Sunday, August 30, 2020

AKTIVITAS BELAJAR MENURUT AL-QUR'AN

 OLEH: TOTO SUHARYA

(Kepala Sekolah, Sekretaris I DPP AKSI)

Definisi belajar mungkin sudah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Namun jika ditanya apa definisi belajar menurut Al-Qur’an? Anda harus membuka kitab-kitab Arab gundul dan pasti kesulitan karena keterbatasan membaca dan memahaminya. Kali ini saya akan membantu anda untuk sedikit menjelaskan, dengan pendekatan dan metode yang saya kembangkan.

Aktivitas belajar bisa kita lihat kata operasionalnya di dalam Al-Qur’an. Aktivitas belajar sesuai berita Al-Qur’an saya temukan tiga konsep yaitu mendengar, melihat, dan berpikir. Kata-kata ini tersebar dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Kurang lebih ada 134 kata mendengar diulang-ulang dalam berbagai ayat dalam Al-Qur’an.

“Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah)…” (Al An’aam, 6:36)

“Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)? (Al ‘Araaf, 7:100).

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (An Nahl, 16:65).

Belajar adalah aktivitas mendengar. Jadi aktivitas yang harus dilatihkan pada anak-anak adalah kemampuan mereka untuk mendengar. Anak-anak pembelajar adalah mereka yang banyak mendengar. Mendengar adalah kompetensi yang harus dilatihkan pada anak-anak sejak dini. Bisa dipahami oleh kita bahwa kurikulum di Jepang untuk anak-anak TK adalah mendengar. Mendengar adalah prilaku orang-orang terpelajar. Di Jepang mendengar menjadi budaya bukan hanya di sekolah tetapi di setiap kegiatan kemasyarakatan. Jepang juga termasuk negara dengan tingkat kesejahteraan tinggi.

Bagi laki-laki muslim, perintah mendengarkan ketika mau khutbah Jumat pasti diingatkan. Begitu pentingnya mendengar karena dengan mendengar informasi bisa masuk ke dalam otak dan dipikirkan oleh hati.

Aktivitas belajar lainnya yang diberitakan dalam Al-Qur’an adalah melihat. Kata melihat bisa kita temukan dalam ayat Al-Qur’an di bawah ini. Kata melihat terekam dalam terjemahan Al-Qur’an kurang lebih sebanyak 237 kali.

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al Jaatsiyah, 45:23).

Belajar adalah aktivitas melihat. Kegiatan melihat itu seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan yaitu percobaan dan pengamatan. Sains dan teknologi ditemukan melalui kegiatan melihat. Tanpa bantuan melihat manusia tidak dapat memahami berbagai gejala alam. Prilaku alam, hewan, tumbuhan, manusia, bisa dipahami dengan melakukan pengamatan (melihat).

Pembelajaran yang baik jika anak-anak bisa diajak melihat langsung setiap kejadian melalui percobaan. Setiap metode pembelajaran sebaiknya menampilkan bahan ajar supaya bisa dilihat.

Aktivitas belajar selanjutnya adalah berpikir. Membaca sebagai perintah Allah pada ayat pertama turun berkaitan dengan membaca. Ketika kita membaca aktivitas dominannya selain melihat adalah berpikir. Kata berpikir dalam terjemahan kurang lebih ada 12 kali diberitakan di dalam Al-Qur’an.

“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.(Al Hasyr, 59:21).

Berpikir adalah aktivitas akal dan hati. Aktivitas berpikir ini sering dimusuhi oleh sebagian penganut agama. Permusuhan ini bukan didasari oleh ajaran agama tapi tradisi konflik sejarah masa lalu yang terbawa hingga sekarang. Padahal dalam konteks pembelajaran, tidak mungkin anak-anak hanya belajar dengan mendengar dan melihat saja, tanpa melakukan proses berpikir.

Tanpa aktivitas berpikir melihat dan mendengar hanya akan jadi kegiatan input pengetahuan tanpa proses pemahaman mendalam. Tanpa berpikir kita tidak akan pernah bisa menciptakan alat-alat untuk membantu kesulitan hidup manusia.

