Friday, July 18, 2025

FAKTA ILMIAH SEDEKAH MENYEHATKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Ide sedekah atau berbuat baik dapat menyehatkan telah dijelaskan di dalam Al Quran. Masalahnya ada yang memahami Al Quran dengan mistik dan ada yang memahami dengan fakta empiris. Di Indonesia sebagian besar memahami dampak sedekah dengan mistik.

Di Indonesia pola pikir mistik terlalu dominan menjadi pola pikir masyarakat dalam memahami agama. Maka terbentuklah budaya membaca teks bahasa Arab Al Quran tanpa memahami maknanya dengan keyakinan Allah akan membalas dengan pahala berlipat ganda. 

Dengan keyakinan, budaya membaca teks Arab Al Quran 30 Juz, di Indonesia menjadi ritual tahunan terutama di bulan Ramadan. Pola ini telah menjadi tradisi puluhan mungkin ratusan tahun di Indonesia. 

Di era teknologi pemahaman masyarakat tentang agama Islam dan Al Quran mulai berubah. Media teknologi informasi menyajikan informasi bervariasi tentang agama Islam dan Al Quran. Akibatnya masyarakat mulai mengkritisi tradisi-tradisi dalam ajaran agama yang kurang mendalam pemahannya.

Pola pikir mistik dan ilmiah sebenarnya saling melengkapi. Pola pikir mistik bersifat acak mengajak melatih manusia berpikir kreatif dan dinamis. Pola pikir ilmiah melatih manusia berpikir kronologis dan spesifik. Al Quran memiliki makna keterkaitan, artinya membuka peluang luas terhadap penafsiran.

Sedekah jika dipahami secara mistik dijelaskan dalam Al Quran jika dilakukan akan mendapat balasan dari Allah berlipat ganda hingga 700 kali lipat (lihat: Al Baqarah, 2:261). Jika orang berpedoman pada ayat ini orang tinggal yakin pada Allah dengan melakukannya, dan hasilnya banyak orang merasakan manfaatnya. 

Bagi orang berpikir, balasan 700 kali lipat tidak dipahami secara mistik, tapi berusaha memahami bahwa sedekah jika dilakukan memiliki banyak manfaat untuk kehidupan. Untuk ada upaya untuk memahami dampak sedekah ke dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya pada kesehatan.

Untuk itu berkembanglah berbagai penelitian ilmiah tentang manfaat sedekah dalam berbagai konteks prilaku. Sebuah studi kohort terhadap kelompok relawan menunjukkan bahwa para relawan memiliki risiko mortalitas (kematian) lebih rendah. Studi menunjukkan bahwa kesukarelawan memiliki efek positif terhadap depresi, kepuasan hidup dan kesejahteraan (Jenkinson, at al. 2013).

Para peneliti melaporkan dari 2.605 orang Amerika berusia 62 tahun ke atas. Mereka memeriksa seberapa sering peserta menjadi sukarelawan. Hasilnya menunjukkan orang yang menjadi sukarelawan satu hingga empat jam per minggu mengalami penuaan biologis lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang tidak menjadi sukarelawan sama sekali. (health.com).

Penelitian menyimpulkan bahwa sedekah meningkatkan kebahagiaan dan emosi positif. Efek ini telah ditunjukkan dalam berbagai perilaku sedekah, termasuk menjadi sukarelawan (Huang, 2018), mendonorkan darah (Buyx, 2009), memberi untuk amal (Liu dan Aaker, 2008), membelanjakan uang untuk orang lain (Dunn dkk., 2008), dan melakukan tindakan kecil, seperti menawarkan kopi, bersikap baik, atau membuat seseorang tersenyum (Rudd dkk., 2014). Aknin dkk. (2013a) menemukan hubungan di 120 dari 136 negara dan menyimpulkan bahwa hubungan ini tidak bergantung pada kekayaan suatu negara (frontiers.org).

