Friday, May 29, 2020

PRAKTEK BELAJAR MASA NEW NORMAL

OLEH: TOTO SUHARYA
(Penulis Kepala sekolah, Sekretaris I DPP AKSI)

“Fokuskan pada kompeteni inti”, demikian saran dari staf ahli pendidikan.  Di dalam kurikulum 2013 dijelaskan pembelajaran mengacu kepada kompetensi inti yaitu spritiual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Spiritual dan sosial tidak diajarkan melalui pembiasaan diperkuat dengan pemahaman melalui teori dan penghayatan. Untuk pengetahuan dan keterampilan dilakukan dengan melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dari mulai analisis, sisntesis, evaluasi dan mencipta. Semua mata pelajaran berfokus pada kompetensi inti, jangan gagal fokus menjejalkan pengetahuan dengan tingkat berpikir mengingat, memahami dan menerapkan.

Pemebelajaran dengan penugasan bisa dilakukan dengan catatan bahan-bahan yang dibutuhkan tidak memberatkan dan tidak menuntut murid-murid keluar rumah. Penugasan harus memperhatikan bahan-bahan atau sumber yang tersedia di dalam rumah. Agar tidak memberatkan beban belajar murid-murid di rumah pembelajaran harus menggunakan pendekatan terpadu (kolaborasi). Guru-guru mata pelajaran hendaknya bergabung membuat skenario pembelajaran yang bersifat integratif menggabungkan standar kompetensi yang sama untuk pembentukan kompetensi inti. Dengan metode ini murid-murid tidak akan terbebani dengan tugas-tugas dari setiap mata pelajaran. Melalui pendekatan integratif murid-murid bisa melakukan satu tugas atau kegiatan untuk beberapa mata pelajaran.

Pada masa new normal para ahli pendidikan mengingatkan agar selama Belajar Dari Rumah (BDR), murid-murid tidak dibebani dengan tugas-tugas berpikir tingkat rendah yang pasti berujung pada kejenuhan. Untuk menghindari kejenuhan mata-mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan spiritual dan sosial diharapkan gunakan pendekatan yang berkaitan dengan kecerdasan kinestetik, seni, dan linguistik agar anak-anak tidak bosan. Misalkan anak-anak ditugaskan untuk melakukan kegiatan berbakti pada orang tua, mendengar ceramah di youtube, bermain musik, dan senam lantai atau senam sambil diringi musik. Sebagai bukti kegiatan di rumah di photo atau direkam dengan durasi dibawah satu menit atau lebih untuk kemudian diposting di media sosial sebagai konten kreatif dan inspiratif. Bagi yang mendapat apresisasi terbanyak dari publik, murid-murid diberi reward mendidik dari gurunya. Dengan demikian selama BDR murid-murid punya kegiatan kreatif, inovatif, menyenangkan sambil belajar.

Banyak aktivitas murid-murid di rumah yang bisa diolah sebagai kegiatan pembelajaran untuk melatih kompetensi inti spiritual dan sosial. Bagi murid-murid ditugaskan untuk melakukan kegiatan keagamaan seperti berdoa, shalat dhuha dan lima waktu secara disiplin. Untuk aktivitas sosial ditugaskan untuk melakukan kegiatan sedekah (ibadah sosial) di lingkungan rumah membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan orang tua di rumah. Kesempatan emas selama BDR bagi semua guru untuk fokus mengajarkan karakter religius, gotong royong, disiplin, dan tanggung jawab, dengan menugaskan murid-murid untuk membuat skedul kegiatan-kegiatan positif di rumah tangga setiap hari.


