Thursday, September 5, 2024

ILMU BERPIKIR DASAR PELAJARAN AGAMA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Sejak tahun 2005 meneliti Al Quran dari sudut pandang ilmu berpikir, semakin dalam saya menemukan bahwa ilmu agama berkaitan dengan kompetensi berpikir. Sementara awam memahami agama sebagai pengajaran tentang aturan-aturan formal dan ritual.

Di masyarakat awam, akal dipertentangkan dengan ajaran agama. Berpikir jadi dianggap tabu dalam pelajaran agama. Padahal kalau kembali kepada kitab suci Al Quran, Allah memerintahkan kepada manusia untuk berpikir. 

Sebelum terjun lebih dalam meneliti Al Quran, saya ikut mempertentangkan agama dengan akal. Namun seiring waktu saya semakin menemukan banyak fakta, bahwa agama sangat berkaitan erat dengan akal. Fungsi akal adalah berpikir. 

Ketika pemahaman agama terlalu formal dan ritual, kebanyakan orang mengklaim telah beragama dengan memperlihatkan mode berpakaian. Padahal, keberagamaan yang sebenar-benarnya, tidak berhenti dipakaian atau tampilan fisik tapi sampai ke pola pikir yang tidak kelihatan.

Dalam sebuah kisah hadis, ketika sahabat Nabi Muhammad berkata tentang kesalehan seseorang karena dilihat dari kedisiplinan shalat, sedekah, puasa, maka Nabi Muhammad memerintahkan untuk memeriksa akalnya.

Pesan dari kisah ini adalah kegiatan-kegiatan ritual dalam ajaran agama jangan hanya sebatas kegiatan fisik, tetapi harus selesai dengan urusan hati dan pola pikirnya. Para pengajar agama seharus bukan sebatas pengajar tata cara ibadah ritual, tetapi harus jadi ahli pikir.

Masyarakat awam berpendapat, ilmu berpikir seolah-olah hanya berguna untuk kajian ilmu sosial dan alam yang objeknya manusia dan alam. Padahal, ilmu agama yang selama ini bersumber pada Al Quran dan hadis, di dalamnya mengandung ajaran yang memandu manusia berpikir.

Hukum-hukum formal yang berhasil dinarasikan dan diterapkan dalam berbagai bidang, sumbernya dari pemikiran. Ilmu fiqih yang sering digunakan banyak orang dalam membahas agama, pola dasarnya adalah hasil pemikiran. 

Pada dasarnya aktivitas berpikir merupakan kerja akal dalam mengolah pengetahuan yang ada di memori otak. Saya berpendapat pola pikir seseorang sangat ditentukan oleh deposit pengetahuan yang ada di otak. 

Diakui ataau tidak, desposit pengetahuan tentang Al Quran umat Islam di Indonesia sangat minim. Menurut penulis inilah sebab terjadinya paradoks dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 

Minimnya deposit pengetahuan Al Quran umat Islam di Indonesia, disebabkan oleh metode pengajaran Al Quran yang tidak variatif. Metode belajar Al Quran didominasi oleh pengajaran baca dan tulis bahasa Arab. 

Pengajaran tentang substansi Al Quran tidak dikembangkan. Banyak faktor memengaruhi mengapa pengajaran Al Quran tidak mengalami perkembangan. Jawaban sementara saya, budaya berpikir masyarakat tidak serius didukung dari berbagai bidang.

Solusinya, saya telah mengembangkan ilmu berpikir bersumber pada Al Quran. Seluruh isi Al Quran adalah pengetahuan. Al Quran bisa benar-benar jadi petunjuk hidup jika dipahami sebagai pola pikir.

Memahami Al Quran dari sudut pandang pola pikir dapat menjadikan Al Quran sebagai sumber bacaan yang tidak ada habis-habisnya dan tidak membosankan. Memahami Al Quran dari sudut pandang pola pikir, dapat melahirkan pemikir-pemikir kelas dunia. 

Memahami Al Quran dari sudut pola pikir dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Memahami Al Quran dari sudut pandang pola pikir dapat menepis prasangka-prangka buruk pada agama sebagai penghambat perubahan.***


Sunday, August 25, 2024

MENGAPA PENDIDIKAN HARUS FOKUS MELATIH BEPRIKIR?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. 

Kompetensi berpikir menjadi keterampilan wajib dimiliki di era teknologi informasi. Kecerdasan berpikir sudah diperintahkan Allah berulang-ulang dalam Al Quran. 

"Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir" (Al Hasyr, 59:21). 