Sedekah adalah ajaran universal yang tertulis di dalam kitab suci Al Quran. Menjadi ahli sedekah dengan berbagai prilaku bermanfaat bagi orang lain, dapat menjadi karakter dasar yang dapat menciptakan kesejahteraan umat manusia dan alam di muka bumi. Sedekah dapat menghasilkan hormon oksitosin (cinta), dopamin (motivasi), serotonin (ketenangan, rasa syukur), dan endorfin (bahagia) di otak. *** 

Saturday, July 5, 2025

MENGEMBALIKAN KIBLAT PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Dunia pendidikan sedang menghadapi krisis. Universitas-universitas terbaik di dunia, tidak melahirkan manusia-manusia pemelihara. 

Negara-negara yang memiliki universitas terbaik di dunia mereka telah melakukan kejahatan kemanusiaan melakukan genosida dan menutup perbatasan, membiarkan manusia menderita kelaparan.

Genosida di Palestina telah memakan korban lebih dari 50 ribu jiwa. Penduduk dunia menyaksikan Mesir melarang bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah Gaza Palestina. 

Padahal Mesir dikenal sebagai tempat orang-orang menimba ilmu agama di universitas terkemuka. Orang-orang merasa bangga jika bisa sekolah di Mesir.

Melihat Mesir melakukan pembiaran pada kemanusiaan dan malah menambah penderitaan, kita mempertanyakan kembali pelajaran apa yang harus dipelajari saat ini? 

Arab Saudi sebagai tempatnya Kabah dan menjadi kiblat pemersatu umat Islam, mengapa tidak tegas melakukan pembelaan pada kemanusiaan.

Orang berbondong-bondong melakukan umrah dan haji rela mengeluarkan ratusan juta, antri puluhan tahun, sementara Genosida terus terjadi dan korban terus berjatuhan. 

Ibadah umrah dan haji hanya jadi pemuas kepentingan nafsu pribadi dibalut spiritual, padahal puncak spiritual dari ajaran agama adalah rasa kemanusiaan. 

Pengajaran agama telah berahasil membuat orang merasa dosa jika tidak melaksanakan umrah dan haji, tapi tidak merasa dosa membiarkan saudara-saudara sesama manusia dijajah, terusir, teraniaya, dan digenosida.

Amerika Serikat tempat kampus-kampus terkenal di dunia, ternyata melahirkan manusia-manusia intelek tapi lulusannya gagal menghargai kemanusiaan.

Puncak pendidikan adalah manusia memiliki tanggung jawab moral pada Tuhan, dan berani berkorban untuk memberi kesempatan hidup pada orang lain. 

Pelajaran agama, sains dan teknologi, telah gagal melahirkan kehidupan damai dan sejahtera bagi umat manusia. Orientasi pendidikan telah melampaui batas jauh dari rasa kemanusiaan.

Pengajaran agama telah melahirkan manusia-manusia individualis ditandai dengan ketaatan buntu pada ibadah ritual dan lalai melaksanakan ibadah sosial kemanusiaan. 

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat ria. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Al Maa'uun, 107:7)."

Sumber ajaran agama bukan lagi belandaskan kitab suci. Ajaran agama bersumber pada pemikiran manusia dari masing-masing kelompoknya. 

Para pemikir, pemuka agama, aliran pemikiran, kelompok agama, menjadi tuhan-tuhan selain Tuhan yang ditaati. Penganut agama bukan membawa misi perdamaian malah saling curiga dan benci satu sama lain.

Tidak ada satu orang pun tahu siapa orang yang telah beriman atau kafir kepada Allah. Kegagalan pengajaran agama adalah kebanyakan manusia menjadi merasa telah beriman dan jadi manusia paling beriman. 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." ( Al Hujurat, 49:15).

Bagaimana orang beragama merasa telah beriman ketika melihat Genosida terhadap puluhan ribu manusia, anak-anak, perempuan, orang tua, secara terang-terangan dilakukan, tanpa ada yang berani menghentikan?

