Oleh: Toto Suharya
Mencetak 1000 dermawan di
SMAN 15 Kota Bandung adalah obsesi dari kegelisahan penulis sebagai pegiat
pendidikan. Bertahun-tahun belajar tentang ilmu pendidikan penulis baru-baru
ini menemukan sebuah kesimpulan bahwa ilmu pendidikan sesungguhnya telah
diajarkan oleh para Rasul, ilmu pendidikan hakiki adalah ilmunya para Nabi.
Ilmu pendidikan yang sesungguhnya berbicara tentang akal (kognitif), hati
(afektif), dan akhlak (psikomotor) telah
diajarkan para Nabi, melalui ajaran agama. Kemajuan teknologi pun sudah
disampaikan oleh para Nabi terdahulu sampai terakhir Nabi Muhammad SAW. Ide
tentang teknologi super canggih telah disampaikan oleh para Nabi, teknologi
tahan api, kapal laut, kapal selam, pesawat udara dengan kecepatan tinggi,
pesawat luar angkasa, komunikasi nirkabel, transformasi energi, semuanya
lengkap telah dikabarkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
Semua rahasia keberadaan teknologi
kini bisa diungkap dan sebagian telah terungkap rahasianya dan bisa direflika
manusia. Namun dibalik alat-alat yang supercanggih pengendalinya adalah
manusia. Untuk itu esensi pendidikan dari masa ke masa adalah bagaimana menjaga
kualitas manusia agar bisa mengendalikan dirinya dari keserakahan hawa nafsu.
Penyebab kerusakan di muka bumi ini bukanlah teknologi, tetapi sifat-sifat
buruk manusia yang tidak terkendali.
Sifat-sifat buruk manusia di masa lalu telah dikabarkan dalam kitab suci, seperti perbuatan zina, keserakahan pada dunia, penguasa yang melampaui batas, dan egoisme menjadi penyebab terjadinya kerusakan di muka bumi. Kerusakanan di muka bumi disebabkan oleh kegagalan manusia dalam memahami hakikat Tuhan yang pada akhirnya melahirkan tuhan-tuhan selain Allah. Lahirnya tuhan-tuhan selain Allah akibat dari kegagalan manusia itu sendiri dalam memahami siapa dirinya dan siapa Tuhan sesungguhnya. Keberadaan tuhan-tuhan selain Allah telah menyeret manusia pada jurang kenistaan dan rusaknya tatanan kehidupan di muka bumi.
Oleh karena itu esensi
pendidikan sesunguhnya bukan bagaimana menciptakan teknologi atau
keterampilan-keterampilan manusia dalam mencipta, tetapi bagaimana memahami
nilai-nilai kehidupan dari Tuhan yang kelak akan menjadi pedoman manusia dalam
menjalani kehidupan. Mewujudkan manusia beriman dan berkarakter (akhlak) mulia
adalah substansi dasar dari setiap jenjang pendidikan.
Pendidikan tentang akhlak
mulia sesunguhnya menjadi esensi dari seluruh isi pendidikan sekalipun
diajarkan dalam berbagai mata pelajaran. Paradigma pendidikan yang parsial menjadi
sebab dunia pendidikan kehilangan esensinya. Konsep pemisahan mata pelajaran
agama dengan mata pelajaran ilmu alam, telah melahirkan manusia-manusia yang
tidak sadar akan kehadiran Tuhan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendekatan
sekuler dalam dunia pendidikan telah membelah pemikiran manusia seolah-olah
kehidupan hanya terjadi di dunia fana saat ini dan dunia kekal dianggap sebagai
imajinasi belaka. Agama dianggap sebagai pelajaran dongeng anak kecil dan
dianggap sebagai cerita tradisi turun temurun yang dibuat-buat oleh nenek
moyang dari generasi ke generasi.
Kita tidak sadar dengan
pendekatan sekuler, manusia telah membebani hidupnya sendiri seolah-olah semua
masalah hanya bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri tanpa ada campur tangan
Tuhan. Manusia dengan keangkuhannya telah menjadikan dirinya sebagai beban bagi
dirinya sendiri. Padahal sebenarnya ringan dan beratnya beban hidup bisa kita
jalani hanya dengan berusaha keras berserah diri pada yang maha kuasa Tuhan
Yang Maha Esa. Kehidupan ini bisa terkendali dengan tetap berpedoman hidup dari
sang Pencipta.
Untuk itu program
mencipta 1000 dermawan di sekolah adalah upaya bagaimana kita tunduk pada
ketentuan dari Tuhan, bahwa hidup ini diciptakan dengan konsep memberi. Seluruh
alam semesta ini bisa berjalan teratur karena ada konsep saling memberi. Bumi
ini bisa melahirkan penduduknya jika ada tatanan saling alam untuk saling
memberi tetap terjaga. Udara, angin, air, tanah, api, hewan, tumbuhna, dan
manusia, keberadaannya bisa jadi kesejahteraan jika tatanan saling memberinya
terjaga. Alam semesta diciptakan tunduk pada ketentuan Tuhan pemilik alam
semesta. Hanya manusia yang diberi dua potensi oleh Tuhan untuk menambah dan
mengurangi, sehingga manusia diberi amanat untuk menjadi penyeimbang kehidupan di
alam semesta ini.
Manusia-manusia dermawan
adalah sosok yang dapat menjaga keseimbangan hidup di muka bumi ini.
Keseimbangan antara api dengan air, pohon dengan udara, tanah terbuka
dengan bangunan, laut dengan gunung,
kaya dengan miskin, jumlah makanan dengan penduduk adalah tugas manusia
menjaganya. Kekurangan sosok manusia-manusia dermawan dalam berbagai bidang,
akan jadi sebab dunia krisis dan cepat atau lambat akan mengalami kehancuran.
Manusia-manusia dermawan adalah sosok penyangga dan penjaga keseimbangan dunia
dan dapat menghindarkan manusia dari kehancuran.
No comments:
Post a Comment