Saturday, November 18, 2023

KRITERIA BERPIKIR DALAM AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir adalah perintah dari Allah. Di dalam Al Quran dikabarkan ada beberapa kata perintah berpikir yang dibedakan dalam dua konsep berbeda. Tiga konsep berpikir dibedakan dalam dua ayat Al Quran berikut:

"Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan (yatafakkaruun) (." (Ar Ra'ad, 13:3).

"Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (ya'qiluun)." (Ar Ra'ad, 14:4).

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka mendapat pelajaran (yatazakkaruun). (Ibrahim, 14:24-25).

Yatafakkaruunya'qiluun, yatazakkarun adalah tiga konsep berpikir yang dikabarkan di dalam Al Quran. Perbedaannya bisa kita lihat dari hal apa yang dijelaskan Allah pada saat bicara apa masing-masing konsep digunakan.

Berpikir dengan konsep yatafakkarun digunakan pada saat Allah bicara tentang penciptaan bumi, yang didalamnya ada gunung, sungai, buah berpasangan, dan terjadinya malam dengan siang. Jelas dalam ini manusia diperintah berpikir agar memahami bahwa manusia tidak akan mampu menciptakan bumi, dengan hukum-hukumnya yang berlaku di alam. 

Berpikir dengan konsep yatafakkarun bertujuan agar manusia memahami hukum-hukum alam yang ada dan menemukan bagaimana keagungan penciptanya. Ilmu filsafat, logika, menjadi ilmu-ilmu yang dapat mengantarkan manusia memahami keberadaan Tuhan. 

Berpikir dengan menggunakan konsep ya'qilunn, digunakan untuk memahami tentang hal-hal yang bisa di intervensi oleh manusia, berkaitan dengan usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bagaimana mengelola sistem pengolahan pertanian. Allah mengabarkan bahwa diantara tanaman-tanaman sama membutuhkan air tetapi dapat menghasilkan buah atau panen yang berbeda-beda. 

Berpikir dengan konsep ya'qiluun, bertujuan agar manusia dengan akalnya bisa melakukan berbagai rekayasa agar segala kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi. Ilmu-ilmu alam dan sosial layaknya dikembangkan untuk meningkatkan produksi segala kebutuhan dan lingkungan hidup manusia.

Selanjutnya, berpikir dengan konsep yatazakkaruun, digunakan untuk mengambil hikmah-hikmah dari berbagai kejadian yang ada di alam atau di masyarakat. Berbagai kejadian di muka bumi ini dapat diambil pelajaran dengan memahami perumpamaan-perumpamaan. 

Berpikir dengan konsep yatazakkaruun bertujuan agar manusia dengan kemampuan berpikirnya bisa menemukan kebenaran  nilai-nilai ajaran agama dari berbagai macam sudut pandang, sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pendidikan layaknya dikembangkan untuk melatih akal manusia bisa mengambil nilai-nilai kebenaran  dari berbagai macam kejadian.

Banyak perumpamaan-perumpaan yang Allah beritakan di dalam Al Quran. Perumpamaan-perumpaan dapat membantu akal manusia dari yang abstrak menjadi sesuatu yang konkrit. Sehingga manusia bisa menemukan pemahaman tentang sebuah kejadian atau keterangan dan mampu menerapkannya. 

 Sebagai contoh Allah menjelaskan sebuah ketentuan hidup dengan menggunakan perumpamaan. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."  (Al Baqarah, 2:261).

Dengan memahami perumpamaan ini, manusia bisa memahami bahwa kebaikan-kebaikan yang dilakukannya untuk orang lain, tidak akan berdampak buruk untuk dirinya, tetapi akan menambah kebaikan dan kesejahteraan. Melalui perumpamaan manusia termotivasi untuk menjadi manusia-manusia terbaik dan bermanfaat bagi orang lain di muka bumi ini.***



  

No comments:

Post a Comment

KURANGI LOMBA-LOMBA DI DUNIA PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Menyimak perubahan paradigma pendidikan abad 21, arahnya sudah bergeser. Lomba-lomba yang diadakan di l...