Pada kompetensi inti pengetahuan dan keterampilan, guru-guru secara kolaboratif menyiapkan modul pembelajaran berisi sajian data, fakta, dalam bentuk angka dan wacana. Melalui sajian data, fakta tersebut siswa dituntut untuk menyelesaikan sebuah kasus dengan menganalisis, sintesa, evaluasi dan mencipta sebuah gagasan untuk memecahkan kasus. Dengan modul seperti ini murid-murid tidak dibebani terlalu banyak untuk mencari data tetapi diharapkan mengolah pengetahuan yang sudah disediakan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi murid-murid. Metode penyajian bisa dalam bentuk permainan, simulasi, dan tugas terstruktur yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu sesuai dengan jam pelajaran yang dialokasikan dalam skenario pembelajaran.

Jikalau murid-murid harus menggali pengetahuan data atau fakta, sumbernya tidak jauh dari apa yang ada di lingkungan keluarga. Mata pelajaran ekonomi bisa ditugaskan kepada murid-murid untuk melakukan observasi tentang keuangan keluarga. Melalui kegiatan ini diharapkan mereka bisa membantu memecahan masalah-masalah ekonomi yang ada di dalam keluarga mereka sendiri. Secara tidak langsung membangun hubungan keluarga yang terbuka, komunikatif, antar sesama anggota keluarga. Mereka juga bisa menggali cara-cara menyelesaikan masalah keuangan keluarga dengan mencontoh para pelaku ekonomi di dunia maya. Mereka bisa membaca, mendalami ilmu dan praktek mencari nafkah dari rumah melalui internet.

Dalam ilmu alam, murid-murid bisa ditugaskan untuk menyelesaikan masalah sampah yang diproduksi dan dihasilkan oleh rumah tangga. Kemudian mereka dituntut untuk melakukan analisis permasalahan yang ada di rumah tangga dalam mengelola sampah. Setelah menemukan sosulisnya mereka harus mempraktekkannya. Selanjutnya mereka juga ditugaskan untuk menganalisis kebutuhan dan pemenuhan gizi makanan di keluarga mereka. Mereka akan mengalaisis makanan bergizi yang mereka konsumsi di keluarga dan dituntut menemukan solusinya dengan memanfatkan tanaman, buah-buahan di lingkungan sekitar rumah dalam rangka pemenuhan gizi.

Keluarga adalah lingkungan terkecil masyarakat. Seluruh aktivitas kehidupan masyarakat ada di lingkungan keluarga. Pada saat murid-murid BDR kehidupan keluarga bisa digunakan sebagai laboratorium pembelajaran bagi seluruh mata pelajaran. Masa new normal adalah saat yang tepat untuk kita belajar dan memperbaiki pendidikan mulai dari menata kembali  kehidupan keluarga untuk membangun kehidupan negara yang kuat. Demikianlah teknik pembelajaran yang dapat dikembangkan di saat masa new normal. Wallahu’alam.

Sunday, May 24, 2020

ENTREPRENEUR BIDANG PENDIDIKAN

OLEH: TOTO SUHARYA

“Saya sudah mengalami beberapa kali berada pada titik terendah”. (Robert Kiyosaki).  Pada saat usia 30 tahun saat bisnis berjalan lurus kemudian hancur sampai titik terendah di bawah nol. Mengalami kerugian 800.000 dolat pada saat usia 32 tahun. Ayah miskin saya adalah orang yang baik dan seorang guru sekolah. Kepala sekolah di negara bagian Hawaii. Ayah miskin saya merasa kasihan kepada saya, tapi ayah kaya saya memberi selamat, “hei selamat kamu gagal di bisnis pertamamu”. Inilah pola berpikir.

Ayah kaya mengatakan bahwa seorang pengusaha sebagian besar akan mengalam kegagalan dalam tiga bisnis. Dari pada lari dari kegagalan lebih baik, berkomunikasi dengan semua investor bahwa kita melakukan kesalahan dan akan memperbaiki usaha yang sudah mengalami kehencuran dari dengan mencari tahu kesalahan apa yang dilakukan untuk mulai memperbaikinya. Banyak orang belajar dari kegagalan dari pada di sekolah. Saya selalu melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan menjadi lebih besar. Sayangnya sekolah kita mengajarkan, “jika berbuat kesalahan maka kamu bodoh”. Dalam kehidupan nyata orang yang banyak berbuat kesalahan paling banyak dan dia orang-orang yang paling pintar. Orang-orang berlatih bukan untuk sukses melainkan untuk mengalami lebih banyak kegagalan. Jadi mengapa orang-orang sukses, karena mereka lebih banyak mengalami kegagalan dari pada yang kita alami. Jadi mereka yang paling banyak mengalami kegagalan dialah pemenang dalam kehidupan ini, kecuali di sekolah kamu mendapat hukuman jika melakukan kesalahan. Jadi sukses hanya soal pola pikir.


