Saturday, May 5, 2018

PAUK DALAM KITAB SUCI

Oleh: TOTO SUHARYA

Selain dalam Al Qur’an surat Maryam ayat 22, ide pelaksanaan pendidikan anak dalam usia Kandungan (PAUK) terdapat dalam Al-Qur’an. “(Ingatlah), ketika istri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). (Ali Imran:35). Kata kunci pendidikan anak sejak dalam kandungan terdapat dalam “nazar” yang dilakukan oleh istri Nabi Imran. Peristiwa ini memberi inspirasi bahwa proses pendidikan anak sudah dimulai sejak dalam usia kandungan. Untuk membentuk pribadi anak sholeh, istri Nabi Imran menajarkan anaknya kepada Tuhan, sejak dalam kandungan tidak setelah lahiran anaknya.
PENDIDIKAN 4.0
Makna luas bernazar bisa berarti bertekad kuat. Istri Imran dalam hal ini bertekad untuk mendidik anaknya menjadi hamba yang sholeh dan berkedudukan tinggi. Dalam keterangan ayat ini, Tuhan hendak memberi peringatan kepada manusia untuk meperhatikan pendidikan anak-anaknya sejak dalam kandungan, jika kelak menginginkan anak-anak yang sholeh dan berkedudukan tinggi.

Yang menarik di sini adalah, yang bernazar bukan Imran (suaminya), tetapi istrinya. Jelas sekali dalam hal ini, Allah memberi peran sentral kepada kaum istri dalam melahirkan anak-anak sholeh. Ini pelajaran dari Allah bagi ibu-ibu hamil agar memperhatikan segala prilakunya demi pendidikan anak-anaknya sejak dalam kandungan.

Posisi sentral perempuan dan perhatian anak  anak dalam kandungan dijelaskan dalam ayat lain, “Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin. (At thalaaq:6). Ayat ini menguatkan posisi pentingnya dukungan suami untuk memberikan perhatian pada istrinya yang sedang hamil sekalipun sudah di talak. Perhatian suami kepada istri yang sudah di talak tidak dianjurkan kecuali kepada istri-istri yang sedang hamil. Perhatian suami kepada istri hamil merupakan faktor pendukung bagi para istri untuk mendidik anaknya sejak dalam kandungan.

Secara ekplisit kedua ayat di atas tidak menganjurkan tentang pentingnya pendidikan anak dalam usia kandungan, tetapi secara implisit harapan seorang ibu agar anak yang ada dalam kandungannya menjadi anak sholeh (cerdas) harus sudah ditanamkan sejak anak dalam kandungan. Keseriuasan seorang ibu agar anaknya menjadi anak cerdas, harus dinazarkan (ditekadkan) atas nama Tuhan, sejak dalam kandungan. 

Itulah ketentuan dasar pentingnya pendidikan usia dalam kandungan yang ditetapkan oleh Tuhan. Selanjutnya ketentuan Tuhan ini menjadi tradisi masyarakat di berbagai belahan dunia. Secara khusus tradisi mengunggulkan anak sejak dalam kandungan di miliki oleh bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi tercatat dalam sejarah sebagai bangsa yang melahirkan generasi-generasi cerdas. Namun demikian kecerdasan intelektual, tidak akan meninggikan derajat seseorang tanpa dibarengi dengan kepatuhan kepada ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan Tuhan.

Untuk itulah istri Imran bernazar kepada Tuhan untuk bayinya dalam kandungan. Istri imran tidak saja mengharapkan kecerdasan intelektual, tapi kecerdasan spiritual, kecerdasan dimana bayinya bisa mengenal dan Tunduk kepada Tuhannya. Wallahu ‘alam.

PENDIDIKAN 4.0

OLEH: TOTO SUHARYA

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah pola hidup masyarakat dunia menjadi sangat bergantung pada data. Para pemilik data dialah yang akan menguasai dunia. Fenomena ini menandai semakin pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dalam setiap aspek kehidupan.

