Thursday, May 11, 2023

SEKOLAH YANG MEMBUAT SISWA MISKIN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Penyebab sekolah kita miskin adalah apa yang terjadi sekolah tidak berkaitan langsung dengan kebutuhan siswa di lapangan. Pembelajaran dilaksanakan hanya menyampaikan apa yang ada dalam dokumen kurikulum. Dokumen kurikulum kemudian diterjemahkan secara sempit menjadi buku paket. Oleh karena itu buku paket menjadi sumber belajar bagi guru yang dipaksanakan harus dipelajari anak-anak, tanpa melihat latar belakang minat dan bakat anak-anak.

Buku paket yang digunakan dalam pembelajaran seperti racun yang membuat anak-anak lumpuh dan tidak berdaya saing. Buku paket yang isinya sering tertinggal dengan kondisi sosial yang terjadi, sering menjadi sajian kadaluarsa yang ketika dikonsumsi oleh siswa membuat otak siswa terkena penyakit akut yaitu malas dan tuna kompetensi. 

Jadi penyebab siswa-siswa kita "miskin" adalah akibat konsumsi pengetahuan-pengetahuan basi yang disajikan dalam buku paket. Kualitas pengetahuan yang diberikan kepada siswa jarang dianalasis apakah bergizi bagi otak siswa, relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan berguna bagi penyelesaian masalah yang dihadapi siswa. 

Pengajaran di sekolah terlalu formal sebagai kegiatan ritual yang diukur berdasar urutan struktur dalam dokumen kurikulum yang harus diberikan pada siswa. Sementara kebutuhan siswa tidak pernah menjadi fokus dalam setiap pembelajaran, sehingga siswa cenderung mengalami skeptis, pesimis, dan antipati terhadap kegiatan belajar. 

Pembelajaran menyenangkan kadang tidak dikemas menjadi siswa senang belajar, tetapi menjadi senang bermain dan pembelajaran menjadi standup comedy. Sementara pembelajaran menyenangkan yang membuat minat belajar siswa sepanjang hayat tumbuh hal ini tidak terjadi. Alhasil setelah siswa lulus sekolah dia seperti berakhir dari proses belajar. Konsep belajar menjadi sempit karena hanya dilakukan ketika siswa ada di sekolah atau di kampus. Sementara di jalan, di pasar, di tempat kerja, mereka tidak merasa sedang belajar. 

Penyebab sekolah kita miskin yang lainnya adalah guru tidak bertindak sebagai pengembang kurikulum, tapi lebih bertindak sebagai petugas kurikulum. Guru memahami bahwa kurikulum adalah dokumen yang didesain oleh pemerintah, yang dilengkapi dengan petunjuk teknis. Guru menganggap pembelajaran yang baik adalah yang mengikuti petunjuk teknis sesuai dokumen kurikulum. 

Jadi pendidikan yang membuat siswa miskin adalah pendidikan yang mengabaikan potensi-potensi yang dimiliki siswa, dan tidak relevan dengan kebutuhan hidup realistis siswa di lapangan. Pendidikan yang membuat miskin siswa adalah pendidikan yang mengejar tujuan formalistik dokumen kurikulum tanpa analisis kebutuhan siswa. 

Di sekolah yang membuat miskin siswa, dokumen kurikulum menjadi kitab tekstual yang kaku dan haram untuk ditafsir, diadaftasi, disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Sekolah yang memiskinkan siswa adalah sekolah yang mewariskan karakter miskin secara turun-temurun, yaitu karakter yang tuna nalar, tuna kompentsi dan malas belajar.***

Tuesday, May 9, 2023

Sekolah Terbaik Abad 21???

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Untuk diketahui para orang tua siswa. Dunia pendidikan paradigmanya sudah berubah. Sekolah-sekolah favorit kini sudah menjadi penginggalan sejarah. Namun banyak orang tua yang kurang mendapat pemahaman tentang perubahan paradigma pendidikan abad 21. 

Orang tua masih menganggap anak-anak seperti lumba-lumba. Anak-anak berprestasi masih ditandai dengan menjuarai lomba-lomba. Padahal juara-juara lomba sudah terbukti tidak signifikan menyelesaikan masalah sosial di masyarakat. Sekolah yang melahirkan juara-juara lomba tidak berkontribusi signifikan dengan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang terjadi. Angka kemiskinan tetap tinggi dan setiap tahun lahir pengangguran-pengangguran terdidik. Para juara lomba setelah lulus tidak signifikan menyelesaikan masalah bangsa, karena para juara lomba pada akhirnya berkarir dengan menjadi pencari kerja. 

