang dimiliki seseorang apabila mereka mengetahui sebab atau mengetahui akibat. 

Mengajar adalah memberi kabar gembira kepada mereka yang taat kepada Tuhan. Mengajar bukan menyenangkan salah satu kelompok karena mengajar di lingkungan kelompok tertentu. Mengajar adalah memberi bekal alat agar para pelajar bisa mengembangkan ilmunya sendiri.

Tablig akbar adalah cara mengajar yang murah dan efektif dari segi pendanaan, dibanding dengan mengajar dalam jumlah terbatas di ruangan. Tablig akbar bisa menghadirkan puluhan ribu orang sekaligus tanpa mengeluarkan biaya konsumsi bagi yang hadir. Namun tablig akbar yang sifatnya monolog menjadi tidak efektif setelah hadirnya media informasi. Sekarang metode tablig akbar sudah ketinggalan zaman, karena bisa menimbulkana berbagai permasalahan seperti kemacetan, penumpukkan sampah, dan risiko kecelakan. 

Metode mengajar atau dakwah dengan media sosial menjadi sangat efektif dan efisien untuk dikembangkan di abad ini. Dakwah di media sosial mennuntut para guru, ustad, terus menggali kreativitasnya, yang paling utama adalah kreativitas tema dan metode penyampaian. Berbagai bidang bisa dimasuki sebagai bagian pengajaran. Dengan kehadiran media informasi, kemandirian masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan harus disadarkan. 

Pengajaran selain menyampaikan penjelasan berbagai fenomena kehidupan dari sudut pandang keilmuan, juga mengajarkan bagaimana tata cara pengembangan keilmuan, sebagaimana seorang ilmuan dalam mengembangkan ilmu. Keberanian masyarakat untuk mengemukakan pendapat melalui berbagai media informasi, harus dibarengi dengan pemahaman tentang kerangka berpikir ilmiah dan terpercaya.***

 

Metode Sederhana Memahami Al Quran?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Metode membaca Al Quran sudah banyak dikembangkan dan berhasil. Namun metode memahami Al Quran masih cenderung elitis, rumit, dan sulit. Padahal Al Quran wahyu dari Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad. Kini Al Quran dikumpulkan dalam mushaf dan tersebar di seluruh dunia. Para penghafal Al Quran menjaga keaslian teksnya. Sebuah keajaiban dunia, tidak ada kitab suci yang bisa dihafal kecuali kitab suci Al Quran.

Metode takwil dalam memahami Al Quran telah diakui oleh para ulama. Pengajaran dalam memahami isi kandungan Al Quran dinilai sangat kurang, apalagi di pendidikan umum. Pengajaran agama yang menyangkut Al Quran sebatas mengajarkan pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan pada ulama terdahulu. Sedangkan metode bagaimana memahami Al Quran tidak diberikan. 

"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)" (Thahaa, 20:1-3).

Allah telah menjelaskan Al Quran tidak membuat susah, dan sebagai bahan pengajaran. Sebagai wahyu, Al Quran diturunkan untuk semua orang sebagai bahan pelajaran. Dengan jargon "ilmu untuk semua", umat Islam harus diajari bagaimana memahami Al Quran. 

Dengan teknologi informasi, berbagai tafsir, pemahaman, tentang ayat-ayat Al Quran mudah ditemukan. Pemalsuan dan pemahaman menyimpang tentang Al Quran dapat dengan mudah ditemukan. Pemikiran-pemikiran terkait kajian Al Quran dapat didiskusikan melalui media informasi. 

Metode takwil adalah salah satu cara dalam memahami kandungan Al Quran. Dijelaskan, metode takwil adalah memahami Al Quran melalui kiasan, simbolik, atau rasional. Penulis menemukan makna takwil dalam Al Quran diartikan dengan bukti. Kebenaran Al Quran yang dapat dibuktikan secara rasional, bisa jadi cara sederhana bagi mereka yang ingin belajar memahami kandungan Al Quran. 

Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran (Al-Qur'an) itu. Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang sebelum itu mengabaikannya berkata, “Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?” Mereka sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri dan apa yang mereka ada-adakan dahulu telah hilang lenyap dari mereka. (Al A'raaf, 7:53).

