Saturday, August 13, 2022

INTI PERUBAHAN PADA KURIKULUM MERDEKA

OLEH: TOTO SUHARYA

Perubahan kurikulum memang sudah layak dilakukan. Konsep Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan sekarang sebagai tanda bahwa kurikulum harus berubah. Isi dari Kurikulum Merdeka, menurut hemat penulis terletak pada konten dan metode pembelajaran untuk para siswa di kelas. 

Dari pengamatan penulis, esensi perubahan pada kurikulum merdeka sekarang ada mengubah cara pandang guru terhadap siswa. Paradigma lama, guru terlalu memandang berlebihan pada kecerdasan akademik sebagai akhir dari proses pendidikan. Sehingga hasil akhir dari evaluasi pendidikan adalah capaian nilai akademik. Nilai angka di raport, hasil ujian nasional, terlalu parsial memandang kecerdasan siswa hanya diukur dari hasil tes potensi akademik.

Pada paradigma lama sistem penerimaan siswa baru diklasifikasi berdasarkan nilai akademik. Sehingga terjadi homogenisasi sekolah berdasarkan nilai akademik rendah dan nilai akademik tinggi. Sekolah-sekolah favorit muncul berdasarkan keunggulan potensi akademik tinggi, dengan latar belakang yang sudah tersaring hanya potensi akademik tinggi. Siswa-siswa dengan potensi akademik tinggi, cenderung berlatar belakang ekonomi tinggi, dan latar belakang orang tua dengan berpendidikan.

Oleh karena itu terjadi klasifikasi sekolah berdasarkan kecerdasan akademik dan kelas ekonomi. Kondisi ini telah melahirkan perbedaan kualitas pendidikan di setiap daerah. Pelabelan sekolah favorit jumlahnya hanya sedikit dan sisanya dianggap sekolah-sekolah yang tidak berkualitas.

Dalam paradigma baru yang harus jadi kolektif memori pada guru sekarang adalah semua siswa dilahirkan cerdas. Kecerdasan siswa tidak sebatas kecerdasan akademik, tetapi berbagai kecerdasan yang sudah melekat dimiliki setiap siswa. Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara (1961) seluruh siswa sudah memiliki berbagai macam kecerdasan, mereka seperti kertas yang sudah ada tulisannya namun masih samar. Tugas para guru adalah menebalkan tulisan-tulisan yang ada pada siswa sesuai bakat dan minatnya. 

Pada sistem penerimaan siswa pun, diberlakukan sistem zonasi yang tidak lagi memebda-bedakan siswa berdasarkan latar belakang kecerdasan, karena pada dasarnya semua siswa cerdas. Sekolah harus menerima berbagai latar belakang kecerdasan siswa, termasuk yang berkebutuhan khusus. Keberhasilan sekolah tidak lagi ditentukan oleh latar belakang kecerdasan siswa tetapi berdasar pada kecerdasan para guru dalam melatih dan mengembangkan bakat para siswa.

Pada pembelajaran dalam paradigma lama, guru-guru cenderung fokus pada konten materi yang terdapat dalam buku paket. Guru tidak memikirkan materi itu bermanfaat atau tidak bagi kehidupan siswa, targetnya adalah menyampaikan semua materi ajar yang ada dalam buku paket. Siswa dilatih kemampuan berpikir melalui materi ajar, tetapi kebermanfaatannya di dalam kehidupan sehari-hari materi tersebut tidak begitu berguna.

Pada  pembelajaran paradigma baru, guru-guru tidak lagi dipasung oleh materi ajar dari buku paket. Berdasarkan pada kompetensi dasar atau capaian belajar yang ada dalam kurikulum guru bisa memanfaatkan berbagai macam sumber materi ajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi ajar harus dianalisis sesuai dengan kebutuhan siswa dimana dia tinggal dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dalam filosofi Ki Hadjar Dewantara, materi harus esensian dan berguna bagi siswa dengan memperhatikan kodrat alam dan zaman. 

