Saturday, February 25, 2023

HATI HATI KONSUMSI PENGETAHUAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Di abad informasi bukan hanya makanan yang harus anda perhatikan dengan baik. Sekarang pengetahuan menjadi seperti makanan yang harus diperhatikan sehari-hari. Dulu sebelum ada media sosial, sajian pengetahuan kita setiap hari disediakan oleh media-media mainstream yang bisnis di bidang informasi. Televisi menjadi satu-satunya sumber informasi yang setiap hari dikonsumsi masyarakat. 

Bagi saya, pengetahuan adalah mukjizat yang diberikan Allah kepada umat manusia. Semua manusia bisa hidup karena ada pengetahuan. Bagi muslim, pengetahuan pertama yang harus diberikan pada saat bayi lahir adalah adzan...Allahu Akbar...Allahu Akbar... Anda tahun, adzan yang dikumandangkan saat bayi lahir adalah the first knowledge. Artinya, otak manusia sejak lahir harus diberi pengetahuan-pengetahuan positif dan baik. Mengapa demikian? Karena seluruh hidup manusia cara berpikir, berbicara, dan bertingkah laku berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. 

Jadi, pengetahuan menjadi faktor penyebab utama seseorang melakukan sesuatu. Manusia setiap hari menerima pengetahuan ke otaknya, dan setiap yang dilakukan manusia akan menghasilkan pengetahuan yang tersimpan atau dilupakan. Pengetahuan apa yang banyak tersimpan dalam memori otak manusia, itulah yang akan jadi orientasi dan pandangan hidup manusia. 

Perintah "bacalah atas nama Tuhan yang menciptakan mu" (Al 'Alaq, 96:1) bukan sekedar perintah membaca secara fisik. Pesan mendalam dari perintah membaca adalah tentang sudut pandang yang harus dibangun pada saat menjalani kehidupan. Sudut pandang berdasarkan pengetahuan dari Tuhan harus menjadi sudut pandang manusia dalam mengarungi kehidupan. 

Seluruh fakta yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi, semuanya berada di atas kehendak Tuhan. Fakta-fakta yang terjadi di alam semuanya di atas kehendak Tuhan, namun Tuhan menghendaki seluruh umat manusia membaca petunjuk-petunjuk dari Tuhan agar hidup manusia menuju kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. 

Kitab suci yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW, adalah pengetahuan-pengetahuan langsung dari Tuhan sebagai petunjuk. Alam menyajikan pengetahuan-pengetahuan dari Tuhan, tetapi terlalu berat bagi manusia untuk memilih dan menyeleksi pengetahuan-pengetahuan di alam sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan. Wahyu Al Quran adalah kemurahan Allah kepada umat manusia untuk mengetahui tata cara dan tujuan hidup yang harus dicita-citakan di masa depan. 

Al Quran sebagai sumber pengetahuan adalah pembentuk pola pikir yang berfungsi menganalisis fakta atau kejadian yang terjadi di alam. Tanpa petunjuk pengetahuan dari Allah Tuhan Yang Maha Esa, manusia bisa salah memberi makna tentang apa yang terjadi dan kelak terjadi. Tanpa petunjuk dari Allah, manusia bisa mengalami kebingungan menentukan arah tujuan hidupnya. 

Pengetahuan-pengetahuan yang terlalu banyak dikonsumsi dari alam, tanpa petunjuk Tuhan dapat menyebabkan manusia lupa pada pencipta kehidupan. Sifat pelupa merupakan bagian melekat yang ada pada diri manusia. Manusia akan selalu ingat pada apa yang sering dilakukannya. Dapat dipahami, agama tujuannya adalah membentuk prilaku sehari-hari yang harus dilakukan, agar manusia tidak melupakan Tuhan. 

Cara pandang Tuhan sebagai pencipta adalah paradigma yang harus selalu digunakan untuk membaca seluruh kejadian di alam. Teoantroposentris dirasa cara yang diajarkan di dalam Al Quran, sebagai tafsir terhadap ayat, "bacalah atas nama Tuhan yang menciptakan" (Al 'Alaq, 96:1). Ketika manusia mengikuti cara pandang Allah dalam berpikir, tidak dimaksud membatasi kemampuan berpikir manusia, tetapi manusia jangan melepaskan kehendak Tuhan Alla swt dalam cara pandangnya. 