Ayat-ayat Al Quran bisa dipahami dengan melakukan pembuktian-pembuktian. Proses pembuktian bisa dilakukan semua orang, dengan berbagai macam cara. Melakukan riset ilmiah, studi pustaka, atau dengan pengalaman. Sebagai contoh, seseorang bisa membuktikan kebenaran Al Quran dengan membuktikan kebenaran Al Quran sebagai berikut:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Al Israa, 17:7).

Untuk memahami kebenaran ayat ini, seseorang bisa melakukan kajian diri, pada pengalaman-pengalaman hidupnya. Berdasarkan ayat di atas, keburukan-keburukan yang terjadi pada diri seseorang dapat dipastikan akibat dari perbuatan buruk yang dilakukannya. Sebaliknya, kenikmatan-kenikmatan hidup di muka bumi ini akibat dari perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya. Pembuktian bisa dilakukan secara mandiri mengamati kehidupan pribadi dengan melakukan refleksi diri, memikirkan seluruh perjalanan hidup berdasar informasi ayat di atas. 

Pembuktian lainnya dapat dilakukan pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang sedekah. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah, 2:261).

Sedekah yang dikeluarkan akan mengandung timbal balik sampai 700 kali lipat. Melalui proses pembuktian dengan praktek sedekah, setiap orang bisa membuktikan apakah ayat ini mengandung kebenaran? 

Melalui metode takwil, memahami dengan membuktikan kebenaran ayat Al Quran, akan berdampak pada pemahaman merata pada setiap orang yang mau memahaminya. Metode sederhana ini, jika diajarkan di lingkungan pendidikan pada mata pelajaran agama, melalui metode proyek individual, diprediksi dapat meningkatkan pemahaman dan pendalaman tentang makna ayat-ayat Al Quran. 

Metode ini, saya takwil dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Terjadi pada kasus ketika Nabi Ibrahim memohon kepada Allah untuk membuktikan bagaimana Allah menghidupkan orang yang mati. Sebagaimana terkandung dalam surat di bawah ini:

 Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah, 2:260). 

Demikianlah metode takwil saya takwil dari Al Quran. Hanya Allah yang maha tahu. Semoga Allah melimpahkan ilmu yang berkah untuk kita semua.***





Monday, August 14, 2023

GURU WAJIB LAKUKAN INI SEBELUM MENGAJAR?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Kurikulum adalah seperangkat aturan dan bahan pembelajaran yang jadi pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan. Banyak teori dikemukakan oleh para ahli kurikulum dari berbagai belahan dunia dan dirujuk oleh berbagai negara sesuai dengan visi dan misi negara. Tidak ada yang menjamin teori mana yang terbaik untuk digunakan dalam suatu negara, karena setiap negara punya kebutuhan rancangan kurikulum masing-masing sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Kurikulum dalam perencanaan dan penerapannya membutuhkan pemahaman tentang sosial dan budaya dimana masyarakat tinggal. 

Indonesia adalah negara dengan landasan negara berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dasar negara menunjukkan kultur masyarakat Indonesia sebagai masyarakat beragama. Di dalam kurikulum pendidikannya, memasukkan unsur agama sebagai bahan pembelajaran. Maka dalam prakteknya, pengajaran agama di sekolah sangat mengedepankan sikap-sikap toleransi. Dalam sikap toleransi beragama, agama diajarkan sebagai pemandu moral masyarakat Indonesia dalam membangun negara damai dan sejahtera.

Sudah 78 tahun Indonesia merdeka, merupakan sebuah bukti bahwa bangsa Indonesia telah berhasil merawat kebangsaannya dalam bingkai perbedaan agama. Indonesia layak dijadikan sebagai negara demokrasi dengan kultur toleransi tinggi. Agama telah menjadi bagian penting dalam melahirkan masyarakat sejahtera di Indonesia. 

Ancaman dari masyarakat beragama adalah konflik yang dipicu akibat pandangan ekstrim dalam beragama. Kemajuan teknologi informasi, ikut andil dalam mendewasakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang lebih toleran untuk saling menghargai perbedaaan keyakinan. Tujuan semua agama pada konsep dasarnya adalah mengantarkan manusia pada kehidupan damai dan sejahtera. 

