Sunday, September 17, 2023

CARA SEDERHANA BERPIKIR

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir ilmiah dan religius polanya sama, yaitu sebab akibat. Saya tegaskan kembali di sini, jika mau belajar berpikir, pola dasar berpikir setiap orang adalah sebab akibat. Setiap yang dikatakan orang pasti ada sebabnya, dan yang diucapkan adalah akibatnya. 

Ketika ada seseorang mengungkapkan kata-katanya melalui sebuah syair. Kata-kata syair itu pasti diungkapkan melalui pengelaman-pengalaman yang telah dialaminya. Pengalaman-pengalaman yang di alami sebenarnya tersimpan di otak. Orang-orang yang suka berpikir, mereka akan menghubung-hubungkan pengalaman dengan pengalaman lain yang tersimpan di otak dengan pola sebab akibat. Pola hubungan sebab akibat antar pengalaman yang ada di otak akan melahirkan pengalaman-pengalaman baru dan tersimpan di otak. 

Pengalaman-pengalaman baru yang tersimpan di otak sebagai hasil berpikir, tidak diketahui orang lain karena bersifat abstrak. Pengalaman abstrak yang tersimpan di otak sebagai hasil berpikir bisa jadi tidak pernah dialami orang lain. Sebagaimana para ahli pikir, mereka bisa mengemukakan pemikiran-pemikiran yang sebelumnya tidak pernah dialami orang lain.  

Semakin abstrak hasil pemikiran, semakin sulit dibuktikan melalui pengamatan. Maka pemikiran seperti ini telah memasuki ranah imajinasi. Pada ranah imajinasi, para pemikir masih tetap menggunakan logika sebab akibat. Imajinasi yang satu dihubungkan dengan imajinasi yang lain dengan pola sebab akibat menghasilkan imajinasi baru, demikian seterusnya. 

Hukumnya adalah setiap pemikiran atau imajinasi seseorang, pasti didahului oleh pemikiran atau imajinasi terdahulu yang telah dimilikinya. Orang-orang yang aktif berpikir menggunakan imajinasinya, seperti hidup di dunia fantasi sampai pada dunia transenden. 

Hasil pemikiran atau imajinasi seseorang wujudnya adalah pengetahuan dan awalnya adalah pengetahuan. Ada dua sumber pengetahuan yang sering dijadikan bahan dasar pemikiran atau imajinasi seseorang yaitu pengetahuan alam dan wahyu. Pengetahuan alam di dapat dari penglihatan dan pengalaman. Pengetahuan wahyu di dapat dari para nabi yang diutus Tuhan. Pengetahuan dari wahyu Tuhan didapat dari kitab suci yang diwariskan dari para nabi seperti Taurat, Injil, Zabur, dan Al Quran.

Kitab-kitab yang diakui sebagai wahyu Tuhan terdahulu seperti Taurat, Injil, Zabur, sejak diturunkan kepada para Nabi yang diutus-Nya telah mengalami pewarisan ribuan tahun. Jarak yang panjang inilah yang membuat manusia kesulitan mengidentifikasi keaslian dari kitab suci itu apakah benar masih bersumber langsung dari Tuhan?

Kitab suci Al Quran merupakan kitab suci yang memiliki rentang waktu terdekat dengan manusia sekarang sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad 1400-an tahun yang lalu. Menguji kebenaran isi kitab suci dengan ilmu sejarah melalui bukti-bukti sejarah tidak bisa menjamin bahwa kitab suci itu benar datang dari Tuhan.

Hal yang paling bisa dipertanggungjawabkan untuk menguji kebenaran kitab suci adalah dengan menguji kebenaran isi dari kitab suci tersebut melalui pembuktian nyata alam dan rasional. Pembuktian nyata bisa didapatkan melalui pendekatan berbagai kebenaran dalam ilmu alam dan sosial. Al Quran sering memerintahkan kepada manusia untuk berpikir agar bisa menemukan kebenaran-kebenaran nyata melalui pengamatan atau pengalaman. Di sinilah perannya riset-riset dilakukan untuk menguji kebenaran-kebenaran kitab suci. 