Pendekatan dalam pembelajaran harus lebih banyak memperkenalkan siswa dengan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka (kontekstual). Materi ajar adalah bahan yang membantu memperjelas masalah, dan solusi bagi siswa untuk menyelesaikannya. Dalam paradigma baru, siswa mengerjakan soal matematika dengan rumus-rumus yang diperkenalkan pada siswa tidak lagi berlaku. Pengerjaan soal-soal matermati, harus dikemas dalam menyelesaikan sebuah permasalahan hidup yang dialami sehari-hari dan dibutuhkan oleh siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Teori-teori ekonomi harus dikemas menjadi cara bernaral siswa dalam menyelesaikan masalah nyata dalam kehdiupan mereka. Cara berpikir ilmiah harus menjadi cara berpikir mereka untuk mengidentifikasi dan menemukan pemecahan masalahnya. Evaluasi pembelajaran tidak lagi monoton pada tes kognitif, tetapi memberi kesempatan kepada siswa untuk menguji berbagai macam kompetensi yang dimiliki oleh siswa. 

Pedagogik kreatif harus menjadi acuan guru dalam mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran (Supriatna, 2020). Pedagogik kreatif menjadi kreativitas guru dalam mendiagnosis berbagai kecerdasan siswa, kemudian mengembangkan metode yang tepat dalam pembelajaran, dan mengukur dengan alat evaluasi yang mengukur kemampuan siswa sesuai bakat dan minatnya. 

Jadi, Kurikulum Merdeka membawa angin segar bagi bangsa Indonesia untuk melakukan transformasi mental agar terlahir manusia-manusia kreatif dan berdaya saing. Sesungguhnya tidak ada bangsa bodoh, kecuali mereka tidak diberi pendidikan sesuai dengan kodrat manusia. Dasgufta (2019) mengatakan kreatifitas adalah inti dari kisah sejarah hidup manusia sejak zaman para sejarah hingga sekarang. Manusia-manusia kreatif mampu beradaftasi dan memiliki kemampuan survival di segala zaman.*** 


Sumber:

Dasgupta, S. (2019) A Cognitive Historical Approach to Creativity.  Routledge.

Dewatara K.H. (1961) Bagian Pertama: Pendidikan. Percetakan Taman Siswa. 

Supriatna, N. & Maulidah, N. (2020) Pedagogi Kreatif Menumbuhkan Kreativitas dalam Pembelajaran Sejarah dan IPS. Rosdakarya. 

Sunday, August 7, 2022

KURIKULUM DARI ALLAH

OLEH: TOTO SUHARYA

Jika kita perhatikan, Al Quran dan hadis adalah kitab rujukan pendidikan. Semua ajaran yang terkandung dalam Al Quran dan hadis berkaitan dengan pembentukkan akhlak mulia. Allah mengajarkan kepada umat manusia untuk meniru akhlak Allah. Sebagaimana hadis Rasulullah menjelaskan, "berakhlaklah dengan akhlak Allah".

Kurikulum pendidikan adalah seperangkat aturan yang disusun secara senagaja untuk membimbing manusia membenntuk akhlak mulia. Para pemikir pendidikan semuanya berusaha untuk mewujudkan manusia-manusia berakrakter unggul. Semua niat baik para pemikir pendidikan dinaungi oleh ayat-ayat Allah di dalam Al Quran. 

Keterbatasan pemikiran manusialah hingga terjadi perbedaan persepsi dalam menyikapinya. Namun kita harus berprasangka baik pada semua pemikir di bidang pendidikan. Tetapi setiap manusia diberi hak untuk mengeluarkan pendapat dan pemikirannya dalam menciptakan masyarakat damai sejahtera melalui jalan pendidikan. 

Kurikulum dari Allah, membendung mindset ketergantungan pada Allah.
Allah menjadi penyebab kehidupan damai dan sejahtera umat manusia.