Agama layaknya digunakan untuk membangun sumber daya manusia yang punya tanggung jawab tinggi terhadap kehidupan bangsa damai sejahtera. Inti dari ajaran agama yang dimiliki setiap agama adalah membangun optimisme masyarakat untuk hidup lebih sejahtera. Praktek-praktek pendidikan yang dilandasi ajaran agama, diarahkan pada munculnya kesadaran masyarakat sebagai makhluk Tuhan yang harus saling bekerjasama untuk membangun kehidupan harmonis dan berkualitas tinggi. 

Pelibatan agama dalam pendidikan, menjadi generator perubahan dan optimisme para guru dan peserta didik untuk hidup damai sejahtera. Hidup damai dan sejahtera adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada sebuah negara. 

Praktik baik yang bisa dilakukan guru-guru dan peserta didik di sekolah adalah membangun optimisme, harapan, dan cita-cita dengan mengawali setiap awal pembelajaran dengan berdoa kepada Tuhan. Doa adalah inti dari seluruh ajaran agama. Doa kepada Tuhan berisi harapan-harapan baik dengan keyakinan hati dan pikiran. Semua umat beragama, dapat dipastikan dalam doanya mereka ingin hidup damai dan sejahtera. 

Doa juga berisi lantunan tentang permohonan pertolongan kepada Tuhan, agar usaha-usaha yang dilakukannya dalam pendidikan mendapat pertolongan Tuhan. Jika di awal pembelajaran setiap satuan pendidikan memiliki kebiasaan serentak bersama-sama melakukan doa, maka tidak menutup kemungkinan energi-energi yang mendorong prilaku positif akan menjadi bagian dari kultur sekolah.

Seperti kita sepakati, alam semesta ini punya hukum-hukum yang berlaku pasti sebagai bagian dari ketentuan dari Tuhan. Salah satu hukum yang diketahuai manusia dalam berbagai persepsi adalah adanya hukum tarik menarik atau the law of attraction. Apa yang dipikirkan, diucapkan, dilakukan, akan berdampak kembali pada pelakunya. 

Masaru Emoto membuktikan bahwa air yang diberi doa dapat memberi dampak pada air menjadi punya energi positif. Dapat dipastikan, jika setiap hari dalam satu sekolah, bersama-sama secara disiplin melantunkan doa-doa berisi permohohan hidup damai dan sejahtera, maka energi positif akan berkumpul menaungi lingkungan sekolah dan menjadi energi dahsyat yang dapat menghadirkan pola prilaku baik di lingkungan sekolah. 

Inilah program praktik baik yang dapat dilakukan di sekolah untuk melahirkan generasi-generasi cerdas berkualitas tinggi dan bermoral. Ajaran agama yang berbeda-beda tidak akan pernah habis diperdebatkan. Namun dengan kesamaan inti ajaran, agama bisa menjadi pemersatu dan penyejahtera kehidupan masyarakat dunia. 

Sesungguhnya Tuhan Maha Tahu apa yang harus dilakukan manusia. Keterbatasan pengetahuan manusialah yang membuat manusia selalu berprasangka buruk pada Tuhan. Padahal kalau disadari, pengetahuan manusia dibandingkan dengan setetes air dilautan, jauh lebih besar tetes air di lautan. Keterbatasan pengetahuan manusialah yang membuat manusia merasa dirinya lebih besar.

Semua manusia akan kembali kepada Tuhannya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kedzaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya  kedzalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kedzalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Yunus, 10:23).  Maka kelak dia akan mengetahui siapa sebenarnya orang-orang bodoh yang tinggal di bumi ini?***     



Friday, August 4, 2023

KOMPETENSI PENDIDIKAN MASAGI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Jepang adalah negara yang berhasil melakukan transformasi dari negara tertutup menjadi negara terbuka tanpa kehilangan jati dirinya. Sampai saat ini, Jepang menjadi contoh bagi negara-negara Asia untuk melakukan tranformasi budaya tanpa kehilangan jati diri. 

Secara historis budaya Sunda tidak kalah tua dengan peradaban-peradaban budaya di dunia. Nama-nam geografi yang mengandung nama Sunda, menjadi tanda bahwa Sunda bisa jadi peradaban besar yang pernah ada di dunia. Nama Sunda yang masih ada sekarang, adalah Suku Sunda yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Suku Sunda ditandai dengan penggunaan bahasa Sunda dalam bahasa pergaulan sehari-hari. 