Bagaimana orang beragama merasa telah beriman, ketika puluhan ribu orang kelaparan, dia menutup akses bantuan dan membiarkan saudara mereka dalam kelaparan?  

Ibadah ritual menjadi menara gading berada di atas ibadah sosial. Padahal Allah berfirman, manusia-manusia terbaik bukan yang rajin ibadah ritual, tapi mereka yang bermanfaat bagi manusia lain.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al Kahfi, 18:7).

Tidak ada perbuatan baik selain shalat, dan orang-orang shalat pasti berani berkorban untuk membantu membebaskan orang lain dari penjajahan dan penderitaan. 

Setiap umat punya shalat masing-masing. Shalat bukan terbatas pada ruku dan sujud, shalat adalah komitmen kepada Tuhan untuk berani berkorban dengan jiwa dan harta karena Allah. 

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (Al Baqarah, 2:3).

Kiblat pendidikan bukan lagi untuk menciptakan teknologi dan bersaing satu dengan yang lain. Para pendidik seperti para nabi, mengajarkan moral dan tanggung jawab pada manusia untuk saling membantu satu sama lain dan menciptakan kesejahteraan manusia dan alam. 

Kiblat pendidikan adalah para nabi yang diutus oleh Tuhan. Para nabi adalah para guru yang mengajarkan manusia tentang keesaan Tuhan dan kemanusiaan. 

Nabi Muhammad menjadi nabi yang membawa kisah hidup sebagai manusia berani berkorban untuk membebaskan manusia dari penindasan, dan meninggalkan warisan berharga untuk umat manusia ayat-ayat suci Al Quran. 

Al Quran bukan untuk umat Islam tapi untuk umat manusia. Al Quran kiblat sumber pemikiran tanpa bias pemikir-pemikir yang telah dianggap tuhan dan menganggap dirinya tuhan. 

"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (Saba', 34:28).

Tugas pendidikan adalah membawa kabar gembira dan peringatan agar manusia jadi pemimpin-pemimpin adil tidak melampau batas kemanusiaan***

Friday, July 4, 2025

KOMPETENSI DASAR IMAN DAN TAKWA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Di dalam Al Quran, iman dan takwa merupakan dua konsep berbeda. Pada tulisan ini saya ingin meyakinkan pembaca dimana letak perbedaan konsep iman dan takwa bersumber pada Al Quran. Metode yang saya gunakan dalam membangun definisi menggunakan metode hubungan konsep. Dalam metode hubungan konsep, sebuah konsep dapat dipahami maknanya jika dihubungkan dengan konsep lain.

Kursi dapat dipahami konsepnya jika dihubungkan dengan konsep duduk, pulpen dengan menulis, kertas dengan buku, dsb. Kursi adalah tempat duduk. Pulpen adalah alat untuk menulis. Kertas adalah lembaran yang ada dalam buku. 

Konsep membuat definisi seperti di atas, saya aplikasikan dalam memahami konsep iman dan takwa, dengan bantuan deskripsi yang ada dalam Al Quran. Arti kata dasar iman adalah percaya, dan takwa adalah menjaga, melindungi, atau menghindari dari bahaya.

Iman dan takwa sebagai kompetensi artinya kemampuan menjaga diri agar tetap percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjaga diri agar tetap percaya kepada Tuhan yang Maha Esa diwujudkan dalam komitmen melakukan segala tindakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Hasil nyata dari beriman dan bertakwa adalah akhlak mulia.

Apa saja yang menjadi ciri dari orang berakhlak mulia? Kriteria orang berakhlak mulia dapat ditemukan dari ayat-ayat Al Quran yang berbicara secara langsung tentang orang beriman. Ciri-ciri orang berakhlak berdasar Al Quran bersifat universal. Berikut beberapa ciri akhlak paling dasar dari orang-orang beriman?

"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka," (Al Baqarah, 2:3).