Berdasarkan kesimpulan para peneliti ilmiah, isi Al Quran sebanyak 80% isinya bisa dibuktikan kebenarannya, dan sekitar 20% masih belum bisa dijangkau oleh kebenaran ilmiah. Hal ini dapat dimaklumi, karena pengetahuan tentang alam saja yang bisa dilihat dengan mata, sampai sekarang masih banyak misteri yang belum terpecahkan. 

Sebenarnya, ketidakmampuan manusia dalam mengetahui tentang alam dan isi kitab suci, menjadi pertanda bahwa ada kekuasaan yang maha besar dalam penciptaan alam semestanya ini. Kekuasaan dan pengetahuan yang maha besar inilah seharusnya menjadi dasar manusia untuk mengakui keberadaan Tuhan Pencipta Alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa. 

Namun demikian, keterbatasan pengetahuan manusia, ada sebagian manusia sulit menerima kehadiran Tuhan dalam proses penciptaan kehidupan alam semesta. Kesulitan manusia menerima kehadiran Tuhan dalam proses penciptaan karena pengetahuan dan penemuan kebenaran ilmiah yang cenderung materialistik. Kebenaran ilmiah yang materialis mengungkung kemampuan berpikir manusia menjadi sempit pikir dengan satu sudut pandang.***

Saturday, September 2, 2023

HIDUP ADALAH PENCARIAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. 

Sebagaian besar hidup ini adalah yang kita pikirkan. Apa yang kita pikirkan keputusannya ada di hati. Hidup ini adalah proses pencarian sesuai dengan tujuan. Jika tujuan hidup manusia mencari kesenangan di dunia semata, maka proses pencariannya akan fokus pada pencarian hidup bahagia di dunia. Tujuan-tujuan hidup manusia sangat tergantung pada pengetahuan yang diketahuinya.

Membaca yang diperintahkan Allah kepada seluruh umat manusia adalah sarana agar manusia mencari dan menemukan tujuan-tujuan hidup yang bisa membawa kepada kehidupan sejahtera. Jika manusia mencari tujuan-tujuan hidupnya dari pengamatan alam melalui penelitian bisa jadi tujuan hidupnya hanya sebatas di dunia sekarang. 

Berbagai pengetahuan yang tersimpan dalam memori akan menjadi pemikiran dan prilaku. Pengetahuan yang diakses dari alam kebenarannya hanya terbatas pada apa yang dibuktikan di alam. Budaya positivisitik adalah budaya yang membenarkan kejadian-kejadian berdasarkan hukum alam. Ilmu alam yang dikembangkan oleh manusia, bisa menciptakan berbagai alat hidup yang semakin mempermudah hidup manusia. Kehadiran teknologi hidup sebagai ciptaan manusia bisa mengikis keyakinan manusia pada Tuhan. 

Dari alam manusia bisa menemukan kemungkinan-kemungkinan kehidupan dunia lain setelah kematian. Namun tanpa bantuan petunjuk atau kitab suci manusia tidak bisa membuktikan setelah kematian ada kehidupan. Banyak ragam budaya manusia mempersepsi kehidupan setelah kematian. Budaya China meyakini ada kehidupan setelah kematian. Kepercayaan ini sangat materalistik, sehingga orang-orang yang mati harus membawa harta-harta yang dikumpulkannya di dunia. Dalam budaya China mereka percaya bahwa nasib mereka di alam setelah kematian membutuhkan alat-alat hidup sebagaimana mereka hidup di dunia. 

Upacara pemakaman di Bali dan Toraja membutuhkan banyak biaya, karena dalam budaya mereka semakin besar upacara digelar dan semakin banyak kerbau disembelih menunjukkan kelas mereka di masyarakat. Di Toraja ada upacara menggantikan jasad leluhur. Prosesi ini didasari pada cerita rakyat tentang pemburu yang mendandani mayat dan mendapat berkah hasil buruan dan pertanian. Secara turun temurun kebiasaan ini menjadi budaya. 