Sekolah dengan orientasi menjadi juara lomba, tidak menyelesaikan masalah sumberdaya manusia. Data-data statistik tentang sumber daya manusia, selalu menunjukkan posisi terburuk di tingkat dunia. Kita masih kekurangan manusia-manusia berkarakter entrepreneur. Kita kekurangan manusia-manusia bernalar tinggi yang kreatif, berani mengambil risiko, mampu bertahan dalam kondisi sulit, dan mandiri dalam mengambil keputusan.  

Pendidikan dengan orirentasi juara lomba tidak mengantarkan anak-anak kita menjadi manusia-manusia sejahtera dan hidup bahagia. Hasil pendidikan kita selama ini hanya menghasilkan manusia yang bisa bertahan hidup dengan mengandalkan gaji UMR. Prestasi juara-juara lomba hanya jadi sertifikat penghargaan yang tidak menjamin anak-anak jadi manusia sejahtera dan penyejahtera.

Kini sekolah-sekolah terbaik tidak ditandai dengan berapa jumlah siswa yang berhasil menjuarai lomba. Sekolah-sekolah terbaik saat ini adalah yang fokus mengubah tujuan belajar untuk mewujudkan anak-anak didik menjadi manusia-manusia mandiri sedini mungkin. Anak-anak dilatih bukan untuk menjuarai lomba. Anak-anak dilatih diberi pendidikan untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah hidup yang dihadapinya. 

Pengajaran harus menuntun anak-anak menjadi manusia kritis, kreatif, berwawasan global, punya kemampuan berkolaborasi, selalu potimis, dan punya kemandirian. Inilah profil pelajar Pancasila, yaitu manusia berkarakter entrepreneur yang dihadaprkan bisa mengurai setiap permasalahan yang dihadapinya dan berguna bagi masyarakat. 

Manusia-manusia berguna harus diciptakan sejak dari sekolah. Pengajaran harus fokus pada konteks dimana mereka hidup dan mengenal masalah yang dihadapinya sehari-hari. Sekolah bukan bertujuan menyelesaikan program kurikulum, tetapi bertujuan melatih dan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Sekolah menjadi tempat para siswa mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya hingga menjadi keterampilan bagi dirinya untuk bertahan hidup. 

Kreativitas menjadi fokus tujuan pendidikan. Program-program di sekolah harus dikembangkan dengan tujuan melahirkan manusia-manusia terampil dalam mengolah masalah menjadi peluang untuk mengembangkan karirnya sejak di sekolah. Ujung dari hasil pendidikan adalah harus melahirkan manusia-manusia mandiri yang tidak tergantung pada orang lain hanya sekedar untuk bertahan hidup. 

Sekolah-sekolah terbaik di abad 21 bukan sekolah yang melahirkan banyak siswa juara lomba. Sekolah terbaik di abad 21 adalah sekolah yang berhasil mencatatkan berbagai karya siswa yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Sekolah-sekolah terbaik ditandai dengan banyaknya siswa yang berani hidup mandiri dengan ketermapilan hidup yang didapatnya dari dunia pendidikan.***

Sunday, May 7, 2023

PENDIDIKAN AGAMA LATIH POLA PIKIR

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Pelajaran agama yang diajarkan di sekolah terlalu formalistik. Ajaran agama dipatok dengan ajaran yang kaku dalam bentuk praktek ajaran ritual yang mekanistik. Ajaran agama yang fomalistik dan kaku, menjadi sebab ajaran agama tidak konstekstual dengan kehidupan sehari-hari. 

Cara pengajaran agama Islam saat ini cenderung menggunakan sudut pandang ilmu fiqih, ilmu yang mengajarkan hukum-hukum ritual formal yang dikembangkan para ulama fiqih. Cara pandang ilmu fiqih dalam beragama mendominasi cara-cara beragama masyarakat. Kelemahan pengajaran agama dari sudut pandang ilmu fiqih adalah tidak fleksibel dan kadang memberatkan. 

Misalnya ketika orang mau melakukan shalat jama, dalam ilmu fiqih disyaratkan harus menempuh perjalanan 80 km. Akibat aturan fiqih terlalu kaku, kadang-kadang shalat seseorang lebih fokus pada aturan fiqih bukan pada substansi shalat sebagai ibadah kepada Allah.