Untuk menghidupkan kembali budaya-budaya Sunda, agar tidak punah, Provinsi Jawa Barat di bawah pimpinan Gubernur Ridwan Kamil menggagas konsep pendidikan dengan istilah "Sekolah Masagi". Dari 500 lebih sekolah jenjang menengah yang ada di Jawa Barat, kurang lebih 147 sekolah untuk mendapatkan sosialisasi tentang Sekolah Masagi. 

Budaya Sunda sudah mengenal tahapan-tahapan kehidupan. Budaya sunda sangat menekankan bahwa hidup adalah proses. Budaya berproses orang Sunda bisa dilihat dari cara pembuatan bentuk rumah, dimulai dari bentuk tagog anjing, badak heuay, jolopong, julang ngapak. Secara berurutan, bentuk rumah dari awal, menunjukkan bagaimana kondisi hidup orang Sunda, hidup menyesauikan dengan kebutuhan.  

Konsep Sekolah Masagi diperkenalkan sebagai sekolah yang menerapkan pendidikan khas Jawa Barat bersumber pada kearipan lokal Jawa Barat dengan istilah Pancaniti (lima niti), yaitu niti surti, niti harti, niti bukti, niti bakti, dan niti sajati. Dari konsep pancaniti ini, tim pengembang kurikulum Masagi mengembangkan konsep pendidikan berlandarkan pada filosofi Pancaniti. Dirangkum dari penjelasan tim pengembang kurikulum Masagi, dari filosofi Pancaniti dapat dikembangkan empat konsep pendidikan Masagi. 

Pertama, Pancaniti menunjukkan konsep kompetensi dasar yang harus dikembangkan untuk membangun manusia-manusia sempurna. Konsep surti berkaitan dengan pendidikan karakter, adab, atau akhlak. Konsep harti, berkaitan dengan kompetensi pengetahuan, dan kemampuan nalar tinggi. Konsep bukti, berkaitan dengan kompetensi keterampilan dan produk. Konsep bakti, berkaitan dengan kompetensi sosial, yaitu kemampuan berkomunikasi, dan bermanfaat bagi orang lain. Konsep sajati, berkaitan dengan kompetensi spiritual, ditandai dengan kedekatan, ketaatan, kebijaksanaan, dalam menjalankan perintah ajaran agama. 

Kedua Pancaniti mengandung konsep perkembangan psikologi dalam pengajaran. Niti Surti, pendidikan karakter dominan diajarkan pada pendidikan anak-anak usia dini dan dasar. Niti Harti dan Bukti, pendidikan keterampilan nalar dan produk dominan diajarkan di pendidikan menengah. Niti Bukti dan  Bakti, pendidikan produk dan pengabdian pada masyarakat dominan diajarkan di pendidikan tinggi strata 1. Niti Sajati, pendidikan tentang spiritual dan kebijaksanaan diajarkan dominan pada strata 2 dan 3. 

Ketiga Pancaniti mengandung tahapan proses pengajaran yang harus dilalui. Niti Surti; kegiatan refleksi, identifikasi masalah, asesmen diagnosis,  Niti Harti; analisis dan pemecehan masalah, Niti Bukti; menemukan soslusi atau produk, Niti Bakti, bermanfaat, relevan bagi kehidupan, Niti Sajati; penemuan nilai moral kehidupan. 

Ketiga Pancaniti, mengandung lima domain kecerdasan yang harus dikembangkan dalam diri seorang peserta didik. Ada lima domain yaitu, niti surti, kecerdasan emosional; niti harti; kecerdasan intelektual; niti bukti; keterampilan hidup, niti bakti; kecerdasan sosial; niti sajati; kecerdasan spiritual. 

Konsep pendidikan dalam Pancaniti sudah menggambarkan keluhuran budaya Sunda jika digali kembali bisa ditranformasikan menjadi budaya-budaya lokal yang hidup di zaman sekarang. Konsep Pancaniti dalam pendidikan terlihat sederhana dan Masagi (segi empat). Konsep Pancaniti digunakan oleh Gubernur Jawa Barat untuk menghidupkan budaya Sunda di kancah kehidupan era teknologi informasi. 


Sunday, July 30, 2023

LOGIKA TUHAN MEMANDANG LGBT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd. M.Pd.