Dalam pandangan agama yang ada, setiap agama memperlakukan mayat dengan berbagai cara. dalam agama Hindu mayat dibakar, agama Kristen menguburkan dengan peti dan di dandani, dan muslim dikubur dengan dibungkus kain kapan setelah dimandikan. Dalam sumber ajaran Islam, Al Quran dan Hadis, tidak ada prosesi khusus penguburan kecuali doa-doa yang terus dilantunkan.

Dalam Islam, setelah orang meninggal terputus segala hubungannya dengan keduniawian kecuali ilmu yang ditinggalkannya, harta yang di sedekahkan, dan anak-anak yang sholeh. Bagi keluarga yang ditinggalkan, bersumber pada ajaran Islam,  tidak ada kewajiban-kewajiban yang sifatnya ritual mengenal orang-orang yang sudah meninggal, kecuali doa-doa yang harus dipanjatkan kepada Allah untuk keselamatan mereka di akhirat. 

Jika kita perhatikan, ajaran Islam sangat rasional dan sederhana dalam mempersepsi alam setelah kematian. Dalam ajaran Islam orang-orang yang sudah materi tidak membutuhkan hal-hal yang berbau materi, karena alam setelah kematian bukan alam material seperti dunia. Orang-orang yang sudah meninggal, di dalam ajaran Islam hanya membutuhkan doa-doa yang dilakukan oleh orang hidup di dunia untuk mereka. Jika dibandingkan, ajaran Islam lebih realistis dan ekonomis. 

Ajaran Islam mengatur tata cara hidup manusia sesuai dengan kondisi. Di dunia manusia membutuhkan materi dan menuntun cara memanfaatkannya bukan untuk kepentingan pribadi. Di akhirat manusia tidak membutuhkan materi, dan mengatur orang-orang hidup agar membantu orang-orang yang telah meninggal dengan bantuan non materi. 

Banyak ragam kehidupan manusia di muka bumi ini, maka akal adalah alat untuk menyeleksi memverifikasi cara-cara hidup bagaimanakan yang realistis, ekonomi, mensejahterakan diri sendiri dan banyak orang. Tentu manusia diperintahkan banyak membaca dan gunakan akal untuk terus mempelajarinya. Hidup harus terus mencari dan memperbaiki, cara hidup manakah yang lebih realistis dapat membawa kebahagian untuk kita di dunia dan di kehidupan setelah mati***   

Sunday, August 27, 2023

MENGAJAR ATAU DAKWAH BUKAN MENGAJARI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Dakwah atau mengajar bukan mengajari orang supaya mengikuti kebenaran yang kita yakini. Dakwah atau mengajar adalah menjelaskan sebuah perkara agar orang-orang bisa mengerti duduk perkaranya. Dengan demikian para pendakwah atau pengajar, akan membuka diri pada pandangan orang lain. Maka dengan demikian, dakwa atau mengajar di era informasi menjadi sebuah proses dialogis.

Metode-metode mengajar monolog akan sulit mendapat perhatian, karena bisa jadi apa yang kita jelaskan sudah banyak orang yang mengetahuinya. Jika dakwah atau pengajaran, menjelaskan sesuatu yang sudah banyak diketahui orang, atau berulang-ulang diulas oleh banyak orang, sudah pasti pengajaran tidak akan mendapat respon.

Mengajar bukan untuk mencari folower atau golongan pendukung. Mengajar adalah membantu memberi penjelasan. Dalam memberi penjelasan, pendekatan-pendekatan rasional harus dikembangkan, karena setiap orang punya akal. Akal bekerja dengan pemahaman, dan pemahaman yang dimiliki seseorang apabila mereka mengetahui sebab atau mengetahui akibat. 

Mengajar adalah memberi kabar gembira kepada mereka yang taat kepada Tuhan. Mengajar bukan menyenangkan salah satu kelompok karena mengajar di lingkungan kelompok tertentu. Mengajar adalah memberi bekal alat agar para pelajar bisa mengembangkan ilmunya sendiri.