Cara pandang Allah bisa diterapkan dalam filosofi, etika, moral, dan fakta. Dalam cara pandang Allah, manusia bukan pemilik kebenaran, tetapi sebagai penyampai kebenaran. Teori, teknologi yang ditemukan manusia, hanya sebatas penemu dan penerang dari apa yang telah Allah ciptakan. Sederhananya, manusia diberi kebebasan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, namun jangan samapi melupakan Allah. 

Cara pandang Allah yang diajarkan Allah dala Al Quran bertujuan agar manusia punya tanggung jawab moral, karena hidup adalah sebuah kontinum waktu dari sekarang ke masa kehidupan setelah kematian. Allah tetapkan petunjuk pengetahuan dalam Al Quran, agar manusia tidak melampaui batas dalam menggunakan kebebasan berpikirnya.   

Sebagaimana di dalam Al Quran dijelaskan, manusia-manusia berdosa adalah yang melampaui batas. Mencintai kehidupan dunia secara wajar tidak disalahkan, tetapi ketika terlalu mencintai dunia, itulah orang-orang yang akan mendapat kesengsaraan. "Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas." (Al 'Araaf, 7:81).  

Jadi atas nama Allah ketika membaca sebuah fakta, kejadian, peristiwa, adalah bentuk verifikasi, analisis, pertimbangan, etika, dan moral, agar manusia berhati-hati dalam mengkonsumsi pengetahuan. Sesungguhnya Allah menghendaki kedamain dan kebahagian hidup manusia di dunia dan akhirat, karena kasih sayangnya Allah memberi petunjuk pengetahuan agar manusia selalu menggunakan pertimabngan-Nya dalam mengarungi kehidupan.*** 


Sunday, February 12, 2023

Hak Cipta Logika Tuhan

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Logika Tuhan adalah ilmu berpikir yang bersumber pada Al Quran. Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. telah mendaftarkan hak cipta sebagai kekayaan intelektual. 

Pada tanggal 10 Februari 2023 untuk pertama kali diumumkan di wilayah Indonesia dan di luar wilayah Indonesia. Hak cipta Logika Tuhan sebagai bukti karya produktif dari dunia pendidikan. Di era sekarang bisa jadi, kualitas sekolah ditentukan dengan banyaknya hak cipta yang dihasilkan dari sekolah.

Proyek-proyek pembelajaran kolaboratif di sekolah yang ujungnya adalah produk-produk pendidikan, berupa buku, karya seni, teknologi, bisa didaftarkan hak ciptanya atas nama pribadi atau lembaga. 

Hak cipta berlaku selama hidup pencipta, dan berlaku selama 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung pada tanggal Januari tahun berikutnya. Arti hak cipta bisa jadi kekayaan yang ketika meninggal bisa diwariskan atau dibibahkan untuk kepentingan kemanusiaan. 

Perihal istilah Logika Tuhan banyak khalayak umum menanyakan dan menyimpulkan sendiri pengertian Logika Tuhan. Terminologi Logika Tuhan dipilih karena sumber berpikir dari Al Quran. Hukum-hukum yang ada dalam Al Quran sangat luas. Al Quran adalah kitab suci yang diturunkan dari Tuhan Semesta Alam. Maka logika-logika yang dapat diungkap dari Al Quran, adalah logika petunjuk dari Allah. 

Ada juga yang bertanya, "kenapa tidak diberi nama logika Al Quran?" Di dalam Al Quran perintah berpikir berujung pada mengakui keesaan Allah. Berpikir di dalam Al Quran sebuah perintah dari Allah, untuk mengenal Tuhan. Allah memperingatkan bahwa seluruh yang terjadi di alam semesta berada di atas kehendak Allah. 

Logika Tuhan diperkenalkan bertujuan agar orang pikirannya selalu tertuju pada Tuhan Yang Maha Esa. Jika diberi nama logika selain Tuhan, dikhawatirkan orang akan tergiring ketauhidannya kepada selain Tuhan. Berpikir terlepas dari Tuhan, inilah penyebab munculnya tuhan-tuhan selain Allah. 

Mengapa tidak diberi nama logika Allah? Pertanyaan ini juga sering muncul. Di dalam Al Quran Allah memperkenalkan dirinya dengan banyak nama. Salah satunya adalah Tuhan. "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam," (Al Fatihah, 1:2). Logika Tuhan dipilih untuk membumikan Al Quran di alam semesta. Logika yang berlaku pada seluruh kehidupan manusia. 

