Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Di abad informasi bukan hanya makanan yang harus anda perhatikan dengan baik. Sekarang pengetahuan menjadi seperti makanan yang harus diperhatikan sehari-hari. Dulu sebelum ada media sosial, sajian pengetahuan kita setiap hari disediakan oleh media-media mainstream yang bisnis di bidang informasi. Televisi menjadi satu-satunya sumber informasi yang setiap hari dikonsumsi masyarakat.
Bagi saya, pengetahuan adalah mukjizat yang diberikan Allah kepada umat manusia. Semua manusia bisa hidup karena ada pengetahuan. Bagi muslim, pengetahuan pertama yang harus diberikan pada saat bayi lahir adalah adzan...Allahu Akbar...Allahu Akbar... Anda tahun, adzan yang dikumandangkan saat bayi lahir adalah the first knowledge. Artinya, otak manusia sejak lahir harus diberi pengetahuan-pengetahuan positif dan baik. Mengapa demikian? Karena seluruh hidup manusia cara berpikir, berbicara, dan bertingkah laku berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Jadi, pengetahuan menjadi faktor penyebab utama seseorang melakukan sesuatu. Manusia setiap hari menerima pengetahuan ke otaknya, dan setiap yang dilakukan manusia akan menghasilkan pengetahuan yang tersimpan atau dilupakan. Pengetahuan apa yang banyak tersimpan dalam memori otak manusia, itulah yang akan jadi orientasi dan pandangan hidup manusia.
Perintah "bacalah atas nama Tuhan yang menciptakan mu" (Al 'Alaq, 96:1) bukan sekedar perintah membaca secara fisik. Pesan mendalam dari perintah membaca adalah tentang sudut pandang yang harus dibangun pada saat menjalani kehidupan. Sudut pandang berdasarkan pengetahuan dari Tuhan harus menjadi sudut pandang manusia dalam mengarungi kehidupan.
Seluruh fakta yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi, semuanya berada di atas kehendak Tuhan. Fakta-fakta yang terjadi di alam semuanya di atas kehendak Tuhan, namun Tuhan menghendaki seluruh umat manusia membaca petunjuk-petunjuk dari Tuhan agar hidup manusia menuju kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.
Kitab suci yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, adalah pengetahuan-pengetahuan langsung dari Tuhan sebagai petunjuk. Alam menyajikan pengetahuan-pengetahuan dari Tuhan, tetapi terlalu berat bagi manusia untuk memilih dan menyeleksi pengetahuan-pengetahuan di alam sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan. Wahyu Al Quran adalah kemurahan Allah kepada umat manusia untuk mengetahui tata cara dan tujuan hidup yang harus dicita-citakan di masa depan.
Al Quran sebagai sumber pengetahuan adalah pembentuk pola pikir yang berfungsi menganalisis fakta atau kejadian yang terjadi di alam. Tanpa petunjuk pengetahuan dari Allah Tuhan Yang Maha Esa, manusia bisa salah memberi makna tentang apa yang terjadi dan kelak terjadi. Tanpa petunjuk dari Allah, manusia bisa mengalami kebingungan menentukan arah tujuan hidupnya.
Pengetahuan-pengetahuan yang terlalu banyak dikonsumsi dari alam, tanpa petunjuk Tuhan dapat menyebabkan manusia lupa pada pencipta kehidupan. Sifat pelupa merupakan bagian melekat yang ada pada diri manusia. Manusia akan selalu ingat pada apa yang sering dilakukannya. Dapat dipahami, agama tujuannya adalah membentuk prilaku sehari-hari yang harus dilakukan, agar manusia tidak melupakan Tuhan.
Cara pandang Tuhan sebagai pencipta adalah paradigma yang harus selalu digunakan untuk membaca seluruh kejadian di alam. Teoantroposentris dirasa cara yang diajarkan di dalam Al Quran, sebagai tafsir terhadap ayat, "bacalah atas nama Tuhan yang menciptakan" (Al 'Alaq, 96:1). Ketika manusia mengikuti cara pandang Allah dalam berpikir, tidak dimaksud membatasi kemampuan berpikir manusia, tetapi manusia jangan melepaskan kehendak Tuhan Alla swt dalam cara pandangnya.
Cara pandang Allah bisa diterapkan dalam filosofi, etika, moral, dan fakta. Dalam cara pandang Allah, manusia bukan pemilik kebenaran, tetapi sebagai penyampai kebenaran. Teori, teknologi yang ditemukan manusia, hanya sebatas penemu dan penerang dari apa yang telah Allah ciptakan. Sederhananya, manusia diberi kebebasan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, namun jangan samapi melupakan Allah.
Cara pandang Allah yang diajarkan Allah dala Al Quran bertujuan agar manusia punya tanggung jawab moral, karena hidup adalah sebuah kontinum waktu dari sekarang ke masa kehidupan setelah kematian. Allah tetapkan petunjuk pengetahuan dalam Al Quran, agar manusia tidak melampaui batas dalam menggunakan kebebasan berpikirnya.
Sebagaimana di dalam Al Quran dijelaskan, manusia-manusia berdosa adalah yang melampaui batas. Mencintai kehidupan dunia secara wajar tidak disalahkan, tetapi ketika terlalu mencintai dunia, itulah orang-orang yang akan mendapat kesengsaraan. "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." (Al 'Araaf, 7:81).
Jadi atas nama Allah ketika membaca sebuah fakta, kejadian, peristiwa, adalah bentuk verifikasi, analisis, pertimbangan, etika, dan moral, agar manusia berhati-hati dalam mengkonsumsi pengetahuan. Sesungguhnya Allah menghendaki kedamain dan kebahagian hidup manusia di dunia dan akhirat, karena kasih sayangnya Allah memberi petunjuk pengetahuan agar manusia selalu menggunakan pertimabngan-Nya dalam mengarungi kehidupan.***