Ciri akhlak dari orang beriman dan bertakwa adalah menjaga diri selalu mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki. Shalat memiliki arti aktivitas ritual menjaga komitmen beriman pada Tuhan Yang Esa. Umat Islam melaksanakan ritual shalat wajib dan sunah. Umat-umat beragama di seluruh dunia memiliki komitmen masing-masing pada Tuhan Yang Maha Esa. 

Ciri selanjutnya adalah orang beriman dan bertakwa menjaga diri dengan selalu berbagi pada sesama dalam kondisi sempit maupun lapang. Jadi akhlak atau karakter orang beriman dan bertakwa selain melakukan ibadah ritual untuk menjaga komitmen tetap percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, mereka juga punya karakter dermawan. 

Prinsip dasar hidup di dunia terdiri dari dua yaitu vertikal dan horizontal. Vertikal ditandai dengan menjaga ritual keagamaan sesuai keyakinan, dan horizontal melaksanakan hubungan sosial dengan menjaga diri selalu menjadi orang yang berbakti pada orang tua dan dermawan.

Bagi orang beriman dan bertakwa, hubungan horizontal tidak hanya berbuat baik pada sesama manusia, tetapi kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan, diantaranya hewan, tumbuhan, dan alam semesta. Pengajaran iman dan takwa akan melahirkan manusia-manusia berakhlak mulia.

Iman dan takwa secara fislosofis menjadi dua konsep yang tidak terpisahkan. Iman menjadi ide pedoman kepercayaan dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan takwa menjadi upaya menjaga tetap percaya pata Tuhan dengan melaksanakan hubungan horizontal sebagai sosok bermanfaat bagi sesama manusia, binatang, tumbuhan, dan alam.  

Iman dan takwa menjadi dua konsep dasar yang harus diajarkan dalam berbagai bentuk kegiatan kehidupan sehari-hari manusia. Mendidik manusia beriman dan bertakwa sebenarnya tujuan pendidikan universal karena menyangkut ketergantungan manusia kepada Tuhan dan kesejahteraan hidup manusia.*** 

Friday, June 13, 2025

BERPIKIR REFLEKTIF AJARAN AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir reflektif menjadi cara belajar yang dianjurkan untuk membangun kesadaran. Ciri pembelajaran mendalam salah satunya adalah pembelajaran tersebut mampu membangun kesadaran (mindfull). Salah satu cara untuk membangunkan kesadaran adalah mengajar orang untuk berpikir reflektif.

Nabi Muhammad di dalam hadis mengemukakan bagaimana membangun kesadaran orang dengan mengajak berpikir reflektif. Dalam sebuah kisah Nabi Muhammad mengajarkan sahabat untuk tidak berbuat jinah dengan mengajak berpikir reflektif.


Diriwayatkan dalam Musnad Ahmad dan Sunan al-Kubra karya al-Baihaqi, dari Abdullah bin Mas'ud, bahwa ada seorang pemuda datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata: "Ya Rasulullah, izinkan aku berzina." 

Para sahabat marah dan ingin memukulnya, tetapi Rasulullah memanggilnya dengan lembut dan bertanya: "Apakah kamu rela itu terjadi pada ibumu?" Pemuda itu menjawab, “Tidak, demi Allah.” 

Nabi bersabda:"Begitu pula orang lain tidak rela itu terjadi pada ibu mereka."Lalu Nabi bertanya lagi:"Apakah kamu rela itu terjadi pada anak perempuanmu?" Ia menjawab, “Tidak, demi Allah.”

Nabi pun bersabda: "Begitu pula orang lain tidak rela itu terjadi pada anak perempuan mereka."Dan Nabi mengulangi hal serupa dengan saudari kandung, bibi dari pihak ayah, dan bibi dari pihak ibu.

Kemudian Rasulullah meletakkan tangannya di dada pemuda itu dan berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya, dan jagalah kemaluannya (dari zina).” (HR. Ahmad, no. 22211. Hadis ini hasan).