Kemajuana teknologi informasi tentu membawa dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya adalah manusia dengan berbagai macam ragam punya punya kebebasan mengekpresikan kebebasannya. Tentu saja, hidup di abad teknologi ini butuh kecerdasan lebih tinggi lagi. Kecerdasan yang dibutuhkan adalah memilah mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk. 

Logika Tuhan adalah cara pandang ketuhanan, yang menjadikan kitab suci Al Quran sebagai sumber berpikir. Argumen-argumen dikembangkan dari informasi Al Quran dan ilmu pengetahuan alam. Antara Al Quran dan ilmu pengetahuan alam, tidak terpisahkan karena dunia diciptakan dalam sebuah sistem keterkaitan. Informasi dalam Al Quran dan informasi di alam adalah sumber belajar agar manusia terus belajar dengan berpikir.  

"dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda". (Al Lail, 92:3-4).

Dalam kasus LGBT telah terjadi benturan nilai antara masyarakat materialis dengan masyarakat religius. Dua pemikiran ini kadang ada kesamaan kadang ada perbedaan. Masyarakat materialis menilai LGBT adalah hak seseorang untuk menentukan statusnya. Pandangan kaum materialis menganggap kaum LGBT adalah fenomena alamiah yang faktanya terjadi pada manusia. 

Sebaliknya masyarakat religius, yang masih memegang nilai-nilai ketuhanan, memandang bahwa kaum LGBT adalah tindakan dosa besar. Kisah kaum LGBT dikabarkan di dalam kitab-kitab suci, sebagai tindakan yang dibenci Tuhan. Sebagai contoh di dalam kitab suci Al Quran, dijelaskan:

Dan (Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (Al 'Araaf, 7:80-81). 

Bagi masyarakat religius, informasi dari kitab suci memiliki tingkat validitas tinggi. Kebenarannya dapat diuji dan dibuktikan bahwa orang-orang yang bersikap melampaui batas akan berujung dengan kebinasaan. Kaum LGBT dianggap golongan yang melampaui batas atau pelaku dosa besar. 

Di dalam Al Quran dikabarkan bahwa orang-orang yang melampaui batas seperti kaum Nabi Lut mendapat balasan setimpal dari perbuatan yang dilakukannya. 

Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (Al 'raaf, 7:83-84). 

Perbedaan pandangan tentang LGBT sangat tergantung pada sudut pandang sebuah masyarakat. Masyarakat yang cenderung pada pandangan-pandangan logika material dan logika keagamaan akan berbeda. Perbedaan cara pandang ini akan melahirkan perbedaan budaya dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Setiap negara punya cara pandang dan budaya yang berbeda. Setiap negara berdaulat untuk menentukan nasibnya sendiri. 

Bagi masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat dengan dasar ideologi ketuhanan yang maha esa, akan sangat sulit menerima kehadiran kaum LGBT. Di era informasi ini, setiap orang harus terus berdialog, saling memahami budaya setiap bangsa dan negara, agar masing-masing bisa menempatkan diri dimana kita berada. ***

Friday, July 28, 2023

Takdir Tuhan Dibalik Sukses Ada Derita

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Esensi dari pendidikan bukan mengajari orang supaya menjadi (to be) tetapi mengajar orang agar selalu learning how to be, leraning how to learn, learning how to do, learning how to life together. Jawaban dari soal-soal yang diujikan bukan ukuran keberhasilan seorang guru. Keberhasilan seorang orang ketika mereka bisa menemukan cara bagaimana mengajarkan 4 How kepada muridnya. 

Dibalik sukses ada derita yang harus dilalui seseorang. Orang yang tidak mau menghadapi penderitaan, dia akan berhadapan dengan penderitaan. Pesan ini mengandung logika dari Tuhan. Orang yang tidak memahami logika dari Tuhan, akan menghindari penderitaan, sekalipun ketika menghindari penderitaan mereka akan menderita. 

Sumber pemikiran, bahwa penderitaan penyebab sukses bisa kita temukan dalam kitab suci Al Quran. "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah". (Al Balad, 90:4). Susah payah dapat kita samakan dengan penderitaan. Selanjutnya konsep susah payah tidak berdiri sendiri tapi dia merupakan sebuah keadaan yang harus dilalui seseorang untuk menjadi. Susah payah atau penderitaan adalah learning how to be. Jika seseorang ingin menjadi sesuatu di muka bumi ini, pelajarannya adalah mereka harus bisa melalui penderitaan demi penderitaan hidup yang akan mereka lalui. 