Untuk itu, izinkan penulis mengemukakan pendapat dalam hal mewujudkan pendidikan berkualitas untuk menciptakan generasi terbaik sebagaimana diperintahkan oleh Allah. 

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (An Nisaa, 3:9).

Atas dasar itulah, penulis menjadikan Al Quran sebagai sumber pemikiran dalam mengembangkan kurikulum pendidikan. Ada dua keuntungan yang didapat jika kita mengembangkan kurikulum berlandaskan pada Al Quran. Kurikulum yang dilandaskan pada Al Quran mengandung keyakinan bahwa Allah ridha pada program-program pendidikan yang kita kembangkan.

Program tersebut antara lain, dengan mengembangkan karakter berbasis pada ajaran agama sesuai keyakinan masing-masing. Program dhuha 12 rakaat tiap hari, memantau shalat lima waktu siswa setiap hari, dan memberi ruang berdoa harian, menjalankan ibadah sesuai keyakinan pada umat agama lain, menjadi program pendidikan bernuansa toleransi. 

Selanjutnya membiasakan karakter sosial tinggi melalui sedekah harian untuk semua siswa lintas agama menjadi keyakinan bersama bahwa dengan melatih siswa berjiwa sosial tinggi akan melahirkan pemimpin-pemimpin menyejahterakan umat di masa mendatang.

Bagi muslim, shalat adalah senjata atau alat untuk menyelesaikan segala permasalahan hidup di muka bumi. Shalat adalah upaya membangun sikap optimis pada hati dan pikiran siswa. Shalat adalah bentuk ketidakberdayaan manusia dengan mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang dapat memberi pertolongan. Shalat adalah cara manusia untuk tetap bergantung kepada Allah dari segala kegelisahan dan kegalauan dalam hidup. 

Keuntungan dari program kurikulum dari Allah adalah siswa yang kita latih berada di atas jaminan Allah. Siswa berada dalam jaminan hidup damai sejahtera di dunia dan akhirat. Pendidikpun dilatih untuk selalu berserah diri dalam menjalankan tugasnya. Tugas mendidik hanya sebatas membimbing, menyampaikan, mengingatkan, apa-apa yang telah disampaikan Allah dan Rasulullah. 

Pesan dari Allah melalui Rasulullah adalah  "dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus" (Yasin, 36:61). Pondasi pendidikan yang akan membawa kedamaian dan kesejehteraan siswa di dunia dan akhirat adalah membiasakan siswa bergantung pada Allah.

Prakteknya adalah membangun mindset siswa agar segala cita-cita dan tujuan hidupnya selalu memohon jaminan Allah dalam mewujudkannya dengan shalat. Kesadaran siswa dalam mengingat Allah akan membawa mereka pada jalan lurus, manusia-amanusia tangguh, kreatif, berani menghadapi risiko, mampu bertahan dalam kondisi sulit, dan mandiri. 

Kemandirian para siswa sangat tergantung pada kedekatan mereka dengan Tuhannya. Ketenangan jiwa dan optimisme siswa sangat tergantung pada kedekatan mereka dengan Tuhannya. Bagi orang-orang yang selalu tergantung pada Allah, mereka akan tampil menjadi menusi-manusia kreatif, pantang mengeluh, pantang menyalahkan orang lain, dan rela berkorban untuk kedamaian dan kesejahteraan umat manusia di muka bumi. 

Inilah keyakinan penulis, jika kurikulum dari Allah diimplementasikan dalam dunia pendidikan. Selanjutnya kita berserah diri dan memohon kepada Allah akan lahir generasi-generasi unggul yang bisa membawa kedamaian dan kesejahteraan bangsa dan masyarakat dunia. Disiplin shalat lima waktu dan dhuha 12 rakaat adalah program kukrikulum dari Allah. Sebagaimana Allah perintahkan;

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqarah, 2:153).*** 


BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...