Berpikir reflektif artinya berpikir berandai-andai sesuatu yang baik atau buruk terjadi pada diri kita sendiri. Dengan berpikir reflektif seseorang bisa merasakan dan menemukan dampak baik atau buruk yang akan terjadi jika sesuatu hal terjadi menimpa diri sendiri. 

Dari hasil berpikir reflektif, seseorang bisa menghindari perbuatan buruk dan berbuat baik atas dasar pemahaman dan kesadaran dari diri sendiri. Cara Nabi Muhammad mengajarkan kebaikan pada seseorang dengan berpikir reflektif sebagaimana Allah jelaskan dalam Al Quran.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar ra'd, 13:11).

Konsep dasar berpikir reflektif adalah upaya memperbaiki kualitas diri dengan berfokus pada memperbaiki prilaku atau kompetensi yang ada pada diri sendiri. Jika ingin hidup sukses, seseorang harus tahu apa yang dilakukan orang-orang sukses, dan melakukan refleksi apakah prilaku kita sehari-hara sudah pantas menjadi orang sukses?

Cara Nabi Muhammad mengajarkan kebenaran dilakukan mengikuti apa yang diajarkan Allah di dalam Al Quran. Berpikir reflektif masuk pada kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi. Inilah pengajaran di abad teknologi informasi dimana ilmu pengetahuan sudah jadi milik semua orang.***



Saturday, May 24, 2025

BEKERJA DENGAN HATI.. TERNYATA INI KUNCINYA...

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Kita sering mendengar perkataan orang-orang bijak, "kerjakan segala sesuatu dengan hati". Banyak orang memahami bekerjakan sesuatu dengan hati artinya mengerjakan sesuatu dengan melibatkan perasaan.

Selain itu, kata hati selalu berkaitan dengan cinta. Banyak orang memahami jika cinta berkaitan dengan hati dan hati berkaitan dengan perasaan. Sudah jadi pemahaman banyak orang, jika kita bekerja dengan hati, maka kegiatan itu harus melibatkan perasaan.

Sebenarnya ada sudut pandang lain yang lebih profesional dalam memahami makna bekerja dengan hati. Di sini saya kemukakan beberapa dasar berpikir yang bisa menjelaskan makna bekerja dengan hati mengandung makna profesional.

Nabi Muhammad bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai jika orang bekerja, lalu ia menyempurnakannya" (Hr. Bukhari dan Muslim).

Jika kita berpedoman pada hadis ini, orang yang bekerja dengan hati, maka frekuensi hatinya harus sama dengan sama dengan Allah. Hati yang frekuensinya sama dengan Allah yaitu hati yang dipenuhi cinta. Jadi ukuran kinerja dari orang-orang yang bekerja dengan hati, berdasarkan hadis adalah orang-orang yang bekerja dengan sempurna.

Ukuran bekerja dengan sempurna yaitu bekerja teliti, tekun, cepat, dan tuntas. Jadi orang-orang yang bekerja dengan sempurna merupakan ciri dari orang-orang yang bekerja profesional. Artinya, bekerja dengan hati merupakan ukuran kinerja dari seorang pekerja profesional. Inilah ciri dari orang bekerja dengan hati.

Pandangan selanjutnya, orang yang bekerja dengan hati bisa kita kembangkan dari ayat Al Quran. "Dan belanjakanlah di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al Baqarah, 2:195).

Pekerja profesional merupakan orang-orang yang selalu berbuat baik. Dijelaskan dalam Al Quran, "Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". Cinta Allah direpresentasikan oleh manusia dalam bentuk segala perbuatan dilakukan dengan hati dengan ukuran kerja profesional.

Maka orang-orang yang bekerja dengan hati, dalam melakukan sesuatu selalu berorientasi pada kebaikan. Ukuran dari kebaikan yang Allah cintai adalah menggunakan apapun yang kita miliki untuk kebaikan orang lain.