Berdasarkan konsep aktivitas belajar di atas, mulai tahap dasar anak-anak harus diajari bagaimana mendengar, melihat dan berpikir. Pendidikan kita mengalami kelemahan diketiganya. Saatnya kembali ke konsep Qur’an perbaiki proses pembelajaran kita. Ajari anak kita mendengar, melihat, dan berpikir. Membaca adalah aktivitas melihat dan berpikir yang harus sering kita ajarkan. Hal yang paling sulit dalam dunia pendidikan ternyata mengajarkan berpikir.  Wallahu’alam.

Saturday, August 29, 2020

MEMAHAMI OTAK LAKI-LAKI

 OLEH: TOTO SUHARYA

(Kepala sekolah, Sekretaris I AKSI)

Informasi ini saya resume dari buku Male Brain karya Louann Brizendine tahun 2010, Jakarta, penerbit Ufuk press.  Saya coba ambil hasil-hasil penelitian otak yang akan berkaitan dengan prilaku laki-laki. Ilmu ini sangat bermanfaat bagi siapa yang ingin memahami laki-laki, atau bagi para perempuan yang ingin menaklukkan laki-laki, atau bagi para ibu yang ingin mengasuh dengan baik anak-anak laki-lakinya. Semua bakat dan penyebab prilaku manusia ada di otak. Saya sajikan fakta-fakta tentang otak laki-laki dan silahkan anda menfasirkan dan mengambil manfaatnya.

“laki-laki memiliki ruang otak 2,5 kali lebih luas yang ditujukan untuk hasrat seksual di dalam hipotelamus mereka. Laki-laki juga memiliki pusat otak yang lebih besar untuk tindakan yang memerlukan otot dan agresi”. Otak laki-aki dibentuk untuk mengedepankan pencarian seksual.

Kemampuan hebat anak laki-laki untuk melacak benda bergerak bukan disebabkan oleh lingkungannya. Hal itu adalah dari otak laki-laki. Sejumlah prilaku dan keterampilan dibentuk dan deprogram secara alamiah di dalam otak laki-laki, sementara yang lain dibentuk dalam otak perempuan. Perbedaan laki-laki dan perempuan diperkuat oleh budaya dan pengalaman hidup, tetapi semua bermula dari otak.



Otak laki-laki muda lebih dikendalikan oleh kesenangan dan imbalan karena mendapatkan benda yang diinginkan, bahkan berani dengan resiko mendapat hukuman. Bagaimanapun berusaha memengaruhi, anak laki-laki akan bermain balapan, berperang melawan musuh khayalan, membangun dan merusak, serta mencari kesenangan baru. Anak laki-laki tertarik permainan kompetitif (waktu 65%) dan anak perempuan tertarik melakukan permainan Kerjasama.

Anak perempuan lebih sering menggambar orang, binatang piaraan, bunga, dan pohon serta lebih banyak menggunakan warna. Siswa laki-laki SD memilih menggambar aksi, tabrakan pesawat, mobil, semua gambar dinamis, menggunakan beberapa warna.

Kemenangan sangat penting bagi laki-laki. Tujuan utama permainan bagi laki-laki adalah menang. Bagi otak laki-laki teriakan menang adalah segalanya. Otak laki-laki tidak dibuat untuk berpikir ke masa depan. Pubertas bisa mengubah segalanya. Tahap perkembangan anak-anak ini menuntut teknik pengasuhan yang sulit, yaitu dengan mengulur tanpa terlepas.

Otak laki-laki dibentuk untuk jadi petualang. Sistem sekolah yang ada di kelas secara langsung berkonflik dengan otak remaja putra yang mencari kebebasan dan petualangan. Jam tidur di dalam otak anak laki-laki usia 11 atau 12 tahun berubah. Dia begadang dan tidur menjelang pagi.

Otak laki-laki diaktifkan dengan musik sama dengan perempuan, tetapi otak laki-laki tidak diaktifkan dengan suara music monoton. Anak laki-laki suka membicarakan permainan serta benda, sementara anak perempuan membicarakan orang dan hubungan. Anak laki-laki tidak suka bicara pribadi, terutama dengan orang tua mereka. Otak laki-laki remaja usia 16-17 tahun akan sangat mencari otonomi dari orang tuanya.

Primata betina melakukan hubungan seksual dengan primate jantan yang membawakan mereka makanan. Janji, hadiah, bunga, memperlihatkan kekuatan, keterampilan, adalah taknik laki-laki untuk mendapatkan seksual. Penelitian menemukan tiga dari empat laki-laki berkata, mereka bersedia untuk berbohong atau ‘memodifikasi’ kebenaran agar dapat membujuk perempuan supaya mau berhubungan seks dengan mereka.