Tablig akbar adalah cara mengajar yang murah dan efektif dari segi pendanaan, dibanding dengan mengajar dalam jumlah terbatas di ruangan. Tablig akbar bisa menghadirkan puluhan ribu orang sekaligus tanpa mengeluarkan biaya konsumsi bagi yang hadir. Namun tablig akbar yang sifatnya monolog menjadi tidak efektif setelah hadirnya media informasi. Sekarang metode tablig akbar sudah ketinggalan zaman, karena bisa menimbulkana berbagai permasalahan seperti kemacetan, penumpukkan sampah, dan risiko kecelakan. 

Metode mengajar atau dakwah dengan media sosial menjadi sangat efektif dan efisien untuk dikembangkan di abad ini. Dakwah di media sosial mennuntut para guru, ustad, terus menggali kreativitasnya, yang paling utama adalah kreativitas tema dan metode penyampaian. Berbagai bidang bisa dimasuki sebagai bagian pengajaran. Dengan kehadiran media informasi, kemandirian masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan harus disadarkan. 

Pengajaran selain menyampaikan penjelasan berbagai fenomena kehidupan dari sudut pandang keilmuan, juga mengajarkan bagaimana tata cara pengembangan keilmuan, sebagaimana seorang ilmuan dalam mengembangkan ilmu. Keberanian masyarakat untuk mengemukakan pendapat melalui berbagai media informasi, harus dibarengi dengan pemahaman tentang kerangka berpikir ilmiah dan terpercaya.***

 

Metode Sederhana Memahami Al Quran?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Metode membaca Al Quran sudah banyak dikembangkan dan berhasil. Namun metode memahami Al Quran masih cenderung elitis, rumit, dan sulit. Padahal Al Quran wahyu dari Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad. Kini Al Quran dikumpulkan dalam mushaf dan tersebar di seluruh dunia. Para penghafal Al Quran menjaga keaslian teksnya. Sebuah keajaiban dunia, tidak ada kitab suci yang bisa dihafal kecuali kitab suci Al Quran.

Metode takwil dalam memahami Al Quran telah diakui oleh para ulama. Pengajaran dalam memahami isi kandungan Al Quran dinilai sangat kurang, apalagi di pendidikan umum. Pengajaran agama yang menyangkut Al Quran sebatas mengajarkan pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan pada ulama terdahulu. Sedangkan metode bagaimana memahami Al Quran tidak diberikan. 

"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)" (Thahaa, 20:1-3).

Allah telah menjelaskan Al Quran tidak membuat susah, dan sebagai bahan pengajaran. Sebagai wahyu, Al Quran diturunkan untuk semua orang sebagai bahan pelajaran. Dengan jargon "ilmu untuk semua", umat Islam harus diajari bagaimana memahami Al Quran. 

Dengan teknologi informasi, berbagai tafsir, pemahaman, tentang ayat-ayat Al Quran mudah ditemukan. Pemalsuan dan pemahaman menyimpang tentang Al Quran dapat dengan mudah ditemukan. Pemikiran-pemikiran terkait kajian Al Quran dapat didiskusikan melalui media informasi. 

Metode takwil adalah salah satu cara dalam memahami kandungan Al Quran. Dijelaskan, metode takwil adalah memahami Al Quran melalui kiasan, simbolik, atau rasional. Penulis menemukan makna takwil dalam Al Quran diartikan dengan bukti. Kebenaran Al Quran yang dapat dibuktikan secara rasional, bisa jadi cara sederhana bagi mereka yang ingin belajar memahami kandungan Al Quran. 

Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran (Al-Qur'an) itu. Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang sebelum itu mengabaikannya berkata, “Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?” Mereka sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri dan apa yang mereka ada-adakan dahulu telah hilang lenyap dari mereka. (Al A'raaf, 7:53).