Aturan lainnya, ketika ingin memahami Al Quran. Aturan-aturan membaca Al Quran yang terlalu ketat dengan syarat keilmuan khusus, kehadiran guru secara formal, menjadi hambatan, keraguan seseorang ketika ingin memahami Al Quran dengan berbagai macam cara. Sementara di era teknologi informasi, situasinya jauh berbeda dengan era sebelumnya. Akses seseorang untuk mendapatkan ilmu sangat terbatas dan cenderung dilembagakan. Saat ini, ilmu sudah menjadi milik semua orang yang mau mempelajarinya dengan kehadiran media informasi massal. 

Metode dalam mempelajari agama perlu ada penyesuaian dengan situasi saat ini. Ilmu fiqih tetap diperlukan, namun tidak dijadikan kecenderungan satu-satunya yang paling mendekati kebenaran. Dalam situasi saat ini, metode yang perlu dikembangkan dalam mempelajari agama adalah melalui metode yang mendorong seseorang mampu belajar mandiri melalui konsep belajar sepanjang hayat. 

Metode yang bisa dikembangkan untuk mempelajari agama saat ini adalah melatih kemampuan berpikir. Kontradiksi umat beragama dengan prilaku sehari-hari yang dilakukan umat saat ini terjadi karena pengajaran agama terlalu mekanistik pada penerapan hukum-hukum. Sementara pemahaman dalam bentuk pola-pola pikir orang beragama belum banyak dikembangkan. Keterbatasan agama dalam sudut pandang penerapan hukum-hukum agama, kadang tidak selaras dengan kondisi budaya dan masalah sosial yang dihadapi masyarakat. Akhirnya ajaran agama tidak memberikan harapan-harapan baik yang dapat mengubah hidup seseorang. 

Agama adalah ajaran yang memberikan harapan-harapan hidup lebih baik sekalipun seseorang dalam kondisi terpuruk. Untuk itu perlu pengajaran yang berimbang, antara ilmu hukum agama, dengan ilmu berpikir bersumber dari agama. Allah yang dipersepsi sebagai maha pengampun harus memberi harapan kepada semua orang untuk menjadi orang baik dan hidup lebih baik.

Allah yang maha bijaksana dapat dipahami dengan pendekatan-pendekatan pola pikir yang dikembangkan dari Al Quran dan hadis. Pola pikir agama jika diajarkan, dalam prakteknya lebih banyak memberi manfaat pada pribadi seseorang karena sifatnya fleksibel dan menuntut setiap orang untuk terus berpikir memperbaiki kualitas hidupnya. 

Masalah sosial seperti pelecehan seksual, pencemaran lingkungan, kemiskinan, penyalahgunaan narkoba, dan ketidakteraturan sosial, kadang tidak bisa disentuh dengan pendekatan agama yang cenderung mekanistik mengatur ibadah ritual. Masalah-masalah sosial dan lingkungan yang terjadi membutuhkan banyak pemikir-pemikir yang kreatif dalam mewujudkan masyarakat agama yang berperadaban. 

Diakui beberapa ahli pendidikan saat ini, kelemahan dari umat beragama adalah lemah dalam mengimplementasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan ini diawal dari kelemahan umat beragama dalam memahami pola-pola pikir yang ada dalam pengajaran agama. Oleh karena itu, kita sering melihat kontrakdiksi antara kehidupan umat yang mengatasnamakan agama dengan umat manusia yang tidak mengatasnamakan agama. Kehidupan masyarakat yang tidak mengatasnamakan agama lebih bersih dibanding dengan umat yang tidak secara langsung mengatasnamakan agama. 

Potret kehdiupan masyarakat agama dan tidak beragama menjadi pandangan pesimis terhadap ajaran agama. Pengajaran agama dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan zaman dan ajaran agama sedikit demi sedikit ditingalkan penganutnya. Ajaran agama yang dianggap suci bersumber dari para Nabi, kadang dilecehkan dan dinistakan. 

Mengajarkan agama dengan sudut pandang pola pikir perlu dikembangkan disandingkan dengan pendekatan-pendekatan hukum yang mekanistik. Melalui pengembangan pola pikir, diharapakan pengajaran agama dapat membantu masyarakat bisa menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. Pola pengajaran agama melalu sudut pandang pola pikir, dapat dilakukan dengan menghadirkan masalah-masalah sosial, ekonomi, budaya, yang ada di masyarakat melalui proses dialogis berkelanjutan. 

Melalui sudut pandang pola pikir yang dialogis, sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat harus dibangun dengan tujuan yang sama yaitu menuju masyarakat damai dan sejahtera. Allah menurunkan ajaranNya untuk membantu manusia agar bisa hidup sejahtera di dunia dan akhirat.***

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...