Berpikir menjadi keterampilan yang harus dimiliki oleh manusia. Allah memerintahkan berpikir untuk seluruh umat manusia di muka bumi. 

Salah satu keterampilan berpikir yang harus dimiliki manusia adalah berpikir kritis. Saat ini, dunia pendidikan sedang menggembor-gemborkan pentingnya berpikir kritis. Mengapa setiap orang harus punya kemampuan berpikir kritis?

Berpikir kritis berkaitan dengan membangun tauhid seseorang kepada Tuhan. Tanpa kemampuan berpikir kritis, manusia bisa menjadi makhluk bodoh, mudah ditiipu, dan diperdaya, karena taat kepada manusia bukan pada Tuhan.

Kemampuan berpikir kritis menjadi mutlak dimiliki manusia dan Allah perintahkan pada seluruh umat manusia. Misalkan dalam beragama, tanpa berpikir kritis orang bisa jadi bukan taat pada Allah tapi taat pada kelompok, organisasi, aliran, madzab, atau guru-guru.

Fenomena saat ini, kita dapat saksikan manusia yang mengaku beragama belum tentu dia taat beragama, karena ukuran ketaatan dalam beragama dia harus taat kepada apa yang diperintahkan Allah dalam Al Quran, bukan taat pada kelompok, aliran, madzab, atau gurunya.

Inilah pentingnya berpikir kritis. Setiap orang harus punya kemampuan mengevaluasi setiap pendapat dari berbagai sudut pandang dengan tetap berpijak pada pedoman ajaran agama yaitu kitab suci Al Quran. 

Akhirnya orang beragama bukan berupaya menciptakan kesejahteraan dan perdamaian dunia untuk umat manusia, tapi membela kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok untuk kehidupan dunia. 

Orang-orang yang berpikir kritis dalam beragama, dia fokus pada ajaran agama yang dianutnya bersumber pada ajaran yang terkandung di dalam kitab sucinya. Orang yang berpikir kritis akan mencari kebenaran tanpa ada akhir, karena kebenaran di dunia bersifat dialogis.

Manusia-manusia berpikir kritis, tidak memutlakkan pendapatnya dan memaksakannya pada orang lain. Manusia berpikir kritis akan menghargai pendapat orang lain, karena paham orang lain punya hak untk beprikir dan akan terus berdialog merefleksi diri untuk mengevaluasi hasil pemikirannya sendiri berdiskusi dengan orang lain.

Dapat dipahami mengapa Allah selalu memerintahkan dan selalu bertanya kepada manusia, "apakah kamu tidak berpikir?". (Ali Imran, 3:65). 

Maka, setiap manusia harus jadi pemikir, karena Allah tidak berbicara pada sekelompok manusia tapi untuk seluruh umat manusia. Untuk itulah pendidikan di dunia saat ini, menganjurkan untuk melatih kemampuan berpikir pada anak-anak, karena berpikir adalah perintah Allah.***

  

  

Saturday, August 17, 2024

APA CIRI ORANG BERIMAN DAN BERTAKWA?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Iman dan takwa merupakan kata yang sering bergandengan. Namun ketika kita mengatakan tingkatkan iman dan takwa, apa yang harus kita lakukan? Kebanyakan hanya jadi kata-kata puitis yang kurang berdampak pada kelakuan. Mengapa gejala ini terjadi?

Sudah lama saya amati dan renungkan, keberagamaan masyarakat kita pemahamannya kurang mendalam. Kesalahannya bukan pada ajaran agama, tapi pada kedalaman pemahaman ilmu agama. Pemahaman agama terlalu tekstual sehingga tidak mendorong umat beragama berpikir. 

Dalam pandangan agama tekstual, penggunaan akal dalam memahami agama dianggap haram, padahal Allah di dalam Al Quran banyak memerintahkan manusia berpikir. Ciri dari orang beragama sebenarnya dia ahli pikir. 


Dalam pandangan agama tekstual, peran guru menjadi dominan. Rujukan keilmuan dalam beragama dalam pandangan tekstual harus selalu merujuk ke guru. Pada akhirnya dominasi guru terlalu kuat, akibatnya pengajaran ilmu agama menjadi stagnan.

Akibat pemahaman agama terlalu tekstual dan dominasi guru terlalu kuat, berabad-abad umat beragama tidal melahirkan guru-guru hebat. Hingga sekarang, rujukan pengajaran agama adalah guru-guru yang sudah meninggal ratusan tahun lalu sementara masyarakat terus berubah.