Sekolah yang mengajarkan murid-murid menjadi sesuatu yang berarti dalam hidupnya, sekolah akan mengajarkan bagaimana cara murid-murid menghadapi dan berhasil melalui penderitaan hidup yang akan dilaluinya. Kisah hidup bagaimana menghadapi penderitaan di kisahkan dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. (Suharya, dkk. 2022). 

Sekolah yang melatih murid-murid mampu menghadapi penderitaan, bukan berarti legalisasi kekerasan dalam pendidikan, tetapi murid-murid harus diajarkan bagaimana menghadapi penderitaan dalam kontek "belajar". Mereka harus menjadi manusia-manusia pembelajar sepanjang hayat. Mereka harus berani menderita dalam belajar, berani terus untuk belajar sekalipun mereka harus mengorbankan kenyamanan-kenyamanan hidup yang mereka miliki. 

Kemampuan bertahan dan keluar dari penderitaan dengan semangat belajar yang murid-murid miliki, kemampuan inilah yang akan mengantarkan mereka menjadi sesuatu yang berarti dalam hidupnya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Puncak karir dari seseorang dalam hidup ini adalah menjadi (to be) manusia-manusia bermanfaat bagi orang lain. Dalam konsep Islam, manusia-manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Perjalanan hidup Nabi Muhammad yang mengandung contoh teladan bagaimana Nabi Muhammad SAW bertahan dalam penderitaan, dijelaskan dalam disertasi Suharya (2022). Penderitaan adalah siklus yang harus dilalui bagaimana seseorang akan mencapai dan menjadi sesuatu. Semakin besar penderitaan yang dihadapi seseorang, akan menentukan seberapa kualitas diri seseorang. Dalam kehidupan modern, orang-orang terbaik selalu mengisahkan bagaimana mereka hidup dalam penderitaan dan berhasil menghadapinya. 

Kebenaran bahwa hidup seseorang ada dalam penderitaan, dapat dibuktikan pada kehidupan setiap orang. Sekecil apapun capaian hidup seseorang, mereka pasti akan mengisahkan bagaimana mereka menderita sebelum mereka mencapai kondisi sekarang. Itulah takdir Tuhan yang tidak akan pernah bisa diingkari manusia. Maka pendidikan berkualitas, bukanlah pendidikan yang mengajari murid-murid terhindar dari penderitaan, tapi pendidikan yang mengajarkan murid-murid berani menghadapi penderitaan, agar mereka menjadi (to be) manusia-manusia unggul.***


sumber:

Suharya, T., Supriatna, N., Yuifar, L., & Supriatna, E. (2022, November). Karakter Wirausaha dari Orang Hebat: Kajian Mikrosejarah Nabi Muhammad SAW. Dalam Konferensi Internasional tentang Komunikasi, Kebijakan dan Ilmu Sosial (InCCluSi 2022) (hlm. 72-78). Atlantis Press. https://www.atlantis-press.com/proceedings/incclusi-22/125976722


Monday, July 10, 2023

KARAKTER YAHUDI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Kisah-kisah dalam Al Quran tentang sosok manusia sebagai individu, kepala keluarga, anggota keluarga, tetangga, pemimpin, dan anggota masyarakat, suku, bangsa, mengandung pelajaran. Hal yang dapat dipelajari dari kisah-kisah tersebut adalah karakternya. salah satu kisah yang dijelaskan di dalam Al Quran adalah kisah bangsa Yahudi.

Kisah bangsa Yahudi ditampilkan dalam Al Quran sebagai contoh, dari karakter manusia yang cenderung merusak. Hal ini tidak berarti memukul rata seluruh bangsa Yahudi berkarakter buruk. Namun, kisah buruknya karakter bangsa Yahudi harus jadi pelajaran untuk umat manusia, bukan untuk menghakiminya. 

Selain karakter buruk bangsa Yahudi, dikabarkan pula bangsa Yahudi memiliki kelebihan dari bangsa-bangsa yang ada di dunia. Mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Namun demikian bukan berarti bangsa Yahudi menjadi merasa superior dari bangsa lain, atau bangsa lain merasa rendah dari bangsa Yahudi. Kecerdasan bangsa Yahudi tidak serta merta diberikan kepada mereka kecuali untuk jadi pelajaran bagi bangsa-bangsa lain. 