Prinsip dasar bekerja adalah membantu orang lain. Kesimpulannya, kunci orang-orang yang bekerja dengan hati, dia selalu bekerja sempurna, teliti, tekun, cepat, tuntas, untuk membantu kesulitan dan memudahkan kehidupan orang lain, utamanya membantu orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan orang lain.***

Thursday, April 17, 2025

AGAMA MISKIN MAKNA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Salah satu kekurangan pengajaran agama dalah kurang makna. Pemahaman agama diajarkan turun temurun dijaga oleh guru-guru secara ketat. Pemaknaan ajaran agama dikendalikan dengan ketat tanpa memperhatikan ruang dan waktu.

Niatnya membentengi ajaran agama dari penyimpangan-penyimpangan pemahaman, namun karena ikatan bentengnya terlalu mengikat, akhirnya penganut agama menjadi tidak bisa beradaftasi dengan zaman. Agama diajarkan terlalu ritual.

Pengajaran agama menjadi sempit sebagai pengajaran memahami ritual-ritual keagamaan secara teknis. Agama tidak membimbing umat manusia berpikir kritis, berwawasan ke depan, mampu kelola harta dengan baik, memanfaatkan kekayaan alam untuk kesejahteraan alam, dan melahirkan manusia-manusia bermanfaat bagi umat manusia.

Tampilan manusia-manusia beragama terlalu kaku dengan aksesoris pakaian. Tampilan manusia beragama menyempit menjadi pemimpin acara-acara ritual agama, sedikit menjadi penyelesai masalah-masalah sosial akut seperti kemiskinan, pencemaran lingkungan, konflik sosial, dan dampak negatif perubahan teknologi.

Pengajaran agama butuh kekayaan makna dari berbagai sudut pandang untuk bisa menyelesaikan berbagai permasalahan hidup yang dihadapi manusia. Inti ajaran agama adalah membimbing manusia tetap beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hari akhir dalam segala kondisi.

Seorang guru, petani, pedagang, pegawai, teknokrat, pejabat, semua harus bermanfaat bagi umat manusia sebagai wujud pengabdian pada Tuhan. Penganut agama yang baik adalah manusia-manusia berakhlak baik, pemelihara, penyantun, penyayang, dan pencipta situasi damai dimanapun berada.

Pengajar agama tidak dilihat dari latarbelakang pendidikan, semua lulusan pendidikan punya tanggung jawab sebagai pengajar agama, karena seluruh kehidupan di dunia merupakan misi umat beragama. Dasarnya penciptaan manusia untuk mengabdi kepada Tuhan. 

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz Dzaariyat, 51:56).  

Agama punya makna luas bukan sebatas ajaran ritual, tetapi meliputi seluruh sisi kehidupan umat manusia. Profesi manusia berbeda-beda, dan seluruh profesi, pekerjaan, harus punya misi agama yaitu menjadi manusia-manusia pengabdi pada Tuhan dan mencitrakan diri memiliki sifat-sifat Tuhan.**

Saturday, April 12, 2025

ISTRI JANGAN TAAT SUAMI?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Ketidakmampuan laki-laki ditandai hanya memiliki satu istri. Bagi laki-laki yang tidak mampu punya lebih dari satu istri alasannya ada dua, Pertama memang tidak mampu. Kedua, dusta dengan pura-pura berkata akan setia pada satu istri. Di jelaskan di dalam Al Quran.

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya". (An Nisaa, 4:3).

Di balik ayat di atas, Allah sebenarnya menyampaikan, hawa nafsu laki-laki selalu ingin mengawini lebih dari satu perempuan. Ini kodrat laki-laki. Jangan percaya pada ucapan laki-laki setia, karena di dalam nalurinya pasti ada hasrat memiliki lebih dari satu istri.

Kelemahan Perempuan

Kelemahan kaum perempuan adalah memberikan kepercayaan 100% kepada suami. Hal inilah yang membuat kaum perempuan selalu ada dalam kondisi khawatir dan prasangka. Kepercayaan hanya layak diberikan 100% kepada Allah saja. 