Ketika saya kehilangan perusahaan pertama, saya kehilangan rumah, tidur dijalanan, mendapat cacian dari investor. Cacian membangun harga dari bahwa “saya akan membayar mu kembali”. Itulah semangat sebagai entrepreneur, tidak akan lari dari hutang dan akan selalu mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya. Seorang entrepreneur tidak akan pernah mengatakan bangkrut, tetapi hanya melakukan kesalahan dan akan memperbaikinya.

Saya akan menghabiskan waktu saya dengan para entrepreneur. Saya tidak akan bergaul dengan orang-orang yang setiap saat mengeluhkan tentang kondisi ekonomi. Semangat untuk menjadi karyawa dengan semangat untuk menjadi pewirausaha sangat berbeda. Dari semangat itu akan jadi pola pikir. Seorang karyawan akan berkata sama pekerjaan yang terjamin aman, dengan gaji dan tunjangan. Selain berserah diri kepada Tuhan, para entrepreneur harus terus melakukan apa yang harus dilakukannya.

Saya sekarang menjadi seorang entrepreneur dalam bidang pendidikan. Saya mengajar entrepreneur karena saya mengerti.  Saya termasuk orang gagal di sekolah, tidak bisa membaca dan menulis. Ayah kaya saya mengajari saya dengan “game” permainan monopoli. Dalam Permainan monopoli rumus kaya itu adalah empat rumah warna hijau dan satu hotel warna merah. Sekarang saya memiliki 8000 rumah berwarna hijau dan beberapa hotel berwarna merah. Saya mewujudkan game dalam kehdiupan nyata.
Masalahnya pada sebagian besar entrepreneur mereka ada self employer. Itulah efek dari sekolah yang mengajarkan individualis karena bekerjasama saat ujian dianggap sebagai kecurangan. Padahal tidak ada pekerjaan sukses yang dikerjakan sendirian. Di dunia nyata orang-orang yang memiliki tim terbaiklah yang menang. Jadilah pemenang dalam kehidupan. Bangunlah sebuah tim dan pekerjakan orang-orang terbaik dalam meraih kesuksesan. Bekerjalah untuk kehidupan bukan bekerja untuk hidup.  Wallahu’alam.

WHO IS ENTREPENEUR?

OLEH: TOTO SUHARYA

Sahabat sekalian kali ini saya akan membicarakan bagaimana pandangan Robert Kiyosaki (25/2/2020.) tentang Entrepreneur. Pergi ke sekolah, bekerja keras, keluar dari hutang, menanbung saham dalam jangka panjang adalah gagasan kuno. Mengapa kita harus menyimpan uang di saat orang lain mencetak milaran rupiah?

Di dalam diri setiap orang ada jiwa orang miskin. Ada juga jiwa kelas menengah yang menginginkan keamanan hidup dengan gaji tetap, dan ada jiwa orang kaya. Jiwa orang kaya ada dalam setiap jiwa kita. Di sekolah kita tidak diajarkan menjadi orang kaya. Kita diajari untuk bekerja dan mendapat gaji, tidak diajarkan bagaimana menjadi kaya.

Ayah kaya berkata gaji adalah hal yang paling merusak yang dapat kamu ambil dalam hidup. Ketika mengambil gaji kita jadi karyawan yang tidak ubahnya jadi budak, dan itu akan jadi pola pikir. Gaji tidak buruk tetapi degan pola pikir sebagai penerima gaji kita akan jadi budak uang.