Dalam terminologi Logika Tuhan terdapat makna bahwa hanya satu-satu sumber logika yang diajarkan kepada seluruh manusia yaitu logika dari Tuhan Semesta Alam. Kebebasan berpikir adalah kehendak bebas yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang tidak lepas dari segala dalam kehendak Allah. 

Ketika berbicara Logika Tuhan maka ingatan orang akan langsung kepada sang pencipta alam yaitu Allah swt Tuhan Semesta Alam. Jadi ilmu Logika Tuhan mengandung ilmu ketauhidan, ilmu yang mengagungkan dan mengesakan Tuhan.

Logika Tuhan tidak memosisikan orang yang menggunakannya menjadi Tuhan, tetapi sebagai makhluk bodoh yang menggunakan cara berpikir dari petunjuk Allah, bersumber pada Al Quran. Allah maha mengetahuai rahasia di langit dan di bumi, maka segala sesuatu tidak lepas dari pengetahuan Allah. 

Bagi siapa yang mengklaim menggunakan Logika Tuhan, dia harus mampu menunjukkan rujukan ayatnya dari Al Quran. Hak Cipta bukan pemilik, tetapi sebagai tanggung jawab moral yang harus menjelaskan makna Logika Tuhan agar tidak disalahgunakan. 

Sebagai pemilik hak cipta, memiliki tanggung jawab moral untuk menjelaskan terminologi, tujuan, manfaat, dan mampu mengajarkannya. Melalui hak cipta ini, tidak boleh seseorang memberi arti makna sendiri-sendiri tentang Logika Tuhan berdasarkan pemahaman sendiri, harus melakukan konfirmasi kepada pemilik hak ciptanya.***

 

Thursday, February 9, 2023

IMPLEMENTASI LOGIKA TUHAN DI SEKOLAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir adalah aktivitas menghubung-hubungkan konsep dengan pola sebab akibat. Perbedaan cara berpikir disebabkan oleh pengetahuan yang diinput ke dalam memori otak seseorang. Jenis pengetahuan yang diinput ke dalam memori otak akan memengaruhi cara berpikir seseorang. 

Hemat penulis ada dua pola berpikir jika dilihat dari sumber pengetahuan yang di input ke memori otak. Berpikir ilmiah sering dikaitkan dengan kemampuan mengolah pengetahuan bersumber pada pengetahuan faktual di alam. Riset-riset ilmiah melahirkan pola-pola berpikir logika alam. Logika alam dibentuk oleh pola berpikir yang bersumber pada pengetahuan di alam. 

Logika dari pengetahuan alam pada level fisika newton masih nampak terpisah-pisah. Setelah penemuan fisika kuantum, para ilmuwan melihat bahwa benda hakikatnya satu kesatuan yang tidak terpisah. Penemuan fisika kuantum telah mengubah paradigma berpikir tentang hakikat benda. Suatu benda hakikatnya bisa dipahami jika benda tersebut berhubungan dengan benda-benda lain. Cara pandang ini menjadi suatu cara pandang baru melihat fenomena-fenomena di alam. 

Paradigma kuantum, mata pelajaran tidak berdiri sendiri. Mata pelajaran di sekolah digunakan untuk mengidentifikasi, memahami, dan menyelesaikan masalah secara kolaboratif.  

Cara pandang ini dapat kita identifikasi dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kolaboratif menjadi bukti bahwa pengajaran dengan sistem mata pelajaran secara terpisah kurang memberi makna pada peserta didik. Peserta didik dalam paradigma kuantum, harus diajari bagaimana cara berkolaborasi melihat suatu masalah dengan menggunakan multi sudut pandang dari berbagai mata pelajaran. 

Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Ekonomi, Sosialogi, Antropologi, Agama, menjadi cara pandang untuk melihat suatu masalah dan memecahkannya secara multidisiplin. Dengan demikian keberadaan mata pelajaran tidak ada yang lebih unggul. Setiap mata pelajaran menjadi ilmu yang berguna bagi kehidupan manusia. 

Pembelajaran pada level kuantum, bukan lagi mengerjakan soal-soal pada setiap mata pelajaran, tetapi lebih pada kegiatan implementatif untuk memecahkan sebuah permasalahan kehidupan manusia. Produk-produk pendidikan bukan lagi pada hasil nilai ulangan pada mata pelajaran, tetapi pada kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang mata pelajaran. 