Iman dan takwa kebanyakan dipahami sebatas kalimat pembuka saat ceramah, makna dan implementasinya jalan ditempat. Konsep iman dan takwa seharusnya dibedah, ditelaah, hingga ditemukan sebuah kriteria dalam mengimplementasikannya. 

Salah satu konsep iman dan takwa yang dapat kita pahami secara impelentatif dapat kita temukan dalam Al Quran. Iman dan takwa adalah pondasi keyakinan hati kita kepada Allah. Lalu yang harus kita tingkatkan apanya? 

Coba kita gali dari Al Quran, apa saja ciri dari prilaku orang beriman dan bertakwa? Di dalam Al Quran dijelaskan;

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Hasyr, 59:18).

Tanda orang beriman dan bertakwa adalah selalu berpikir visioner. Setiap perbuatan yang dilakukan orang beriman dan bertakwa harus berorientasi pada masa depan. Pola pikir ini dimiliki orang-orang hebat di seluruh dunia. 

Orang beriman dan bertakwa merupakan representasi dari orang-orang berpendidikan. Perbedaan orang berpendidikan dan tidak berpendidikan terlihat dalam tindakannya. Tindakan orang berpendidikan yaitu selalu berpikir ke masa depan. 



Saturday, August 10, 2024

AJAL BUKAN KEMATIAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd. M.Pd.

Awam sering memaknai kata ajal dengan kematian. Jika kita perhatikan dalam ayat Al Quran, kata ajal berkaitan dengan perbuatan. Jika kita pelahjari makna dasar dari Al Quran, kata ajal berbeda dengan mati. Untuk memahaminya kita coba analisis dari isi Al Quran. 

"Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian (ahadakumulmaut) kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan ajal ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?" (Munaafiqun, 63:11).

Ajal jika kita perhatikan berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan seseorang. Perbuatan yang diinginkan seseorang adalah dia dicatat oleh Allah sebagai ahli sedekah. Maka di dalam Al Quran dikisahkan ada orang yang meminta menangguhkan kematiannya barang sekejap karena dia ingin mengakhiri ajalnya dengan bersedekah. 

Lebih jelas lagi konsep ajal dapat kita perhatikan pada ayat Al Quran berikut; "Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan seseorang apabila datang ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Munaafiqun, 63:12). 

Pada ayat ini sering ditemukan kata ajal diterjemahkan dengan makna kematian. Padahal kalau kita perhatikan kata ajal dengan mati dalam bahasa Al Quran berbeda. Untuk memaknai kata ajal, salah satu cara yang bisa dipakai adalah mencari kata penjelasan pada kalimat berikutnya.

Pada akhir surat Munaafiqun (63:12) bisa ditemukan kalimat "Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". Kalimat ini jika dikaitkan dengan ajal, kata ajal bisa mengandung arti perkerjaan atau perbuatan.  

Jadi ajal adalah perbuatan terakhir seseorang. Maka dapat dipahami jika orang-orang munafik pada akhirnya minta ditangguhkan ajalnya, agar dia bisa berbuat kebaikan, sehingga ketika kematian datang dia tercatat sebagai orang-orang yang berbuat baik. 

Dengan demikian pada saat Allah mematikan seseorang, Allah tidak akan memperhatikan perbuatan orang itu sedang apa. Pelajaran penting untuk kita semua adalah jaga setiap saat supaya perbuatan kita selalu baik, sehingga ketika kematian datang kita dicatat oleh Allah sebagai orang yang mati dengan ajal yang baik.***


Monday, July 22, 2024

FILOSOFI PENGETAHUAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan itu sederhana hanya mengurusi isi memori otak. Isi memori otak membawa dampak pada pola pikir, cara bicara, cara bertindak, dan prilaku seseorang. Kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh isi pengetahuan di memori otak.

Adiputri (2023) menjelaskan sistem pendidikan di Finlandia mengadopsi pemikiran Kereluik dkk. (2011/2013), Maynard (2019). Mereka berpendapat kerangka kerja pembelajaran abad ke-21 mencakup pengetahuan fundamental, meta pengetahuan, humanistik.

Pengetahuan fundamental terdiri dari tiga, yaitu pengetahuan ilmu-ilmu dasar, pengetahuan lintas ilmu, dan literasi digital. Pengetahuan fundamental digunakan untuk memahami (to know). 

Meta pengetahuan digunakan untuk bertindak (to act). Meta pengetahuan meliputi kemampuan kolaborasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, kreativitas, dan inovasi. 

Meta pengetahuan berkaitan dengan pengetahuan tata cara berpikir kolaboratif, kreatif, memecahkan masalah, dan inovasi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menghasilkan pengetahuan dari pengetahuan. 