Ayah kaya saya berkata jika menjadi penguasaha, ketika perusahaan gagal, pengusaha akan mencoba usaha lain, dan tidak perlu gaji. Pengusaha sangat independent. Jika pemerintah tidak suka pada saya, kita tinggal pindah ke negara lain, karena disetiap negara butuh entrepreneur.

Entrepeneur adalah benar-benar tentang pola pikir, kehalian, dan seperangkat aturan yang berbeda. Sekali lagi entrepreneur adalah pola pikir, keahlian, dan aturan. Dari pada keluar utang saya lebih baik berutang, dan belajar bagaimana cara menggunakan utang. Berinvestasi di realestate adalah bagaimana mengunakan utang untuk menjadi kaya.

Seorang dokter dibodohi, mereka menghasilkan banyak uang tetap yang dibawa pulang sedikit. Perbedaannya ada orang menghasilkan uang satu juta dollar dengan bekerja dan ada yang menghasilkan satu juta dollar dengan tidak mengerjakan apa apa. Pelajaran pertama bagi orang kaya adalah mereka tidak bekerja demi uang.

Dunia telah berubah sejak tahun 1971. Ketika Richard Nixon keluar dari standar emas dan uang menjadi utang. Hari ini bank-bank memberlakukan bunga untuk menyimpan uang. Bank-bank tidak butuh uang masyarakat karena mereka sudah banyak mencetak uang. Terjadilah booble di pasar saham dan booble di real estate orang-orang membuang uang tunai. Oleh karena itu penabung adalah pecundang dan uang tunai adalah sampah.

Persepsi tentang kondisi ekonomi eksternal dipengaruhi oleh situasi ekonomi internal. Jika kita mengatakan ekonomi sekarang buruk, sesungguhnya yang buruk adalah ekonomi internal kita. Jadi entrepreneur sejati adalah fokus pada ekonomi internal. Jika jatuh mereka akan mengatakan ini bagus, karena akan mengalami lompatan yang lebih tinggi lagi. Entrepreneur sejati setiap jatuh akan bangkit kembali. Menjadi seorang entrepreneur yang lebih penting adalah mengontrol kondisi internal.

Robert Kiyosaksi memiliki pola berpikir seperti yang diajarkan di dalam Al-Qur’an. Menurut Kiyosaki “Persepsi tentang kondisi ekonomi eksternal dipengaruhi oleh situasi ekonomi internal”. Pernyataan ini persis seperti ajaran di dalam Al-Qur’an bahwa setiap orang akan membawa hasil sesuai apa yang dilakukannya. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Al Israa, 17:7).

Pemikiran orang-orang sukses itu tidak akan jauh dari ajaran Al-Qur’an. Seorang entrepreneur adalah mereka yang mampu memahami ajaran Al-Qur’an menjadi pola pikir, keterampilan dan aturan. Kesuksesan seseorang dimulai dari pola pikir bagaimana dirinya fokus mengembangkan diri untuk membantu banyak orang. Itulah entrepreneur sejati. Wallahu’alam. 

Wednesday, May 13, 2020

MENANTANG DEBAT CHARISMIADJI

Oleh: Toto Suharya
(Kepala Sekolah SMAN 1 CIpeundeuy Bandung Barat/Sekretaris DPP AKSI I)

Tulisan ini telah dimuat di beritadisdik.com. “Saya tidak pernah kalah berdebat kecuali dengan orang bodoh”. Selama Pak Charismiadji mewakili orang cerdas, saya pasti selalu punya argumen selanjutnya untuk mendebat. Jadi saya ingin sekali berdebat dengan Pak Charismiadi. Namun jika berdebat dengan orang bodoh, otak saya tidak sanggup menghadapinya karena perdebatan akan berjalan seperti tukang gali sumur semakin lama menggali semakin dalam hingga tidak sadar sudah berada di dalam sumur yang jauh dari realitas sosial.