Ayat-ayat Al Quran bisa dipahami dengan melakukan pembuktian-pembuktian. Proses pembuktian bisa dilakukan semua orang, dengan berbagai macam cara. Melakukan riset ilmiah, studi pustaka, atau dengan pengalaman. Sebagai contoh, seseorang bisa membuktikan kebenaran Al Quran dengan membuktikan kebenaran Al Quran sebagai berikut:

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Al Israa, 17:7).

Untuk memahami kebenaran ayat ini, seseorang bisa melakukan kajian diri, pada pengalaman-pengalaman hidupnya. Berdasarkan ayat di atas, keburukan-keburukan yang terjadi pada diri seseorang dapat dipastikan akibat dari perbuatan buruk yang dilakukannya. Sebaliknya, kenikmatan-kenikmatan hidup di muka bumi ini akibat dari perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya. Pembuktian bisa dilakukan secara mandiri mengamati kehidupan pribadi dengan melakukan refleksi diri, memikirkan seluruh perjalanan hidup berdasar informasi ayat di atas. 

Pembuktian lainnya dapat dilakukan pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang sedekah. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah, 2:261).

Sedekah yang dikeluarkan akan mengandung timbal balik sampai 700 kali lipat. Melalui proses pembuktian dengan praktek sedekah, setiap orang bisa membuktikan apakah ayat ini mengandung kebenaran? 

Melalui metode takwil, memahami dengan membuktikan kebenaran ayat Al Quran, akan berdampak pada pemahaman merata pada setiap orang yang mau memahaminya. Metode sederhana ini, jika diajarkan di lingkungan pendidikan pada mata pelajaran agama, melalui metode proyek individual, diprediksi dapat meningkatkan pemahaman dan pendalaman tentang makna ayat-ayat Al Quran. 

Metode ini, saya takwil dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Terjadi pada kasus ketika Nabi Ibrahim memohon kepada Allah untuk membuktikan bagaimana Allah menghidupkan orang yang mati. Sebagaimana terkandung dalam surat di bawah ini:

 Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah, 2:260). 

Demikianlah metode takwil saya takwil dari Al Quran. Hanya Allah yang maha tahu. Semoga Allah melimpahkan ilmu yang berkah untuk kita semua.***





Monday, August 14, 2023

GURU WAJIB LAKUKAN INI SEBELUM MENGAJAR?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Kurikulum adalah seperangkat aturan dan bahan pembelajaran yang jadi pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan. Banyak teori dikemukakan oleh para ahli kurikulum dari berbagai belahan dunia dan dirujuk oleh berbagai negara sesuai dengan visi dan misi negara. Tidak ada yang menjamin teori mana yang terbaik untuk digunakan dalam suatu negara, karena setiap negara punya kebutuhan rancangan kurikulum masing-masing sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Kurikulum dalam perencanaan dan penerapannya membutuhkan pemahaman tentang sosial dan budaya dimana masyarakat tinggal. 

Indonesia adalah negara dengan landasan negara berkeyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dasar negara menunjukkan kultur masyarakat Indonesia sebagai masyarakat beragama. Di dalam kurikulum pendidikannya, memasukkan unsur agama sebagai bahan pembelajaran. Maka dalam prakteknya, pengajaran agama di sekolah sangat mengedepankan sikap-sikap toleransi. Dalam sikap toleransi beragama, agama diajarkan sebagai pemandu moral masyarakat Indonesia dalam membangun negara damai dan sejahtera.

Sudah 78 tahun Indonesia merdeka, merupakan sebuah bukti bahwa bangsa Indonesia telah berhasil merawat kebangsaannya dalam bingkai perbedaan agama. Indonesia layak dijadikan sebagai negara demokrasi dengan kultur toleransi tinggi. Agama telah menjadi bagian penting dalam melahirkan masyarakat sejahtera di Indonesia. 

Ancaman dari masyarakat beragama adalah konflik yang dipicu akibat pandangan ekstrim dalam beragama. Kemajuan teknologi informasi, ikut andil dalam mendewasakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang lebih toleran untuk saling menghargai perbedaaan keyakinan. Tujuan semua agama pada konsep dasarnya adalah mengantarkan manusia pada kehidupan damai dan sejahtera. 