Dalam suasana jatuh cinta, laki-laki dan perempuan mengatakan, mereka menghabiskan watu terjaga mereka sebanyak 85% untuk membayangkan kekasih mereka. Otak laki-laki lebih cepat memikirkan seksual tetapi akan berakhir dengan begitu saja.

Otak memiliki dua sistem memori independent. Satu adalah memori untuk objek atau peristiwa tanpa emosi, dan yang lain adalah untuk kenangan yang diperkuat oleh emosi. Laki-laki mengingat fakta dan bentuk, sedang perempuan tidak hanya mengingat fakta tetapi juga setiap rincian emosi yang mereka rasakan.

Kemarahan bisa menyebabkan pemikiran yang tidak sempurna dengan mengurangi persepsi tentang risiko dan memicu agresi, tetapi kemarahan bisa membuat kita berpikir dengan lebih jernih juga. Kemarahan menimbulkan analisis yang lebih hati-hati dan rasional tentang alasan orang lain sehingga dalam sejumlah kasus, kemarahan bisa membuat orang-orang menjadi lebih rasional, bukannya kurnag rasional.

Orang kesepian akan lebih cepat mati daripada orang seusia mereka yang tidak kesepian. Otak laki-laki yang sudah matang menjadi semakin menyerupai otak perempuan dewasa secara hormonal. Laki-laki bisa mendapat peluang kesuburan kedua, ketiga, atau keempat, sesuatu yang tidak dimiliki perempuan. Sejumlah wilayah otak yang tidak diaktifkan tidak sebanyak yang dialami otak manusia ketika mereka diisolasi secara sosial.

Dari hasil penelitian menyatakan, laki-laki tetap menganggap seks sebagai manfaat utama dari perkawinan, bahkan di usia tua. Otak laki-laki paruh baya lebih memaafkan dan melupakan. Otak laki-laki homoseksual menyerupai otak perempuan. Penyebab orientasi seks salah satunya adalah gen, dan yang lainnya belum teridentifikasi. 

Wednesday, August 26, 2020

SOP PEMBELAJARAN DARING

 OLEH: TOTO SUHARYA

Berdasar hasil survey siswa merasa jenuh dan terbebani dengan tugas yang hampir setiap guru memberikan layanan pembelajaran dengan penugasan. Jika satu minggu anak-anak belajar 10-19 mata pelajaran, maka bisa dibayangkan jika guru memberikan layanan belajar dengan metode penugasan, siswa akan sangat terbebani. Kondisi ini muncul ke permukaan karena kondisi pembelajaran dilakukan di rumah tanpa bimbingan langsung guru.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berbeda dengan kondisi belajar tatap muka. Pada saat PJJ yang bisa mengendalikan anak-anak dan guru adalah aturan main yang disepakati. Aturan main seperti tata tertib atau Standar Operational Prosedur (SOP) adalah alat untuk melindungi siswa dari beban belajar yang dirasa berlebihan, sebagaimana metode penugasan yang berujung membebani siswa. Tata tertib atau SOP menjadi faktor penting agar kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberi arahan kepada semua pihak bahwa proses pembelajaran tetap berjalan sesuai dengan kondisi psikologis, dan sosiologis guru dan peserta didik.

Tata tertib atau SOP juga bersifat informatif kepada semua pihak bahwa pada saat belajar dari rumah proses belajar dan mengajar tetap berlangsung. Belajar di rumah tentu berbeda dengan belajar di sekolah. Ketika orang berada di sekolah tanpa SOP semua sudah terkondisikan untuk belajar karena semua orang yang ada di sekolah pola pikirnya sudah sama yaitu melaksanakan tugas belajar mengajar. Namun ketika anak-anak ada di rumah, kondisi dan situasinya berbeda. Rumah bukan tempat belajar seperti sekolah tetapi tempat mereka makan, minum, santai, manja-manja, istirahat, tidur, tanpa ada yang ketat mengendalikan seperti di sekolah.

Perubahan kondisi ini membuat banyak siswa yang sulit terkendali prilakunya. Mereka ada yang malas belajar, sulit disiplin bangun pagi, kebanyakan tidur, dan tidak fokus belajar. Tata tertib atau SOP PJJ dibutuhkan untuk mengondisikan anak-anak agar tetap merasakan memiliki tanggung jawab untuk tetap belajar sekalipun berada di rumah. Berikut adalah SOP PJJ yang harus di pahami oleh guru dan siswa, serta orang tua. SOP dibuat sebagai serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam satu hari pembelajaran.