Klaus Schwab, dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution, Beliau menjelaskan ada empat masa industri, pertama, industri mesin uap, ditandai dengan implementasi mesin uap pada mesin industri dan transportasi. Kedua, industri ditemukannya listrik dan motor, dengan imlementasi pada telepon, mobil, dan pesawat terbang. Ketiga, industri berbasis komputer dan internet, ditandai dengan digitalisasi data. Keempat, industri disruptif, dengan ditemukannya pola baru dalam pemanfaatan teknologi informasi yang bisa meruntuhkan tatanan ekonomi masyarakat yang sudah mapan dalam tempo waktu yang cepat. Hal ini ditandai dengan hadirnya pebisnis-pebisnis berbasis aplikasi di internet. (id.beritasatu.com., 5 Mei 2018 ).

KREATIVITAS ITU AWALNYA DARI PENGETAHUAN
Dari perubahan sistem ekonomi yang sangat cepat, telah melahirkan gejolak di masyarakat. Kehadiran bisnis transportasi, ekspor impor, sewa kamar hotel, media massa, toko buku, berbasis aplikasi internet, dalam waktu singkat dapat meruntuhkan perusahaan raksasa konvensional yang sudah berdiri puluhan tahun. Inilah gejala era industri disrupsi, yang akan terus memengaruhi segala aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan.

Ke depan tidak menutup kemungkinan akan hadir sekolah-sekolah yang menawarkan kelas-kelas layanan berbasis aplikasi internet. Suatu saat, peserta didik di sekolah-sekolah akan kosong, semua kegiatan belajar dikendalikan melalui aplikasi internet dan bisa dikerjakan dari rumah masing-masing dan di mana saja. Biaya akan sangat murah, dan sekolah-sekolah besar yang biasa pasang tarif sangat mahal akan kehilangan pelanggan sehingga terancam gulung tikar.


Bisnis di bidang pendidikan berbasis aplikasi internet yang sudah mulai diperkenalkan kepada masyarakat adalah model bimbingan belajar online. Dengan harga yang sangat murah layanan bimbingan bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Akun aplikasi yang mereka gunakan sudah memuat ribuan bahkan jutaan soal yang bisa dipelajari oleh konsumen.

Pemain bisnis pendidikan yang harus diwaspadai adalah mereka yang datang dari luar negeri yang lebih dulu dan sangat kreatif mengembangkan aplikasi pendidikan di internet. Mereka sudah punya data digital tentang kita dari aplikasi yang mereka punya.

Kompetisi ke depan akan terletak pada kecerdasan manusia dalam memiliki data, membaca menganaslis permasalahan dan menyelesaikannya melalui sebuah aplikasi di internet. Sehingga setiap permasalahan akan menjadi peluang bisnis yang bisa meruntuhkan tatanan ekonomi dan kehidupan masyarakat dalam waktu sangat cepat.

Memasuki era pendidikan 4.0 secara substansi pendidikan harus mempersiapkan generasi yang punya daya saing, minimalnya memiliki kemampuan berpikir kritis (critical thingking) kreatif, (creative), komunikatif (communication), dan mampu berkolaborasi (collaborations), disingkat 4C.

Kurikulum 2013 yang sudah hampir merata diimplementasikan di seluruh sekolah di Indonesia tahun ini, secara substansi sudah menjawab tantangan masyarakat di era industri 4.0. Kurikulum 2013 telah memuat kompetensi keterampilan berpikir yang wajib dimiliki peserta didik dari mulai mengingat sampai mencipta.

Pada kurikulum 2013 juga ditekankan pendidikan karakter agar peserta didik tidak tercabut dari akar budayanya, melalui pendidikan karakter berbasis agama dan kearifan lokal. Dengan demikian, kurikulum 2013 sudah memenuhi kebutuhan pendidikan 4.0, sekarang tinggal kembali kepada para pelakunya. Apakah kita semua sudah sadar telah berada di era industri disruptif? Wallahu ‘alam.

(Penulis Kepala SMAN 1 Cipeundeuy, Pengurus PGRI Kab. Cianjur) 

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...