Pernyataan-pernyataan Pak Charismiadji yang tendensius ditangkap bukan hendak memperbaiki kulaitas guru. Berpikir kritis bukan dengan mengutif pendapat orang atau karena mendapat laporan kasuistis dari beberapa orang. Jika dia pengamat pendidikan hendaknya melaporkan apa yang dia temukan berdasarkan hasil penelitian. Sebagaimana dikatakan Prof. Cecep Darmawan banyak faktor yang memengaruhi kinerja guru. Jika selama ini digadang-gadang pemerintah telah memberikan kesejahteraan kepada guru, memang benar itu terjadi. Tetapi dari tiga juta lebih guru yang ada tanpa membedakan ASN dan non ASN berapa yang sudah disejahterakan oleh pemerintah.

Selain itu faktor-faktor yang menyebabkan guru tidak berkualitas adalah Pengamat pendidikan yang tidak berkualitas. Pengamat yang seperti tukang kompor atau minyak wangi. Gembar-gembor supaya rame, semprot sana semprot sini supaya wangi. Saya angkat topi untuk Prof Rhenald Kasali, saya sering dengar dia mengkritik kampus, guru, tetapi dia berikan solusinya dengan membuat Rumah Perubahan.  Saya tidak pernah merasa direndahkan sedikitpun oleh kritikan pedas Prof. Rhenald Kasali, karena saya tahu dia sendiri menjadi pelaku pendidikan dan mengajak kepada semua melakukan perubahan. Saya baca buku beliau bagaimana melakukan perubahan dalam pendidikan dengan pembelajaran out the box menyuruh mahasiswa pergi ke luar negeri berdasarkan keputusan pribadi tanpa campur tangan orang tua, kemudian menuliskan hasil pengalaman seluruh mahasiswanya menjadi buku.
 
Menurut saya selama berada di Indonesia tidak pernah ada kebijakan yang memuaskan. Setiap kebijakan selalu menonjol di kiri mengempis di kanan. Orang selalu akan menemukan banyak kelemahan dari setiap kebijakan. Demikian juga dari sebagian guru yang sudah disejahterakan selalu ada yang belum optimal bekerja, dan itu berapa persen? Bukan dengan beropini di media masa dengan fakta kasuistis, lakukan sendiri penelitian jangan mengutif pendapat orang lain. Pengamat harus punya data penelitian sendiri, agar semua pernyataannya bisa dipertanggung jawabkan, bahkan diseminarkan bersama organisasi profesi guru, kepala sekolah dan para pemegang kebijakan.

Kalau tahu sepotong-spotong tentang dunia pendidikan jangan dulu menjual diri jadi pengamat. Sudah berapa ribu guru yang diajak diskusi, sudah berapa ribu sekolah yang diamati, sudah berapa kepala sekolah yang diajak berdialog? Apakah sudah pernah home visit ke rumah-rumah guru di pinggiran kota, pedesaan, di daerah perbatasan? Tong sangenahna. Masih banyak guru yang hidup di bawah garis kemiskinan bahkan dibawahnya lagi. Ketika saya diberi kesempatan bertemu dengan guru-guru PAUD, miris sekali honor mereka 50-250 ribu per bulan, dan ada yang sudah berjalan belasan tahun.

Hemat saya bicara tentang kualitas guru, masalahnya tidak selesai di pribadi atau profesi guru itu sendiri. Coba liat siapa yang produksi guru. Siapa yang ciptakan regulasi tentang guru. Bagaimana organisasi profesi guru? Lalu bagaimana kebijakan lembaga-lembaga yang kelola guru. Lalu siapa selama ini yang jadi guru? Kalau guru di Finlandia layak menurut saya untuk di kritik pedas, karena mereka lahir dari lembaga pendidikan terbaik, hasil regulasi dan para pembuat regulasi yang baik. Di indonesia mah, nu borok ngarorojok nu borok, jadi boroknya tidak sembuh-sembuh. Jadi, harus banyak mengungkap kebaikan agar jadi opini dan pola pikir masyarakat menjadi baik untuk memperbaiki keburukan.

