Sunday, June 26, 2022

Masyarakat Tidak Cinta Pendidikan, Otaknya di Perut

Oleh: Toto Suharya

Otak manusia ada dua yaitu otak di otak dan otak di perut. Apa yang dilakukan manusia sangat tergantung isi otaknya. Namun kondisi perut dapat memengaruhi prilaku manusia. Jika perut sakit seluruh organ tubuh akan terbawa sakit. Sumber energi keseluruh organ diawali dari perut. Namun masyarakat cinta pendidikan tidak akan memerhatikan isi perut melainkan isi otak.  

Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas masyarakat yang cinta pendidikan. Masyarakat pecinta pendidikan mengutakan pendidikan di atas kepentingan perut. Pendidikan adalah urusan leher ke atas. Paling utama pendidikan adalah urusan otak. 

Masyarakat yang tidak begitu cinta pendidikan, diotaknya hanya berisi makanan dan uang. Masyarakat yang tidak cinta pendidikan sangat sensitif ketika berurusan dengan makanan dan uang. Masyarakat yang tidak cinta pendidikan senangnya membuat kegaduhan. Dia tidak suka hidup rukun dan damai.

Masyarakat cinta pendidikan mengatur ekonomi kebutuhan makan dan minum keluarga setelah dana pendidikan terpenuhi. Bagi masayrakat cinta pendidikan, membeli isi otak lebih mengenyangkan dari pada mengutamakan isi perut. Masyarakat yang cinta pendidikan isi perut seada-adanya dipekarangan, namun isi otak harus mewah. Bagi masyarakat cinta pendidikan memenuhi isi otak akan memenuhi isi perutnya. 

Masyarakat yang tidak cinta pendidikan otaknya ada di perut. Bagi masyarakat tidak cinta pendidikan, memenuhi isi perut sama dengan memenuhi isi otaknya, sekalipun faktanya isi otak mereka pindah ke perut. Bagi masyarakat tidak cinta pendidikan, segala tindakannya ditentukan berdasarkan reaksi perut. Masyarakat yang tidak cinta pendidikan, mereka tidak pernah lapar melihat buku. Membeli buku bagi mereka seperti membeli rongsokan yang tidak berguna. Buku tidak ubahnya seperti barang rongsokan yang bisa dijual kiloaan lalu uangnya ditukar jadi semangkok baso.

Masyarakat cinta pendidikan mencintai tempat-tempat bersih. Masyarakat cinta pendidikan berani membeli mahal sebuah lingkungan bersih. Mereka punya keyakinan dari tempat-tempat bersih akan datang rezeki dan ilmu yang berkah. Masyarakat yang cinta pendidikan membeli ilmu pengetahuan sampai jual rumah dan tanah. Masyarakat cinta pendidikan mengirim anak-anaknya sekolah ke luar negeri melalui jalur beasiswa, bekerja, dan biaya orang tua. 

Masyarakat cinta pendidikan sekalipun biaya pendidikan murah bahkan gratis, mereka tidak ridha pendidikan dengan biaya seadanya. Mereka akan tetap membiaya anak-anak mereka untuk mendapat pendidikan berkualitas. Mereka menambah jam belajar anak-anak diluar jam sekolah, memberi kursus-kursus tambahan untuk menambah keterampilan hidup anak-anak.

Masyarakat yang tidak cinta pendidikan, mereka berburu sekolah gratis lalu membiarkan anak-anaknya seperti kambing di padang rumput. Masyarakat yang tidak cinta pendidikan, semua hasil pendidikan adalah selembar ijazah. Bagi masyarakat yang tidak cinta pendidikan, bagi mereka sumber rezeki adalah ijazah. Masyarakat yang tidak cinta pendidikan otaknya ada di ijazah.

Bagi masyarakat tidak cinta pendidikan, ijazah adalah tuhan pemberi rezeki. Masyarakat tidak cinta semua kejadian dilihat dari reaksi perut. Hatinya tergerak ketika perut lapar. Nasfsunya menggebu-gebu hingga tidak terkendali hanya karena isi perut terancam. Masyarakat tidak cinta pendidikan bisa dikendalikan dengan nasi bungkus. Bagi masyarakat cinta pendidikan, semakin banyak nasi bungkus, hidup terasa menyenangkan. 

