OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah dan Guru Sejarah)
Jangan melupakan sejarah
(Jasmerah). Kata-kata ini dikemukakan oleh Bung Karno sebagai wasiat kepada
generasi penerusnya. Tapi tahukah dari mana kata-kata ini muncul? Bung Karno
dengan literasinya yang tinggi, Beliau termasuk penafsir Qur’an yang handal.
Kata-kata Jasmerah yang dikemukakannya diilhami dari ayat-ayat Al-Qur’an.
Bersumber pada sejarah
manusia yang terekam di dalam Al-Qur’an, Sukarno menafsirkan bahwa sejarah
memiliki hukum kehidupan. Apa yang terjadi di kemudian hari adalah buah dari
kejadian yang terjadi di masa lalu. Inilah hukum sejarah yang dipahami Sukarno
dari keterangan ayat Al-Qur’an. Hidup manusia sangat tergantung pada dialektika
sejarah.
Beberapa ayat yang
menjelaskan adanya hukum sejarah dijelaskan dalam Al-Qur’an. “Sesungguhnya
Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lohmahfuz) (yasin, 36:12). Ayat ini
menjelaskan bagaimana manusia diadili kelak oleh Tuhan berdasarkan catatan
sejarah hidupnya di bumi.
Lalu Allah menetapkan hukum sejarah yang berlaku pasti dan tidak akan megalami perubahan. Siraj (2012, hlm. 38) menjelaskan berlakunya hukum sejarah dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah. (Al-Ahzab, 33:62).
Secara substantif kepastian
itu dikabarkan di dalam Al-Qur’an. “Dan orang-orang yang beriman dan beramal
shaleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan
benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang
mereka kerjakan”. (Al Ankabuut, 29:7).
Atas dasar pengetahuan
Al-Qur’an inilah Sukarno mengambil sebuah pemahaman tentang adanya hukum
sejarah. “Bung Karno menjelaskan sejarah memiliki hukum
kerjanya sendiri. Yang berbuat salah selalu menerima hukumannya. Yang mendapat
benar akan mendapat ganjarannya. Itulah hukum tetap sejarah. Jangan lakukan
kejahatan karena menurut sejarah, cepat atau lambat, pelakunya akan ditimpa
nestapa. Selalulah berusaha benar, karena kebenaran itu akan menyelamatkan dan
membahagiakan. Itulah pesan sejarah. Maka dari itu, jangan sekali-kali
melupakan (hukum) sejarah” (Arifin, 2017, hlm. 47). Siraj (2012, hlm. 38).
Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya (sejarah) untuk hari esok (masa depan/akhirat),
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al Hasr, 59:18). Arifin (2017, hlm. 49). Berdasarkan ayat di
atas, ditafsir bahwa sejarah adalah pelajaran untuk masa depan. Untuk menjalani
masa depan dengan baik masa lalu merupakan kompasnya. Petunjuk masa depan ada
pada sejarah masa lalu, dan sumber utama adalah Al-Qur’an, sebagaimana dua
pertiga dari isi Al-Qur’an adalah kisah-kisah sejarah.
Oleh karena itu mata
pelajaran sejarah adalah kemutlakkan untuk dipelajari di dalam kurikulum di
sekolah. Indonesia sebuah bangsa besar akan terus terekam kebesarannya jika
sejarah bangsanya dikabarkan terus dari generasi ke generasi. Menghilangkan
mata pelajaran sejarah atau menjadikannya pilihan adalah langkah gegabah yang
akan mengancam kebesaran dan keberadaban bangsa.
Jasmerah bukan sekedar
kata-kata bijak karangan Bung Karno, tetapi sebagai kata-kata yang telah
diilhami dari kitab suci Al-Qur’an. Maka barang siapa mencoba menghilangkan
sejarah atau menyepelekannya dari kurikulum pembelajaran, bukan hanya tidak
menghargai perjuangan para pendiri bangsa di masa lalu, tetapi mengabaikan dari
perintah Allah swt yang tertuang di dalam Al-Qur’an.