Teknologi informasi diperkenalkan kepada siswa, sebagai alat teknis untuk membantu siswa dalam mempermudah menyelesaikan masalah. Berbagai produk aplikasi teknologi informasi diperkenalkan kepada siswa bukan karena sedang trend tapi karena kebermanfaatkan bagi siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya di masyarakat. 

Model pengajaran yang harus terus dilakukan adalah problem solving, project learning, inquary, dan discovery. Mini-mini riset dalam pembelajaran harus selalu diperkenalkan untuk melatih siswa mengenali masalah dan memecahkannya dengan kemampuan mengolah data yang mereka temukan sendiri. Kemandirian berpikir, berpendapat, bertindak, menjadi kunci keberhasilan pembelajaran di abad kuantum. 

Pada abad kuantum sumber pengetahuan agama dari kitab suci, tidak ditempatkan sebagai sesuatu yang sakral secara berlebihan. Kitab suci harus diperkenalkan sebagai sumber pengetahuan yang bisa diolah untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan manusia berdampingan dengan pengetahuan dari alam. Pada hakikatnya, dalam paradigma kuantum, pengetahuan dari kitab suci memiliki sisi-sisi kebenaran ilmiah yang tidak bertentangan dengan kebenaran dari pengetahuan alam. 

Kebenaran ilmiah dari alam tidak berdiri sendiri, tetapi dapat dilakukan verifikasi dengan kebenaran-kebenaran dari pengetahuan kitab suci. Pengetahuan dari kitab suci dapat digunakan sebagai verifikasi kritis untuk menemukan kebenaran filosofis, etika, norma, teori, dan prilaku manusia di alam.

Hakikatnya alam diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta, diciptakan dengan sistem-sistem hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Apa yang ditemukan manusia di alam hanya sebagai kecil dari hukum-hukum alam yang telah diciptakan oleh Allah swt. Berbagai macam penemuan yang berhasil diungkap manusia tidak lepas dari kehendak-kehendak Allah. 

Abad kuantum tidak lagi memisahkan antara agama dan ilmu. Keduanya menjadi alat untuk mengenali sistem kehidupan yang harus mengarah pada kesejahteraan dan kehdiupan damai umat manusia. Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lagi bertujuan untuk saling mendominasi dan menguasai, tetapi untuk saling berkolaborasi demi memenuhi segala kebutuhan hajat hidup manusia di bumi. 

Konflik, pemberontakan, peperangan, bukan lagi tujuan hidup manusia di muka bumi. Pendidikan tidak lagi mendidik siswa menjadi manusia-manusia unggul untuk bersaing antar negara. Pendidikan berorientasi mendidik manusia-manusia bertanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. 

Ajaran agama tidak lagi diarahkan untuk tujuan-tujuan esklusif sekelompok agama, tetapi untuk tujuan-tujuan kemanusiaan sebagai makhluk Allah yang sama-sama menduduki satu bumi. Tujuan pendidikan agama diarahkan untuk mendidik manusia-manusia beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan manusia yang mampu menjadi khalifah, pemelihara, dan penyelesai segala masalah hidup manusia. Ajaran agama tidak lagi merendahkan kehidupan dunia yang harus dihindari, tetapi sebagai petunjuk bagaimana mengelola kehidupan dunia untuk kehidupan yang hakiki, kehidupan abadi setelah kematian. 

Di abad kuantum, manusia tidak lagi memandang kehidupan dunia sebagai satu-satunya tempat hidup yang dibatasi ruang dan waktu. Kehidupan manusia akan terus berlanjut pada kehidupan berikutnya yang lebih bahagian dan sejahtera, yang sangat tergantung pada kehidupan baik manusia di dunia. Dengan demikian manusia akan hidup dengan penuh etika, moral, dan kebijaksanaan. Keserakahan, kecurangan, kelicikkan, selama hidup di dunia harus dihindari, karena akan ada pengadilan pada kehidupan berikutnya. 

Pola pendidikan seperti ini, akan melahirkan manusia-manusia bermoral tinggi, dan selalu bertanggung jawab bukan hanya pada dirinya, tetapi akan bertanggung jawab pada Tuhan yang selalu memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik untuk kesejahteraan hidup umat manusia dan lingkungan alam yang ditempatinya.*** 

 



BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...