Agama layaknya digunakan untuk membangun sumber daya manusia yang punya tanggung jawab tinggi terhadap kehidupan bangsa damai sejahtera. Inti dari ajaran agama yang dimiliki setiap agama adalah membangun optimisme masyarakat untuk hidup lebih sejahtera. Praktek-praktek pendidikan yang dilandasi ajaran agama, diarahkan pada munculnya kesadaran masyarakat sebagai makhluk Tuhan yang harus saling bekerjasama untuk membangun kehidupan harmonis dan berkualitas tinggi. 

Pelibatan agama dalam pendidikan, menjadi generator perubahan dan optimisme para guru dan peserta didik untuk hidup damai sejahtera. Hidup damai dan sejahtera adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada sebuah negara. 

Praktik baik yang bisa dilakukan guru-guru dan peserta didik di sekolah adalah membangun optimisme, harapan, dan cita-cita dengan mengawali setiap awal pembelajaran dengan berdoa kepada Tuhan. Doa adalah inti dari seluruh ajaran agama. Doa kepada Tuhan berisi harapan-harapan baik dengan keyakinan hati dan pikiran. Semua umat beragama, dapat dipastikan dalam doanya mereka ingin hidup damai dan sejahtera. 

Doa juga berisi lantunan tentang permohonan pertolongan kepada Tuhan, agar usaha-usaha yang dilakukannya dalam pendidikan mendapat pertolongan Tuhan. Jika di awal pembelajaran setiap satuan pendidikan memiliki kebiasaan serentak bersama-sama melakukan doa, maka tidak menutup kemungkinan energi-energi yang mendorong prilaku positif akan menjadi bagian dari kultur sekolah.

Seperti kita sepakati, alam semesta ini punya hukum-hukum yang berlaku pasti sebagai bagian dari ketentuan dari Tuhan. Salah satu hukum yang diketahuai manusia dalam berbagai persepsi adalah adanya hukum tarik menarik atau the law of attraction. Apa yang dipikirkan, diucapkan, dilakukan, akan berdampak kembali pada pelakunya. 

Masaru Emoto membuktikan bahwa air yang diberi doa dapat memberi dampak pada air menjadi punya energi positif. Dapat dipastikan, jika setiap hari dalam satu sekolah, bersama-sama secara disiplin melantunkan doa-doa berisi permohohan hidup damai dan sejahtera, maka energi positif akan berkumpul menaungi lingkungan sekolah dan menjadi energi dahsyat yang dapat menghadirkan pola prilaku baik di lingkungan sekolah. 

Inilah program praktik baik yang dapat dilakukan di sekolah untuk melahirkan generasi-generasi cerdas berkualitas tinggi dan bermoral. Ajaran agama yang berbeda-beda tidak akan pernah habis diperdebatkan. Namun dengan kesamaan inti ajaran, agama bisa menjadi pemersatu dan penyejahtera kehidupan masyarakat dunia. 

Sesungguhnya Tuhan Maha Tahu apa yang harus dilakukan manusia. Keterbatasan pengetahuan manusialah yang membuat manusia selalu berprasangka buruk pada Tuhan. Padahal kalau disadari, pengetahuan manusia dibandingkan dengan setetes air dilautan, jauh lebih besar tetes air di lautan. Keterbatasan pengetahuan manusialah yang membuat manusia merasa dirinya lebih besar.

Semua manusia akan kembali kepada Tuhannya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kedzaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya  kedzalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kedzalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Yunus, 10:23).  Maka kelak dia akan mengetahui siapa sebenarnya orang-orang bodoh yang tinggal di bumi ini?***     



Friday, August 4, 2023

KOMPETENSI PENDIDIKAN MASAGI

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Jepang adalah negara yang berhasil melakukan transformasi dari negara tertutup menjadi negara terbuka tanpa kehilangan jati dirinya. Sampai saat ini, Jepang menjadi contoh bagi negara-negara Asia untuk melakukan tranformasi budaya tanpa kehilangan jati diri. 