Bagi masyarakat tidak cinta pendidikan, mau hidup di kota besar atau diperkampungan, selalu hidup kampungan. Bagi masyarakat yang tidak cinta pendidikan dimanapun hidup seperti cara hidup dikampungnya yang kampungan. Masyarakat yang tidak cinta pendidikan kualitasnya bisa dilihat sehari-hari. Mereka lebih banyak berdiskusi urusan isi perut sekalipun otaknya sudah sakit bagaikan kanker stadium empat karena terlalu banyak bicara isi perut.*** 

Saturday, June 4, 2022

Sejarah adalah Ilmu Tafsir

 Oleh: Toto Suharya

Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Menurut konsep waktu, sesuatu yang terjadi di masa lalu tidak akan terulang kembali. Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada tahun 1945, peristiwanya tidak akan terulang kembali. Sesuatu yang terjadi di luar kontrol manusia.

Memandang ilmu sejarah bisa terbagi menjadi dua sudut pandang, tergantung argumentasi seseorang dalam memahaminya. Pertama sejarah bisa dipandang sebagai ilmu pasti. Secara universal apa yang terjadi pada setiap orang disebabkan oleh sesuatu yang terjadi. Pandangan ini sering di dukung oleh pendapat Hegel (2012). Hal yang pasti dalam sejarah adalah kejadiannya yang tidak akan pernah berulang, kemudian yang terjadi selanjutnya adalah akibat dari kejadian yang lalu.

 

Pembelajaran sejarah menjadi sebuah pembelajaran reflektif. Hegel (2012, hlm. 5) berpendapat sejarah reflektif adalah sejarah yang secara penyajiannya tidak dibatasi oleh waktu. Hakikatnya semua yang terjadi berhubungan sebagai kesatuan dan inilah ruh dari sejarah (sejarah universal). Dalam hal ini, penyusunan materi sejarah menjadi hal terpenting. Pertimbangan penulis sejarah menjadi sangat penting dan prinsip, mengacu pada motif perbuatan, dan peristiwa yang akan dipaparkan, dan itulah yang menentukan ceritanya.

Mengacu pada pendapat Hegel jalannya sejarah sudah ditentukan aturan-aturannya. Pemahaman sejarah ada di rasio seseorang. Sejarah sebagai kegiatan reflektif diceritakan berdasar subjektivitas seseorang, namun kemutlakkan harus ada dalam pikiran setiap orang, kemutlakkan itu adalah keseleruhan sistem yang saling ketergantungan. Kemutlakkan itu adalah dalam sistem-sistem yang kecil maupun besar. 

Capra (2002, hlm. 49) mengatakan partikel-partikel subatomik tak memiliki arti sebagai entitas terisolir dan hanya dapat dimengerti sebagai interkenokeksi, dan korelasi-korelasi, antara aneka proses dan pengukuran. Dalam keseluruhan sistem keberadaan suatu benda saling berhubungan sebab akibat, dan ditentukan pula oleh sebab dan akibat yang mutlak yang Yang Maha Pemelihara Kebaikan. Bagi penulis, Sang Pemelihara Kebaikan, dalam kontek pemikiran Islam adalah Ar Rahman dan Ar Rohiim.

Inilah yang dimaksud etika  atau cara berpikir (way of thingking). Jika cara berpikir seseorang berbeda, keseluruhan pengalaman hidupnya akan berbeda. Tindakan etis manusia tidak dapat dipisahkan dari cara berpikir. Terdapat hubungan timbal balik antar keduanya (Abdullah, 2022, hlm. 38). Bagi penulis hubungan tembal balik (sebab-akibat) dapat dimaksudkan sebagai bagian absolut idea pemikiran Hegel, dan sebab atau akibat mutlaknya adalah satu kesatuan sistem. 

Gagasan pemikiran Hegel, Capra, Abdullah, menjadi cara bagaimana kita menjalani kehidupan untuk menemukan gagasan-gagasan kebaikan, dan tujuan-tujuan baik, sebagai cara dan tujuan hidup mutlak dari Yang Maha Kasih dan Sayang. Sarana untuk memahamai way of thingking adalah sejarah kehidupan manusia. Jadilah sejarah adalah ilmu tafsir dalam upaya mencari war of thingking.***

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...