Kata teman sejawat, apa yang dikatakan Charismiadji, ada benarnya 50%, ada salahnya 50%. Data penelitian dari mana? Katanya, “tidak usah sewot, jadikan saja sebagai pelajaran untuk kita guru-guru semua”. Pelajaran saya dapatkan langsung dari guru-guru, siswa, orang tua, serta mereka yang peduli dunia pendidikan, tidak dari pengamat yang teriak-teriak menggunakan corong media. Baiknya kita buktikan saja suruh pengamat itu terjun ke lapangan, berdebat, dan harus mengalami langsung apa yang terjadi sehari-hari dalam dunia pendidikan. Biar sudut pandangnya jadi holistik dan tahu dimana akar permasahalan dunia pendidikan kita. Selanjutnya, “soal ketertinggalan pendidikan Indonesia, itu PR besar Mas Menteri”. Seribu persen saya tidak percaya pada satu orang menteri bisa menyelesaikan masalah pendidikan Indonesia. Kalau tidak ada guru apa artinya menteri? Kecuali, setiap orang mau jadi sebagaimana seorang menteri berpikir dan mau menyelesaikan masalah di dunia pendidikan. Wallahu’alam.

Saturday, May 9, 2020

MITOS MASA PPDB

Oleh: Toto Suharya
(Kepala SMAN 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat)

Ruh dasar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) adalah pemerataan kualitas pendidikan dengan menghilangkan mitos sekolah-sekolah favorit yang jumlahnya terbatas. Setiap tahun jumlah sekolah favorit tidak pernah berubah dan melegenda menjadi cerita rakyat. Mitos-mitos disebarluaskan melalui obrolan sehari menjelang PPDB. Dalam mitos diceritakan seolah-olah lulusan-lulusan sekolah favorit kelak akan jadi manusia digdaya mengendalikan dunia. Untuk lebih meyakinkan mitos, dibumbui fakta kasuistis beberapa lulusan sekolah favorit yang sukses dan berkuasa.

Mitos berubah menjadi keyakinan masyarakat yang hendak menyekolahkan anaknya menjelang PPDB. Masyarakat dengan keyakinan sekolah favorit dapat mengubah hidup anak menjadi sejahtera, membabi buta berusaha sekuat tenaga, berbagai macam cara, pokoknya masuk sekolah favorit. Mereka telah berubah menjadi penyembah berhala bernama sekolah favorit. Bagi mereka sekolah favorit seperti Tuhan yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia.

Mitos sekolah favorit bertahan berpuluh-puluh tahun. Sekolah terbelah menjadi dua jadi sekolah pintar dan sekolah bodoh. Selama puluhan tahun, kepala sekolah, guru-guru, anak-anak yang berada di sekolah bodoh, terpaksa menerima dianggap sekolah bodoh. Sekolah pintar diisi anak-anak dari golongan ekonomi atas dan sekolah bodoh diisi golongan ekonomi bawah. Prestasi-prestasi terbaik dianggap selalu lahir dari sekolah-sekolah pintar dan sekolah bodoh sudah dimaklumi memiliki nol prestasi.

Untuk menjaga mitos sekolah favorit gelaran acara-acara hedonis dengan mengundang artis dan mengeluarkan ratusan juta dipertunjukkan. Dihadiri para petinggi para penguasa, seolah-olah mengukuhkan bahwa sekolah favorit adalah yang sering dihadiri penguasa. Anak-anak yang lahir dari sekolah favorit seolah seperti dewa yang akan mengendalikan dunia. Sekolah bodoh yang ada dipinggir sungai, kali, sawah, tempat sampah, tidak menarik untuk dikunjungi apa lagi dibanggakan. Cerita ini terjadi dulu ketika manusia masih berpikir dengan kaca mata kuda.