Secara historis budaya Sunda tidak kalah tua dengan peradaban-peradaban budaya di dunia. Nama-nam geografi yang mengandung nama Sunda, menjadi tanda bahwa Sunda bisa jadi peradaban besar yang pernah ada di dunia. Nama Sunda yang masih ada sekarang, adalah Suku Sunda yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat. Suku Sunda ditandai dengan penggunaan bahasa Sunda dalam bahasa pergaulan sehari-hari. 

Untuk menghidupkan kembali budaya-budaya Sunda, agar tidak punah, Provinsi Jawa Barat di bawah pimpinan Gubernur Ridwan Kamil menggagas konsep pendidikan dengan istilah "Sekolah Masagi". Dari 500 lebih sekolah jenjang menengah yang ada di Jawa Barat, kurang lebih 147 sekolah untuk mendapatkan sosialisasi tentang Sekolah Masagi. 

Budaya Sunda sudah mengenal tahapan-tahapan kehidupan. Budaya sunda sangat menekankan bahwa hidup adalah proses. Budaya berproses orang Sunda bisa dilihat dari cara pembuatan bentuk rumah, dimulai dari bentuk tagog anjing, badak heuay, jolopong, julang ngapak. Secara berurutan, bentuk rumah dari awal, menunjukkan bagaimana kondisi hidup orang Sunda, hidup menyesauikan dengan kebutuhan.  

Konsep Sekolah Masagi diperkenalkan sebagai sekolah yang menerapkan pendidikan khas Jawa Barat bersumber pada kearipan lokal Jawa Barat dengan istilah Pancaniti (lima niti), yaitu niti surti, niti harti, niti bukti, niti bakti, dan niti sajati. Dari konsep pancaniti ini, tim pengembang kurikulum Masagi mengembangkan konsep pendidikan berlandarkan pada filosofi Pancaniti. Dirangkum dari penjelasan tim pengembang kurikulum Masagi, dari filosofi Pancaniti dapat dikembangkan empat konsep pendidikan Masagi. 

Pertama, Pancaniti menunjukkan konsep kompetensi dasar yang harus dikembangkan untuk membangun manusia-manusia sempurna. Konsep surti berkaitan dengan pendidikan karakter, adab, atau akhlak. Konsep harti, berkaitan dengan kompetensi pengetahuan, dan kemampuan nalar tinggi. Konsep bukti, berkaitan dengan kompetensi keterampilan dan produk. Konsep bakti, berkaitan dengan kompetensi sosial, yaitu kemampuan berkomunikasi, dan bermanfaat bagi orang lain. Konsep sajati, berkaitan dengan kompetensi spiritual, ditandai dengan kedekatan, ketaatan, kebijaksanaan, dalam menjalankan perintah ajaran agama. 

Kedua Pancaniti mengandung konsep perkembangan psikologi dalam pengajaran. Niti Surti, pendidikan karakter dominan diajarkan pada pendidikan anak-anak usia dini dan dasar. Niti Harti dan Bukti, pendidikan keterampilan nalar dan produk dominan diajarkan di pendidikan menengah. Niti Bukti dan  Bakti, pendidikan produk dan pengabdian pada masyarakat dominan diajarkan di pendidikan tinggi strata 1. Niti Sajati, pendidikan tentang spiritual dan kebijaksanaan diajarkan dominan pada strata 2 dan 3. 

Ketiga Pancaniti mengandung tahapan proses pengajaran yang harus dilalui. Niti Surti; kegiatan refleksi, identifikasi masalah, asesmen diagnosis,  Niti Harti; analisis dan pemecehan masalah, Niti Bukti; menemukan soslusi atau produk, Niti Bakti, bermanfaat, relevan bagi kehidupan, Niti Sajati; penemuan nilai moral kehidupan. 