Kelemahan kaum perempuan dalam bertauhid kepada Allah adalah terlalu berpikir material. Akibat berpikir terlalu material, perempuan memandang poligami bukan sebagai perbuatan legal, tetapi dianggap sebagai pengkhianatan.

Cara pandang ini yang membuat perempuan tersiksa sepanjang hayat karena takut dikhianati.  Cara pandang perempuan cenderung material terlepas dari cara pandang Allah, gagal melihat peran laki-laki dan perempuan sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran.

Kaum perempuan harus menyadari bahwa prasangka buruknya pada ketetapan Allah adalah perbuatan durhaka. Allah memeringatkan dalam surat An Nisaa. 

"Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan." (An Nisaa, 4:14)

Selanjutnya, di dalam rumah tangga ada beberapa fungsi perempuan yang bisa kita pahami. Dalam sejarah hidup Nabi Muhammad, tercatat Siti Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad. Peran istri Nabi Muhammmad dalam kerasulan Nabi Muhammad adalah penyokong moral dan material perjuangan Nabi Muhammad.

Perempuan Dewasa

Berkaca dari sejarah, peran istri yang dicontohkan dalam kisah sejarah Nabi Muhammad adalah sebagai pendukung perjuangan. Dikabarkan Siti Khadijah sebagai perempuan kaya, dan ketika menikah dengan Nabi Muhammad, kekayaannya habis di jalan Allah untuk mendukung perjuangan Nabi Muhammad.

Siti Khadijah sesosok perempuan cerdas. Salah satu kecerdasan Siti Khadijah adalah kemampuan mengelola harta. Salah satu pesan yang terkandung dalam surat An Nisaa (perempuan) adalah tentang pengelolaan uang.

"Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas, maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya." (An Nisaa, 4:6).

Secara spesifik informasi ayat ini berbicara tentang anak yatim, namun secara general kita bisa lihat ini pesan untuk perempuan agar bersikap dewasa dan cerdas dalam kelola harta. Kemampuan mengelola harta sangat penting bagi kaum perempuan karena ini bagian dari tugas di rumah tangga.

Perempuan Taat

Keluarga organisasi terkecil, tidak ada peraturan resmi dari negara bagaimana struktur organisasi dan Anggaran Dasar dan Aggaran Rumah Tangga dalam keluarga. Allah menetapkan struktur organisasi keluarga dengan menjelaskan laki-laki sebagai pemimpin, pengatur, atau pengelola.  

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara." (An Nisaa, 3:34).

Istri tidak diperintah taat suami, tapi taat pada Allah. Perempuan yang taat pada Allah mengikuti perintah Allah bahwa suami sebagai pemimpin, pengelola, dan pengambil keputusan. Karena suami sebagai pemimpin istri mengikuti segala keputusan suami sebagai pemimpin. Tidak boleh ada dua pemimpin dalam satu organisasi.

Laki-laki bertugas mencari nafkah, dan mengatur atau mengelola menyerahkan sebagian harta atau penghasilannya kepada istri. Perempuan taat tidak mengeluh dan merasa resah ketika suami ada atau tidak ada karena dia merasa Allah yang memelihara.

Perempuan Amanah

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri," (An Nisaa, 4:36).

Kecerdasan perempuan ditandai dengan kemampuan menaati Allah dengan melaksanakan perintah-Nya. Perempuan taat pada Allah berpilaku taat pada suami dan tidak sombong dengan membangun hubungan baik dengan sesama terutama kepada dua ibu bapak.

Perempuan amanah mengelola harta suami dengan membelanjakannya untuk membangun hubungan baik dengan sesama sebagaimana Allah perintahkan. Hubungan baik yang harus pertama kali bina adalah dengan dua orang ibu bapak, yaitu ibu dari istri dan suami dan bapak dari istri dan suami.*** 



FAKTA ILMIAH SEDEKAH MENYEHATKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Ide sedekah atau berbuat baik dapat menyehatkan telah dijelaskan di dalam Al Quran. Masalahnya ada yang...