Saturday, January 22, 2022

TUKAR ANAK NUSANTARA

OLEH: TOTO SUHARYA

Dalam salah satu nilai profil Pelajar Pancasila dijelaskan bahwa peserta didik karakternya harus dibentuk sebagai manusia berkebinekaan global. Artinya bukan berarti anak-anak melupakan dirinya sebagai anak nusantara, anak-anak harus tetap memiliki karakter berkebinekaan bersumber pada ruang lingkup terdekatnya sebagai bangsa. Karakter berkebinekaan global bukan berarti kita harus fokus menghormati perbedaan suku bangsa di luar sana, tetapi pembangunan karkater itu harus tetap berfokus pada bagaiman car akita hidup sehari-hari yang memang sudah beraneka ragam.

Di sekolah bisa kita kembangkan program Tukar anak Nusantara. Program ini bisa jadi proyek pembelajaran secara kolaboratif antar mata pelajaran. Perencanaan disusun secara koaboratif untuk menentukan kompetensi yang ingin di capai, tujuan pembelajaran, dan produk yang dihasilkan. Dalam pembelajaran proyek Tukar Anak Nusantar, ada beberapa capaian pembelajaran yang bisa dikembangkan pada program ini, antara lain capaian hasil pengetahuan, sikap dan prilaku hidup sebagai masyarakat yang hidup dalam kebinekaan.

Kemudian capaian pembelajaran dalam bentuk produk pembelajaran, dapat diarahkan pada peningkatkan kemampuan literasi dengan membuat buku tentang kehidupan masyarakat yang ditempatinya, bisa buku bertema budaya, agama, sosial, keluarga, dan sebagainya. Buku ini bisa dibuat perkelompok atau per individu. Buku diterbitkan oleh penerbit dan ber ISBN. Untuk itu pertukaran anak nusantara dapat dikemas dalam bentuk tema-tema, agar anak selama mengikuti pertukaran pelajar dapat menggali informasi sesuai tema yang mereka tentukan.

Untuk menjamin keamanan dan proses pembimbingan selama pertukaran, anak-anak harus didampingi guru pendamping, yang juga melakukan pertukaran guru. Namun jika dalam program tukar anak nusantara ingin mencapai kemandirian anak, guru pembimbing diberikan kepada guru di tempat pertukaran. Guru pembimbing hanya bertugas sebagai pemantau kegiatan, dan fasilitator jika dibutuhkan.

Selama anak-anak mengikuti program tukar anak nusantara, aktivitasnya lebih banyak berkomunikasi anak-anak teman sebanyanya. Mereka tinggal bersama teman sebanyanya, bermain, belajar, dan bertukar informasi tentang budaya, agama, tradisi, dan berbagai hal tentang kehidupan masyarakat yang ditempati. Program ini bisa berjalan satu samapai tiga bulan untuk memberikan ruang agar anak-anak betul-betul merasakan manis pahitnya kehidupan di tempat anak-anak nusantara berada.

Dalam kontek merdeka belajar, penentuan peserta program, tempat yang akan dituju, kompentensi, capaian dan produk pembelajaran yang akan dihasikan hasil lebih banyak melibatkan anak-anak. Tidak akan semua anak bersedia mengikuti program ini, tetapi pasti ada anak-anak pemberani dan antusias mengikuti program ini. Kreasi program ini bagi anak-anak tertentu dapat menjadi program yang menghindarkan anak-anak dari kejenuhan dan keputusasaan belajar karena terlalu dibatasi oleh ruang kelas dan lingkungan sekolah yang terbatas.

Pembianyaan program dapat dilakukan dengan kolaborasi antar sekolah, dan keluarga. Untuk beban transport, makan minum, bisa dibebankan kepada dana BOS sesuai kemampuan. Selanjutnya untuk meringankan beban anggaran bisa dilakukan kerjasama antar sekolah dengan orang tua siswa. Perjanjian kerjasama dapat dilakukan dengan saling pinjam rumah, kamar, fasilitas, dengan anak peserta program. Sekolah dan orang tua bisa saling jamin, anak peserta program dari daerah lain dijamin oleh sekolah yang dikunjungi demikian juga sebaliknya. Dengan kolaborasi program ini sangat mungkin dilakukan oleh seluruh sekolah di Indonesia.