Ketiga Pancaniti, mengandung lima domain kecerdasan yang harus dikembangkan dalam diri seorang peserta didik. Ada lima domain yaitu, niti surti, kecerdasan emosional; niti harti; kecerdasan intelektual; niti bukti; keterampilan hidup, niti bakti; kecerdasan sosial; niti sajati; kecerdasan spiritual. 

Konsep pendidikan dalam Pancaniti sudah menggambarkan keluhuran budaya Sunda jika digali kembali bisa ditranformasikan menjadi budaya-budaya lokal yang hidup di zaman sekarang. Konsep Pancaniti dalam pendidikan terlihat sederhana dan Masagi (segi empat). Konsep Pancaniti digunakan oleh Gubernur Jawa Barat untuk menghidupkan budaya Sunda di kancah kehidupan era teknologi informasi. 


Sunday, July 30, 2023

LOGIKA TUHAN MEMANDANG LGBT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd. M.Pd.

Kemajuana teknologi informasi tentu membawa dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya adalah manusia dengan berbagai macam ragam punya punya kebebasan mengekpresikan kebebasannya. Tentu saja, hidup di abad teknologi ini butuh kecerdasan lebih tinggi lagi. Kecerdasan yang dibutuhkan adalah memilah mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk. 

Logika Tuhan adalah cara pandang ketuhanan, yang menjadikan kitab suci Al Quran sebagai sumber berpikir. Argumen-argumen dikembangkan dari informasi Al Quran dan ilmu pengetahuan alam. Antara Al Quran dan ilmu pengetahuan alam, tidak terpisahkan karena dunia diciptakan dalam sebuah sistem keterkaitan. Informasi dalam Al Quran dan informasi di alam adalah sumber belajar agar manusia terus belajar dengan berpikir.  

"dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda". (Al Lail, 92:3-4).

Dalam kasus LGBT telah terjadi benturan nilai antara masyarakat materialis dengan masyarakat religius. Dua pemikiran ini kadang ada kesamaan kadang ada perbedaan. Masyarakat materialis menilai LGBT adalah hak seseorang untuk menentukan statusnya. Pandangan kaum materialis menganggap kaum LGBT adalah fenomena alamiah yang faktanya terjadi pada manusia. 

Sebaliknya masyarakat religius, yang masih memegang nilai-nilai ketuhanan, memandang bahwa kaum LGBT adalah tindakan dosa besar. Kisah kaum LGBT dikabarkan di dalam kitab-kitab suci, sebagai tindakan yang dibenci Tuhan. Sebagai contoh di dalam kitab suci Al Quran, dijelaskan:

Dan (Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (Al 'Araaf, 7:80-81). 

Bagi masyarakat religius, informasi dari kitab suci memiliki tingkat validitas tinggi. Kebenarannya dapat diuji dan dibuktikan bahwa orang-orang yang bersikap melampaui batas akan berujung dengan kebinasaan. Kaum LGBT dianggap golongan yang melampaui batas atau pelaku dosa besar. 

Di dalam Al Quran dikabarkan bahwa orang-orang yang melampaui batas seperti kaum Nabi Lut mendapat balasan setimpal dari perbuatan yang dilakukannya. 

Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (Al 'raaf, 7:83-84). 

Perbedaan pandangan tentang LGBT sangat tergantung pada sudut pandang sebuah masyarakat. Masyarakat yang cenderung pada pandangan-pandangan logika material dan logika keagamaan akan berbeda. Perbedaan cara pandang ini akan melahirkan perbedaan budaya dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Setiap negara punya cara pandang dan budaya yang berbeda. Setiap negara berdaulat untuk menentukan nasibnya sendiri. 

Bagi masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat dengan dasar ideologi ketuhanan yang maha esa, akan sangat sulit menerima kehadiran kaum LGBT. Di era informasi ini, setiap orang harus terus berdialog, saling memahami budaya setiap bangsa dan negara, agar masing-masing bisa menempatkan diri dimana kita berada. ***

CARA SEDERHANA BERPIKIR

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berpikir ilmiah dan religius polanya sama, yaitu sebab akibat. Saya tegaskan kembali di sini, jika mau ...