Pada hakikatnya sebuah masyarakat terbentuk dari kumpulan individu-individu. Sosok individu adalah diciptakan dari jiwa dan raga. Jiwanya memiliki nafsu dengan dua sifat yaitu fujur dan takwa. Sesuai dengan sifat nafsu, dia cenderung pada hal-hal yang merusak, kecuali yang diberi rahmat Allah, yaitu nafsu yang dikendalikan oleh ilmu. 

Dari sebuah kajian ilmiah, kehidupan keluarga Yahudi memiliki tradisi keluarga yang bisa melahirkan keturunan-keturunan cerdas. Kecerdasan yang dimiliki bangsa Yahudi, ternyata dapat menjadi pelajaran bagi seluruh umat manusia agar memiliki kecerdasan. Dalam tradisi keluarga Yahudi, mereka menjaga tradisi keluarga secara turun-temurun. Secara ilmiah budaya hidup orang Yahudi dalam tradisi selalu mengutamakan hal-hal yang menyebakan kecerdasan mereka terpelihara. 

Tradisi-tradisi keluarga itu antara lain membaca buku. Tradisi ini diwariskan oleh keluarga Yahudi sejak anak-anak mereka berada dalam kandungan. Tradisi mereka dalam keluarga yang lainnya adalah mereka memelihara pola makan sehat dan mengandung nutrisi pada kecerdasan otak yaitu protein nabati maupun hewani. Dalam tradisi Yahudi, hal-hal yang dapat mengurangi kecerdasan otak mereka hindari. Merokok, minum alkohol, dan lemak, mereka hindari sejak anak dalam kandungan. Nutrisi-nutrisi makanan yang mereka makan cenderung menjaga kecerdasan otak tetap prima. Tradisi makan sehat bernutrisi ke otak ini sangat kuat mereka pegang dalam tradisi keluarga.

Namun demikian ada pelajaran lain yang dapat diambil dari umat manusia yaitu ketika karakter-karakter orang Yahudi karena kecerdasannya mereka punya kencenderungan sombong dengan menentang kebenaran-kebenaran dari Allah. Nabi-nabi yang diutus Allah mereka olok-olok dan mereka bunuh. Karakter bangsa Yahudi yang cerdas dan sombong, dijadikan contoh oleh Allah untuk pelajaran bagi umat manusia. 

Jika kita kaji, potensi karakter orang Yahudi ada pada seluruh bangsa yang ada di dunia. Namun episode kisah tentang orang cerdas dan sombong dicatat dalam kisah orang Yahudi. Kisah ini akan terjadi pada setiap bangsa-bangsa yang ada di dunia. Jadi kecerdasan sesungguhnya milik semua bangsa, namun Allah memberi pelajaran di masa lalu agar manusia jangan seperti yang dikisahkan pada bangsa Yahudi.

Oleh karena itu, yang diwaspadainya bukan orang Yahudi secara ad hominem kepada keturunan Yahudi, tetapi karakter-karakter buruk yang dicontohkan dalam kisah bangsa Yahudi. Karakter buruk yang dikisahkan dari bangsa Yahudi adalah menyembunyikan dan mengingkari ayat-ayat Allah, membenarkan sebagian dan mengingkarinya sebagian, dan menyembunyikannya. Dikisahkan dalam Al Quran karakter buruk yang tidak patut dicontoh dari orang Yahudi. 

"ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakqub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan." (Al Baqarah, 2:140).

Namun demikian, secara individu, dari golongan orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin, mereka bisa jadi orang-orang yang beriman kepada Allah. 

"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al Baqarah, 2:62). 

Maka, siapapun orangnya mereka yang mengikuti petunjuk Allah, menerima kebenaran dari Allah dan Rasulullah Muhammad SAW, dan beramal shaleh dialah yang mendapat petunjuk dari Allah. Rasulullah Muhammad SAW pembawa kebenaran, menyampaikan kepada seluruh umat manusia untuk taat hanya kepada satu Tuhan yaitu Allah Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak, tidak beribu, dan tidak diperanakan. Wallahu'alam.*** 





STRATEGI PECAH BELAH INDONESIA GUNAKAN PSIKOLOGI EMOSI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Coba perhatikan dengan teliti dibalik postingan media sosial pasti ada pembuatnya. Untuk memahami tujua...