Program ini dapat menjadi jembatan jalinan persaudaraan anak-anak se nusantara. Program ini dapat membawa anak-anak pada suasana Indonesia yang sesungguhnya sebagai anak nusantara yang hidup di lautan ke anekaragaman, dan kelak menjadi manusia berkebinekaan global. Ikatan kebangsaan Indonesia akan terus terjalin dan semakin kuat dari masa ke masa.

Sudah saatnya dunia pendidikan kita membuat program-program yang membuat anak-anak merdeka pikiran dan hatinya. Pikiran dan hati anak-anak merdeka adalah mereka yang menerima berbagai perbedaan yang ada dalam kehidupan dunia nyata. Dengan kolaborasi program ini dapat menjadi unggulan bagi setiap sekolah yang mau melakukanya, dengan anggaran biaya yang bisa disesuaikan sesuai dengan kemampuan keuangan sekolah yang ada. Siapa yang berani memulai, dialah insan-insan pendidikan merdeka. Wallahu’alam.

Thursday, January 13, 2022

MENCETAK 1000 DERMAWAN

Oleh: Toto Suharya

Mencetak 1000 dermawan di SMAN 15 Kota Bandung adalah obsesi dari kegelisahan penulis sebagai pegiat pendidikan. Bertahun-tahun belajar tentang ilmu pendidikan penulis baru-baru ini menemukan sebuah kesimpulan bahwa ilmu pendidikan sesungguhnya telah diajarkan oleh para Rasul, ilmu pendidikan hakiki adalah ilmunya para Nabi. Ilmu pendidikan yang sesungguhnya berbicara tentang akal (kognitif), hati (afektif), dan akhlak (psikomotor)  telah diajarkan para Nabi, melalui ajaran agama. Kemajuan teknologi pun sudah disampaikan oleh para Nabi terdahulu sampai terakhir Nabi Muhammad SAW. Ide tentang teknologi super canggih telah disampaikan oleh para Nabi, teknologi tahan api, kapal laut, kapal selam, pesawat udara dengan kecepatan tinggi, pesawat luar angkasa, komunikasi nirkabel, transformasi energi, semuanya lengkap telah dikabarkan dalam kitab suci Al-Qur’an.

Semua rahasia keberadaan teknologi kini bisa diungkap dan sebagian telah terungkap rahasianya dan bisa direflika manusia. Namun dibalik alat-alat yang supercanggih pengendalinya adalah manusia. Untuk itu esensi pendidikan dari masa ke masa adalah bagaimana menjaga kualitas manusia agar bisa mengendalikan dirinya dari keserakahan hawa nafsu. Penyebab kerusakan di muka bumi ini bukanlah teknologi, tetapi sifat-sifat buruk manusia yang tidak terkendali.

Sifat-sifat buruk manusia di masa lalu telah dikabarkan dalam kitab suci, seperti perbuatan zina, keserakahan pada dunia, penguasa yang melampaui batas, dan egoisme menjadi penyebab terjadinya kerusakan di muka bumi. Kerusakanan di muka bumi disebabkan oleh kegagalan manusia dalam memahami hakikat Tuhan yang pada akhirnya melahirkan tuhan-tuhan selain Allah. Lahirnya tuhan-tuhan selain Allah akibat dari kegagalan manusia itu sendiri dalam memahami siapa dirinya dan siapa Tuhan sesungguhnya. Keberadaan tuhan-tuhan selain Allah telah menyeret manusia pada jurang kenistaan dan rusaknya tatanan kehidupan di muka bumi.

Oleh karena itu esensi pendidikan sesunguhnya bukan bagaimana menciptakan teknologi atau keterampilan-keterampilan manusia dalam mencipta, tetapi bagaimana memahami nilai-nilai kehidupan dari Tuhan yang kelak akan menjadi pedoman manusia dalam menjalani kehidupan. Mewujudkan manusia beriman dan berkarakter (akhlak) mulia adalah substansi dasar dari setiap jenjang pendidikan.

