OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris DPP AKSI, KACI)
Sekolah adalah lembaga yang
ditugasi negara untuk mempropagandakan tujuan-tujuan negara. Propaganda dalam
bahasa latin modern adalah propagare yang artinya mengembangkan atau
memekarkan, isinya berupa rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi
pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang (id.wikipedia.org).
Tujuan sekolah adalah
memengaruhi warga sekolah untuk memiliki pola pikir, prilaku dan kepribadian,
yang sesuai dengan ideologi dan tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh
negara. Sekolah harus bisa mewujudkan tujuan-tujuan negara menjadi pola pikir
dan kepribadian warga negaranya.
Agen propaganda di sekolah dipimpin oleh kepala sekolah, guru, para pengawas, dan dinas pendidikan. Propaganda adalah seni memengaruhi pendapat warga sekolah, masyarakat, dengan mengembangkan dan menyampaikan pesan berulang-ulang, dengan berbagai macam cara agar pesan yang dikembangkan menjadi opini dan kolektif memori warga. Propaganda berkaitan dengan kreativitas mengolah pesan agar menjadi pusat perhatian, buah bibir, dan diapresiasi terus oleh masyarakat menjadi obrolah sehari-hari.
Kunci dari keberhasilan
propaganda adalah intensitas komunikasi sekolah dengan warga sekolah dan masyarakat.
Penggunaan berbagai media informasi dan kualitas informasi yang disampaikan
ikut menentukan keberhasilan propaganda. Tidak kalah penting adalah tim kreatif
yang punya keahlian mengemas informasi sekecil apapun menjadi informasi yang
menarik, dikemas secara digital hingga mudah diakses oleh masyarakat.
Propaganda dilakukan oleh
negara-negara besar di dunia yang ingin menguasi dunia. Kehebatan sebuah negara
tergantung pada kemasan informasi di media massa dan disebarluaskan ke seluruh
negara. Monopoli informasi menjadi salah satu alat keberhasilan negara-negara
besar menguasai negara-negara kecil. Bumi bulat, peluncuran satelit, pendaratan
di bulan, kekuatan militer, penemuan teknologi, penerapan sistem ekonomi, dominasi
peredaran mata uang dan paradgima pengembangan ilmu, dikemas dalam sebuah propaganda
demi eksistensi dan kehebatan sebuah negara. Penguasaan teknologi informasi di
abad ini menjadi faktor vital guna menunjang keberhasilan propaganda.
Di abad informasi ini, sekolah
selayaknya memiliki agen-agen kreatif propaganda. Agen propaganda di sekolah
bertugas untuk membangun opini, pola pikir, dan mindset positif warga sekolah
dan masyarakat. Agen propaganda sekolah beranggotakan kepala sekolah, guru, dan
seluruh siswa. Agen propaganda adalah mereka yang berani to create hal-hal
positif dan menyebarluaskannya di media massa. Keberanian to create hal
positif adalah level tertinggi dalam dunia pendidikan yang harus terus dipompa.
Sekolah sebagai agen
propaganda harus diisi oleh kepala sekolah dan guru-guru yang penuh “birahi” to
create. “Birahi” to create hal-hal positif, edukatif, inspiratif
harus terus digaungkan oleh leader to create yaitu kepala sekolah dan
guru-guru. Di tangan kepala sekolah dan guru-guru, birahi to create
ratusan sampai ribuan anak dalam satu sekolah harus tersalurkan dengan
memerhatikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.
Jika sekolah sudah menjadi
agen propaganda pola pikir positif, pola pikir optimistik, pola pikir growth,
dan berwujud dalam prilaku-prilaku positif, kemudian dipropagandakan melalui
berbagai media sosial oleh ribuan warga sekolah, maka sekolah akan berubah
menjadi wellbeing school. Sekolah menyenangkan, sekolah memuaskan dan
sekolah yang menjadi harapan masyarakat dalam mengubah nasib hidupnya di masa
yang akan datang.