NO

SOP PJJ DARING SISWA

NO

SOP PJJ DARING GURU

1

Siswa jam 06.45 sudah mandi, sarapan, dan siap belajar dengan memakai baju seragam

1

Guru wali kelas am 06.45 memberikan arahan agar siswa sudah siap belajar

2

Siswa jam 7.00-07.30 melakukan kegiatan pembiasaan shalat dhuha 12 rakaat.

2

Guru wali kelas memberi arahan agar siswa melakukan shalat dhuha 12 rakaat dan meminta siswa untuk mengisi absen shalat dhuha 12 rakaat

3

Siswa jam 07.30-08.00 mendengarkan menyimak “morning motivation” mencatat dan memberikan komentar di kerta satu lembar setiap hari untuk dikumpukan seminggu sekali pada wali kelas.

3

Guru wali kelas mengajak dan memotivasi kepada siswa untuk menyimak acara morning motivation dan tidak lupa untuk mersume dan memberi komentar dalam sebuah artikel dan dikumpulkan per minggu.

4

Siswa jam 08.00-11.45 masuk kelas maya masing-masing sesuai jadwal pelajaran. Melakukan pembelajaran sesuai dengan instruksi guru mata pelajaran masing-masing

4

Guru mata pelajaran masuk ke kelas maya masing-masing memulai pembelajaran, diawali mengecek kehadiran siswa.

5

Siswa selama jam pembelajaran dibimbing oleh guru mata pelajarannya masing-masing dan terjadi diskusi.

5

Guru mapel menyampaikan bahan ajar HOTS yang sudah direncanakan dan harus dipandu selesai dalam durasi sesuai dengan jam pelajaran yang tersedia.

6

Siswa pada jam 11.45 mengakhiri pembelajaran dan keluar dari kelas maya.

6

Guru mapel mengakhiri pembelajaran dengan doa dan tidak memberikan tugas tambahan di luar pembelajaran.

7

Siswa di luar jam pelajaran melaksanakan aktivitas pendidikan karakter seperti melaksanakan shalat wajib, sedekah harian, dll.

7

Guru mengingatkan kepada siswa untuk melaksanakan program pembiasaan pendidikan karakter.

Keberadaan SOP sangat penting, untuk membantu kebingungan siswa, guru, orang, tua pada saat melaksanakan PJJ. Melalui SOP pembelajaran, kepala sekolah dapat melakukan supervise untuk memastikan proses pembelajaran berjalan dengan baik. Selain itu SOP dapat mengendalikan siswa dan guru untuk bertindak profesional disiplin, mandiri dan bertangung jawab. Penyusunan SOP harus dilakukan bersama-sama agar menjadi pegangan dan kesepakatan bersama.  Wallahu’alam.

Thursday, August 20, 2020

WE ARE A TEAM PLAYER PEOPLE

 OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala SMAN 2 Padalarang, Sekretaris I AKSI)

“We are not a team player. We are the single player” (Tanri Abeng). Orang Indonesia sebagai mana kita ketahui banyak yang unggul sebagai personal tetapi jarang yang kuat sebagai tim. Dalam olah raga, pemain kita lembek dalam cabang yang melibatkan lebih dari dua orang. Bola basket, sepak bola, voli, nyaris tak punya prestasi dunia. Berbeda dengan panahan, tinju, bulutangkis, atau bridge. (Wahyuningsih, 2018, hlm. 11).  

Faktor-faktor penyebab kita tidak bisa bekerjasama dalam tim, dilatarbelakangi oleh kelemahan-kelemahan prilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Menurut Muchtar Lubis (1978) salah satu kelemahan prilaku bangsa Indonesia adalah sikap feodal. Masyarakat feodal tidak mengenal kerjasama, mereka mementingkan kebesaran dan kebahagiaan pribadinya. Jiwa ingin menaklukkan, mengalahkan, merendahkan, dalam masyarakat feodal sangat kental. Masyarakat dengan mental feodal tidak tumbuh dengan saling membesarkan tetapi dengan saling menjatuhkan. Sinisme dan nyinyir terhadap keberhasilan menjadi sikap yang sering muncul ketika melihat keberhasilan orang lain.

