Thursday, February 9, 2023

IMPLEMENTASI LOGIKA TUHAN DI SEKOLAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir adalah aktivitas menghubung-hubungkan konsep dengan pola sebab akibat. Perbedaan cara berpikir disebabkan oleh pengetahuan yang diinput ke dalam memori otak seseorang. Jenis pengetahuan yang diinput ke dalam memori otak akan memengaruhi cara berpikir seseorang. 

Hemat penulis ada dua pola berpikir jika dilihat dari sumber pengetahuan yang di input ke memori otak. Berpikir ilmiah sering dikaitkan dengan kemampuan mengolah pengetahuan bersumber pada pengetahuan faktual di alam. Riset-riset ilmiah melahirkan pola-pola berpikir logika alam. Logika alam dibentuk oleh pola berpikir yang bersumber pada pengetahuan di alam. 

Logika dari pengetahuan alam pada level fisika newton masih nampak terpisah-pisah. Setelah penemuan fisika kuantum, para ilmuwan melihat bahwa benda hakikatnya satu kesatuan yang tidak terpisah. Penemuan fisika kuantum telah mengubah paradigma berpikir tentang hakikat benda. Suatu benda hakikatnya bisa dipahami jika benda tersebut berhubungan dengan benda-benda lain. Cara pandang ini menjadi suatu cara pandang baru melihat fenomena-fenomena di alam. 

Paradigma kuantum, mata pelajaran tidak berdiri sendiri. Mata pelajaran di sekolah digunakan untuk mengidentifikasi, memahami, dan menyelesaikan masalah secara kolaboratif.  

Cara pandang ini dapat kita identifikasi dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kolaboratif menjadi bukti bahwa pengajaran dengan sistem mata pelajaran secara terpisah kurang memberi makna pada peserta didik. Peserta didik dalam paradigma kuantum, harus diajari bagaimana cara berkolaborasi melihat suatu masalah dengan menggunakan multi sudut pandang dari berbagai mata pelajaran. 

Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Ekonomi, Sosialogi, Antropologi, Agama, menjadi cara pandang untuk melihat suatu masalah dan memecahkannya secara multidisiplin. Dengan demikian keberadaan mata pelajaran tidak ada yang lebih unggul. Setiap mata pelajaran menjadi ilmu yang berguna bagi kehidupan manusia. 

Pembelajaran pada level kuantum, bukan lagi mengerjakan soal-soal pada setiap mata pelajaran, tetapi lebih pada kegiatan implementatif untuk memecahkan sebuah permasalahan kehidupan manusia. Produk-produk pendidikan bukan lagi pada hasil nilai ulangan pada mata pelajaran, tetapi pada kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah dari berbagai sudut pandang mata pelajaran. 

Teknologi informasi diperkenalkan kepada siswa, sebagai alat teknis untuk membantu siswa dalam mempermudah menyelesaikan masalah. Berbagai produk aplikasi teknologi informasi diperkenalkan kepada siswa bukan karena sedang trend tapi karena kebermanfaatkan bagi siswa untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya di masyarakat. 

Model pengajaran yang harus terus dilakukan adalah problem solving, project learning, inquary, dan discovery. Mini-mini riset dalam pembelajaran harus selalu diperkenalkan untuk melatih siswa mengenali masalah dan memecahkannya dengan kemampuan mengolah data yang mereka temukan sendiri. Kemandirian berpikir, berpendapat, bertindak, menjadi kunci keberhasilan pembelajaran di abad kuantum. 

Pada abad kuantum sumber pengetahuan agama dari kitab suci, tidak ditempatkan sebagai sesuatu yang sakral secara berlebihan. Kitab suci harus diperkenalkan sebagai sumber pengetahuan yang bisa diolah untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan manusia berdampingan dengan pengetahuan dari alam. Pada hakikatnya, dalam paradigma kuantum, pengetahuan dari kitab suci memiliki sisi-sisi kebenaran ilmiah yang tidak bertentangan dengan kebenaran dari pengetahuan alam. 

Kebenaran ilmiah dari alam tidak berdiri sendiri, tetapi dapat dilakukan verifikasi dengan kebenaran-kebenaran dari pengetahuan kitab suci. Pengetahuan dari kitab suci dapat digunakan sebagai verifikasi kritis untuk menemukan kebenaran filosofis, etika, norma, teori, dan prilaku manusia di alam.

Hakikatnya alam diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta, diciptakan dengan sistem-sistem hukum yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Apa yang ditemukan manusia di alam hanya sebagai kecil dari hukum-hukum alam yang telah diciptakan oleh Allah swt. Berbagai macam penemuan yang berhasil diungkap manusia tidak lepas dari kehendak-kehendak Allah. 

Abad kuantum tidak lagi memisahkan antara agama dan ilmu. Keduanya menjadi alat untuk mengenali sistem kehidupan yang harus mengarah pada kesejahteraan dan kehdiupan damai umat manusia. Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lagi bertujuan untuk saling mendominasi dan menguasai, tetapi untuk saling berkolaborasi demi memenuhi segala kebutuhan hajat hidup manusia di bumi. 

Konflik, pemberontakan, peperangan, bukan lagi tujuan hidup manusia di muka bumi. Pendidikan tidak lagi mendidik siswa menjadi manusia-manusia unggul untuk bersaing antar negara. Pendidikan berorientasi mendidik manusia-manusia bertanggung jawab untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. 

Ajaran agama tidak lagi diarahkan untuk tujuan-tujuan esklusif sekelompok agama, tetapi untuk tujuan-tujuan kemanusiaan sebagai makhluk Allah yang sama-sama menduduki satu bumi. Tujuan pendidikan agama diarahkan untuk mendidik manusia-manusia beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan manusia yang mampu menjadi khalifah, pemelihara, dan penyelesai segala masalah hidup manusia. Ajaran agama tidak lagi merendahkan kehidupan dunia yang harus dihindari, tetapi sebagai petunjuk bagaimana mengelola kehidupan dunia untuk kehidupan yang hakiki, kehidupan abadi setelah kematian. 

Di abad kuantum, manusia tidak lagi memandang kehidupan dunia sebagai satu-satunya tempat hidup yang dibatasi ruang dan waktu. Kehidupan manusia akan terus berlanjut pada kehidupan berikutnya yang lebih bahagian dan sejahtera, yang sangat tergantung pada kehidupan baik manusia di dunia. Dengan demikian manusia akan hidup dengan penuh etika, moral, dan kebijaksanaan. Keserakahan, kecurangan, kelicikkan, selama hidup di dunia harus dihindari, karena akan ada pengadilan pada kehidupan berikutnya. 

Pola pendidikan seperti ini, akan melahirkan manusia-manusia bermoral tinggi, dan selalu bertanggung jawab bukan hanya pada dirinya, tetapi akan bertanggung jawab pada Tuhan yang selalu memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik untuk kesejahteraan hidup umat manusia dan lingkungan alam yang ditempatinya.*** 

 



No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...