Pendidikan tentang akhlak mulia sesunguhnya menjadi esensi dari seluruh isi pendidikan sekalipun diajarkan dalam berbagai mata pelajaran. Paradigma pendidikan yang parsial menjadi sebab dunia pendidikan kehilangan esensinya. Konsep pemisahan mata pelajaran agama dengan mata pelajaran ilmu alam, telah melahirkan manusia-manusia yang tidak sadar akan kehadiran Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendekatan sekuler dalam dunia pendidikan telah membelah pemikiran manusia seolah-olah kehidupan hanya terjadi di dunia fana saat ini dan dunia kekal dianggap sebagai imajinasi belaka. Agama dianggap sebagai pelajaran dongeng anak kecil dan dianggap sebagai cerita tradisi turun temurun yang dibuat-buat oleh nenek moyang dari generasi ke generasi.

Kita tidak sadar dengan pendekatan sekuler, manusia telah membebani hidupnya sendiri seolah-olah semua masalah hanya bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan. Manusia dengan keangkuhannya telah menjadikan dirinya sebagai beban bagi dirinya sendiri. Padahal sebenarnya ringan dan beratnya beban hidup bisa kita jalani hanya dengan berusaha keras berserah diri pada yang maha kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan ini bisa terkendali dengan tetap berpedoman hidup dari sang Pencipta.

Untuk itu program mencipta 1000 dermawan di sekolah adalah upaya bagaimana kita tunduk pada ketentuan dari Tuhan, bahwa hidup ini diciptakan dengan konsep memberi. Seluruh alam semesta ini bisa berjalan teratur karena ada konsep saling memberi. Bumi ini bisa melahirkan penduduknya jika ada tatanan saling alam untuk saling memberi tetap terjaga. Udara, angin, air, tanah, api, hewan, tumbuhna, dan manusia, keberadaannya bisa jadi kesejahteraan jika tatanan saling memberinya terjaga. Alam semesta diciptakan tunduk pada ketentuan Tuhan pemilik alam semesta. Hanya manusia yang diberi dua potensi oleh Tuhan untuk menambah dan mengurangi, sehingga manusia diberi amanat untuk menjadi penyeimbang kehidupan di alam semesta ini.

Manusia-manusia dermawan adalah sosok yang dapat menjaga keseimbangan hidup di muka bumi ini. Keseimbangan antara api dengan air, pohon dengan udara, tanah terbuka dengan  bangunan, laut dengan gunung, kaya dengan miskin, jumlah makanan dengan penduduk adalah tugas manusia menjaganya. Kekurangan sosok manusia-manusia dermawan dalam berbagai bidang, akan jadi sebab dunia krisis dan cepat atau lambat akan mengalami kehancuran. Manusia-manusia dermawan adalah sosok penyangga dan penjaga keseimbangan dunia dan dapat menghindarkan manusia dari kehancuran.

Hendaknya, program mencipta manusia-manusia dermawan menjadi inti pendidikan dalam berbagai bentuk di dunia pendidikan. Berkurangnya stok manusia dermawan dapat berakibat fatal dan bisa melahirkan kelaparan, kekerasan, penindasan, penipuan, dan peperangan. Mencetak seribu dermawan dengan gerakan sedekah minimal seribu sehari (SMS) dari uang jajan anak-anak mungkin ini sebuah gerakan kecil, namun jika dilakukan rutin oleh 30% persen (81 juta) dari penduduk Indonesia, gerakan ini akan jadi kekuatan besar. Apalagi jika manusia-manusia dermawan ini menjadi para penguasa di negeri ini, insya Allah keseimbangan hidup bangsa ini akan terjaga. Sebagaimana kita ketahui dari kisah para Nabi, manusia-manusia berkualitas tinggi sekalipun jumlahnya sedikit tetapi kekuatannya bisa berlipat ganda sampai 10 kali lipat. Inilah misi pendidikan di sekolah yang harus kita perjuangkan sampai akhir hayat. Wallahu’alam.

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...