Pada masyarakat feodal, sikap hormat dan menghargai pemimpin sangat rendah. Penghormatan pada pemimpin dilandasi karena rasa takut, kepentingan, dan kolegial. Sikap mental ini mejadi penghambat kemajuan bangsa. Visinya tidak pernah bisa dipersatukan, kehidupan berjalan masing-masing berdasarkan kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Faktor lain yang menghambat prilaku bangsa Indonesia tidak bisa bekerjasama adalah mentalitas meremehkan mutu. Kontjaraningrat (1974) menjelaskan salah satu kelemahan prilaku bangsa Indonesia adalah kurang menghargai mutu. Keunggulan-keungulan individu dalam berbagai bidang kurang mendapat tempat di masyarakat Indonesia. Ilmuwan-ilmuwan lebih banyak berkarir dan dimanfaatkan oleh negara-negara luar. Karya-karya inovasi orang Indonesia lebih berhasil diterapkan di luar negeri. Penemu kapal selam, radar tercanggih adalah orang Indonesia yang berkarir di luar negeri.

Menurut Carol S. Dweck (2020) mentalitas feodal dan kurang menghargai mutu bisa tergolong pada kategori mentalitas fixed mindset. Mentalitas bangsa seperti ini akan sangat sulit beradaftasi dengan kondisi zaman saat ini. Orang Indonesia menjadi bangsa yang sangat takut gagal, dan selalu fokus pada keberhasilan tanpa memerdulikan proses alami yang harus dilalui. Program-program terobosan untuk meningkatkan daya saing, selalu gagal di tengah jalan karena keengganan menghadapi kegagalan. Program inovasi pembangunan dalam berbagai bidang selalu gagal atau layu sebelum berkembang, karena mentalitas kurang menghargai. 

Atas dasar itu, esensi pendidikan di Indonesia adalah membangun mental masyarakat Indonesia agar mampu bekerjasama dalam membangun bangsa. Pendidikan harus memberikan bimbingan, pelatihan, dan pengajaran bagaimana membangun sebuah bangsa dalam kerangka kebersamaan. Sifat-sifat feodal yang egoistik harus dikikis dalam proses pendidikan melalui pendidikan agama yang mendorong setiap orang untuk menjadi pribadi-pribadi taat pada pemimpin dalam tataran hidup bernegara.

Para peserta didik harus dilatih dan banyak praktek dalam kegiatan-kegiatan kerjasama dalam sebuah tim.  Syarat bagi para peserta didik agar bisa bekerjasama dalam tim adalah melatih mereka untuk menghormati keputusan-keputusan yang dilakukan oleh pemimpin. Para peserta didik harus dilatih menghargai dan memberi kesempatan kepada pemimpin untuk melakukan inovasi dengan cara memberi ruang kepada pemimpin untuk melaksanakan kebijakannya dengan dukungan penuh kebersamaan. Kegagalan seorang pemimpin adalah proses yang harus dilalui seorang pemimpin dimanapun adanya. Peserta didik harus dibiasakan menyikapi kegagalan sebagai hal wajar dan tidak menganggap kegagalan sebagai ketidakmampuan seorang pemimpin belaka.

Untuk mengikis jiwa-jiwa feodal dengan egoisme tinggi, para peserta didik harus diajak untuk melakukan proyek-proyek pendidikan yang berdampak dan bermanfaat pada lingkungan sekitar di mana mereka tinggal. Para peserta didik juga harus banyak diapresiasi oleh guru-guru dalam berbagai bentuk atas karya-karya mereka sekecil apapun. Pendidikan semacam ini akan menyadarkan mereka untuk menghargai karya-karya orang lain sekecil apapun di masyarakat kelak.

Dunia pendidikan harus penuh dengan apresiasi bukan dengan teguran dan celaan. Hal yang harus disepakati oleh para pendidik adalah para peserta didik adalah makhluk-makhluk cerdas. Mereka punya kecerdasan di kelasnya masing-masing dan para pendidik harus bisa mengungkapnya, kemudian mengapresiasi agar kecerdasan yang mereka miliki terus tumbuh sampai mereka menyadarinya dan memiliki kepercayaan diri. Dengan demikian kelak mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mampu bekerjasama dalam tim. Insya Allah bangsa kita yang religius bisa tumbuh menjadi “we are a team player, not a single player”.  Wallahu’alam.   

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...