Pengetahuan humanistik diperlukan untuk memaknai (to value). Pengetahuan humanistik mencakup  keterampilan hidup/kerja, kesadaran etis/emosional, dan kompetensi kultural. 

Pengetahuan humanistik berkaitan dengan kemampuan menemukan nilai-nilai hidup yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Jika kita perhatikan tiga konsep pengetahuan yang digunakan sistem pendidikan Finlandia, tidak beda dengan teori pendidikan terdahulu. 

Teori pendidikan yang digunakan di Finlandia mengacu kepada tiga belahan otak, yaitu otak depan, tengah, dan belakang. Otak depan dikaitkan dengan Kognitif (to know). Otak tengah dikaitkan dengan Afektif (to value). Otak belakang dikaitkan dengan Psikomotor (to act).

Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, pendidikan di Finlandia mulai mengajarkan pengetahuan dari level berpikir memahami, menerapkan, analisis, sistesis, dan evaluasi. 

Dalam prakteknya, sebelum melaksanakan pengajaran guru harus melakukan riset tentang pengetahuan apa yang hendak dijadikan bahan ajar untuk siswa. Pengetahuan tersebut diajarkan secara bersamaan digunakan untuk to know, to act, dan to value

Pendekatan yang digunakan untuk menerapkan tiga konsep pengetahuan di atas dengan problem solving. Sebelum mengajar guru harus melakukan riset mengacu pada kodrat alam, kodrat zaman, dan kodrat keadaan. 

Kodrat alam berkaitan dengan potensi dan masalah lingkungan sekitar siswa, kodrat zaman berkaitan dengan jiwa zaman, trend, dan arah perubahan yang sedang terjadi di masyarakat. Kodrat keadaan, meliputi kondisi perkembangan psikologi siswa. 

Kondisi saat ini, guru-guru harus jadi kurikulum hidup, guru mampu mendesain pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Guru-guru harus punya kepedulian tinggi pada lingkungan dan mengenali masalah yang sedang dan akan terjadi kemudian pada siswa.

Jadi, pengajaran bukan hanya menyampaikan pengetahuan-pengetahuan dasar struktur keilmuan, tapi pengetahuan dasar tersebut harus menjadi alat untuk memahami, (to know), mendorong siswa berpikir kritis, kreatif, inovatif, kolaboratif (to act), dan bermakna bagi kehidupan mereka di masyarakat (to value).***

Tuesday, July 9, 2024

DUA SUDUT PANDANG KERAGURAGUAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Keraguan memiliki dua sudut pandang. Keraguan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan keraguan bagi orang yang beriman kepada Allah.

Keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya tidak dimiliki oleh orang-orang beriman. Bagi orang-orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tidak ragu dia berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Orang beriman ragu kepada dirinya sendiri, apakah dia telah benar-benar beriman kepada Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (Al Hujuraat, 49:15).

Keraguan bagi orang beriman bukan kepada apa yang telah ditetapkan Allah, tapi keraguan terhadap dirinya sendiri karena merasa takut kepada Allah. Keraguan orang beriman, menjadi jalan untuk memperbaharui keimanannya kepada Allah. 

Seperti Kisah Nabi Ibrahim yang bertanya kepada Allah bagaimana cara menghidupkan orang mati. Nabi Ibrahim bukan ragu kepada Allah, tetapi ragu kepada dirinya apakah dia telah benar-benar beriman kepada Allah. Ketika Allah bertanya kepada Nabi Ibrahim, "apakah kamu belum yakin?' Maka Nabi Ibrahim menjawab, "bukan begitu, tapi aku ingin lebih yakin". 

Keraguan pada diri sendiri tentang kualitas keimanan kepada Allah, perlu terus dipertanyakan pada diri sendiri agar diri seseorang terus belajar karena merasa belum sunguh-sungguh beriman kepada Allah. Keraguan orang beriman adalah perasaan untuk selalu memperbaiki diri untuk menjadi orang terbaik dihadapan Allah.

Orang beriman ragu kepada dirinya apakah telah beriman kepada Allah dengan sunguh-sungguh, sedangkan keraguan orang kafir dia ragu terhadap kebenaran dari Allah. Keraguan orang-orang kafir mendorong dirinya jauh dari keimanan kepada Allah. 

Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu-raguan terhadap Al Qur'an, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka adzab hari kiamat. (Al Hajj, 22:55).