Bau busuk itu kini sudah tercium oleh orang-orang yang diberi wangsit oleh Tuhan dalam dunia pendidikan. Sikap diskriminatif terhadap anak-anak manusia dengan membedakan sekolah pintar dan bodoh telah merugikan negara. Ratusna triliunan digelontorkan hanya untuk melahirkan anak bodoh dan pintar. Ini harus segera diakhiri. Obatnya adalah diberlakukan PPDB zonasi, masuk sekolah tidak lagi diukur melalui prestasi akademik dan non akademik tetapi dengan jarak dari rumah ke sekolah. Para pemuja sekolah favorit masih bereaksi menolak kebijakan PPDB zonasi, lalu memecah-mecah persyaratan masuk sekolah menjadi rumit dengan aturan prosentase seperti koperasi saat bagi hasil usaha.   

Tibalalah masa pemberlakuan bantuan operasional pemerintah daerah yang terpaksa memandang semua kelas ekonomi masyarakat sama. Terpaksa kelas atas harus turun kasta dan kelas bawah pasti naik kasta. Maka yang merasa dirugikan adalah kelas atas, karena biaya pendidikan yang tinggi menjadi tidak tertutupi. Ternyata sekolah favorit yang selama ini dimitoskan harus didukung oleh anggaran tinggi. Anggaran ini digunakan untuk membiaya program-program bergengsi sampai tingkat internasional hanya untuk mendapat piala juara lomba tingkat internasional agar mitos sekolah favorit tetap berkibar dan pasar tetap tinggi. Para juara di tingkat internasional pada kenyataannya tidak bisa menyelesaikan masalah masyarakat yang suka membuang sampah di sungai atau melempar begitu saja dipinggir jalan.


Betapa bodohnya kita bertahun-tahun menggiring anak-anak untuk berlomba, dan melahirkan juara-juara lomba diberbagai tingkat sampai internasional. Padahal pendidikan bertujuan membekali semua anak agar bisa beradaftasi dengan lingkungan di mana dia tinggal, mampu memecahkan dan mengelola potensi-potensi alam, ekonomi, sosial, budaya, agama, yang ada dlingkungannya masing-masing. Bertahun-tahun sekolah minim lahirkan lulusan-lulusan kreatif, berjiwa sosial tinggi, mau terlibat selesaikan masalah masyarakat, selalu optimis dan berdaya pikir unggul.

Kita telah menjadi masyarakat lemah. Sampah-sampah yang bertumpuk dan berceceran setiap hari di pinggir jalan, kita tidak mampu menyelesaikannya. Lalu bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah-masalah besar seperti menghadapi masa atau pasca pandemi virus Corono, mengurangi pemanasan global, membuka lapangan kerja untuk pengangguran, dan mensejahterakan masyarakat miskin?

Saatnya mitos sekolah favorit kita hapus dari ingatan masyarakat dan kerajaannya kita runtuhkan. Berharap PPDB kelak diberlakukan 100 persen zonasi. Ini abad 21, “tidak ada anak yang bodoh!” Semua bergerak pemerintah, masyarakat, sekolah, mendorong terwujudnya sekolah berkinerja unggul. Sekolah harus berkomitmen melahirkan lulusan-lulusan berkarakter religius, suka bekerja sama, peduli lingkungan alam dan sosial, dan selalu bergerak kreatif  menyelesaikan masalah-masalah sekecil apapun yang ada di lingkungan alam dan masyarakat.

Paradigma semua sekolah unggul harus mulai disosialisasikan terutama kepada masyarakat yang masih terbelenggu mitos sekolah favorit. Sebarkan jargon, “semua sekolah sama, semua anak cerdas”. Penguasa jangan lagi kunjungi sekolah-sekolah, tetapi beri arahan dan optimisme kepada semua, bergeraklah semua membangun sekolah unggul dengan membangun kinerja unggul. Wallahu’alam.

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...