Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Kompetensi berpikir menjadi keterampilan wajib dimiliki di era teknologi informasi. Kecerdasan berpikir sudah diperintahkan Allah berulang-ulang dalam Al Quran.
"Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir" (Al Hasyr, 59:21).
Berpikir menjadi keterampilan yang harus dimiliki oleh manusia. Allah memerintahkan berpikir untuk seluruh umat manusia di muka bumi.
Salah satu keterampilan berpikir yang harus dimiliki manusia adalah berpikir kritis. Saat ini, dunia pendidikan sedang menggembor-gemborkan pentingnya berpikir kritis. Mengapa setiap orang harus punya kemampuan berpikir kritis?
Berpikir kritis berkaitan dengan membangun tauhid seseorang kepada Tuhan. Tanpa kemampuan berpikir kritis, manusia bisa menjadi makhluk bodoh, mudah ditiipu, dan diperdaya, karena taat kepada manusia bukan pada Tuhan.
Kemampuan berpikir kritis menjadi mutlak dimiliki manusia dan Allah perintahkan pada seluruh umat manusia. Misalkan dalam beragama, tanpa berpikir kritis orang bisa jadi bukan taat pada Allah tapi taat pada kelompok, organisasi, aliran, madzab, atau guru-guru.
Fenomena saat ini, kita dapat saksikan manusia yang mengaku beragama belum tentu dia taat beragama, karena ukuran ketaatan dalam beragama dia harus taat kepada apa yang diperintahkan Allah dalam Al Quran, bukan taat pada kelompok, aliran, madzab, atau gurunya.
Inilah pentingnya berpikir kritis. Setiap orang harus punya kemampuan mengevaluasi setiap pendapat dari berbagai sudut pandang dengan tetap berpijak pada pedoman ajaran agama yaitu kitab suci Al Quran.
Akhirnya orang beragama bukan berupaya menciptakan kesejahteraan dan perdamaian dunia untuk umat manusia, tapi membela kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok untuk kehidupan dunia.
Orang-orang yang berpikir kritis dalam beragama, dia fokus pada ajaran agama yang dianutnya bersumber pada ajaran yang terkandung di dalam kitab sucinya. Orang yang berpikir kritis akan mencari kebenaran tanpa ada akhir, karena kebenaran di dunia bersifat dialogis.
Manusia-manusia berpikir kritis, tidak memutlakkan pendapatnya dan memaksakannya pada orang lain. Manusia berpikir kritis akan menghargai pendapat orang lain, karena paham orang lain punya hak untk beprikir dan akan terus berdialog merefleksi diri untuk mengevaluasi hasil pemikirannya sendiri berdiskusi dengan orang lain.
Dapat dipahami mengapa Allah selalu memerintahkan dan selalu bertanya kepada manusia, "apakah kamu tidak berpikir?". (Ali Imran, 3:65).
Maka, setiap manusia harus jadi pemikir, karena Allah tidak berbicara pada sekelompok manusia tapi untuk seluruh umat manusia. Untuk itulah pendidikan di dunia saat ini, menganjurkan untuk melatih kemampuan berpikir pada anak-anak, karena berpikir adalah perintah Allah.***