Keraguan yang dimiliki orang beriman terhadap kualitas keimanan dirinya pada Allah menjadi sebab orang-orang beriman berkarakter rendah hati dan tidak merasa diri paling benar, sebaliknya keraguan yang dimiliki orang kafir, menjadi sebab kesombongan karena merasa dirinya benar.

Keraguan orang beriman dan keraguan orang kafir melahirkan dua karakter berbeda. Keraguan orang beriman menjadi refleksi diri dihadapan Allah tentang keimanan dirinya pada Allah. Keraguan orang kafir menjadi dusta pada seluruh nikmat yang telah Allah berikan. 

Keraguan orang beriman melahirkan semangat untuk berbuat lebih baik untuk menutupi segala kekurangannya dihadapan Allah. Keraguan orang kafir melahirkan sikap masa bodoh pada kehidupan setelah kematian.***  

Thursday, July 4, 2024

KODE DNA TERCATAT DALAM AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Al Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. saat usia Nabi Muhammad SAW. 40 tahun. Jika Nabi Muhammad SAW. lahir tahun 570 Masehi, maka kurang lebih Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pada usia 40 yaitu pada tahun 610 Masehi. 

Al Quran yang dibaca umat Islam sekarang sudah berusia kurang lebih 1414 tahun. Berdasarkan penelusuran di internet, asal usul penemuan DNA dimulai sejak tahun 1944. Struktur DNA dijelaskan oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1953. 

Kode genetik DNA terdiri dari empat yaitu ATGC ditemukan di DNA, dan AGCU ditemukan dalam RNA. Penjelasan lengkapnya harus memperdalam ilmu kimia, bisa browsing di internet.

Untuk memperdalam pengetahuan tentang DNA bisa membaca buku karya Kazuo Murakami. Membaca buku ini bisa sedikit memahami keajaiban dari DNA. 

Secara tidak sengaja, saya menemukan kode 4 di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 260. Secara tidak sengaja pula saya menemukan hubungan bahwa Al Baqarah ayat 260 berkaitan dengan kehidupan. Pada Al Baqarah ayat 260, Allah mengabarkan tentang bagaimana Nabi Ibrahim bertanya kepada Allah bagaimana cara menghidupkan orang yang mati.

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al Baqarah, 2:260).

Di dalam ayat di atas ada kode "empat". Kalau kita bertanya mengapa Allah menyuruh Nabi Ibrahim mengambil "empat" ekor burung, tidak tiga, lima, enam, atau depalan? Rupanya pada ayat di atas Allah sedang menyampaikan kode kehidupan. 

Kesimpulan, kode "empat" sebagai simbol kehidupan tentu kita pahami setelah ada penemuan tentang DNA. Lalu mengapa hasil riset menemukan kode DNA mengandung "empat" huruf ATGC dan AGCU? 

Saya tidak sedang mengait-ngaitkan penemuan ilmiah dengan Al Quran. Tapi silahkan pikirkan mengapa kode "empat" dalam Al Quran berkaitan dengan kehidupan, memiliki kesamaan dengan kode "empat" pada penelitian DNA? Lalu siapa penyebab dari semua kejadian menurut Anda?

Kesimpulan saya selanjutnya, para peneliti dari manapun dengan latar belakang apapun, mereka sedang mengungkap rahasia dari Allah. Sebagai muslim yang berpegang teguh pada Al Quran, saya tidak membeda-bedakan ilmuwan dari suku, bangsa, budaya, dan agama manapun. 

Sebagai muslim yang beriman pada Al Quran, saya menganggap semua ilmuwan di muka bumi ini adalah instrumen dari Allah yang dapat membantu orang beriman bertambah imannya. Maka dapat dipahami jika perintah Allah dalam Al Quran kepada seluruh manusia untuk "membaca atas nama Allah". 

"Membaca atas nama Allah" maknanya bisa jadi melakukan berbagai riset sebagai cara menambah keyakinan pada Allah, dengan mengungkap kebenaran-kebenaran dari Al Quran. Melakukan riset atau membaca adalah perintah Allah pada semua umat manusia. 

"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (Saba, 34:28).

Jika demikian, para peneliti sebenarnya orang-orang yang sedang melaksanakan perintah dari Allah. Untuk itu, setiap pribadi muslim yang beriman kepada Al Quran, seharusnya punya karakter sebagai peneliti dengan motivasi membuktikan kebenaran ayat-ayat dari Allah.***

ILMU BERPIKIR DASAR PELAJARAN AGAMA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Sejak tahun 2005 meneliti Al Quran dari sudut pandang ilmu berpikir, semakin dalam saya menemukan bahwa...