Friday, November 24, 2023

MEMPELAJARI CARA PROPAGANDA ISRAEL

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Orang-orang yang tidak punya pengetahuan menganggap media sosial adalah tempat mencurahkan isi hati tanpa tujuan-tujuan tertentu. Media sosial dianggap hanya sebatas memperlihatkan apa yang dilakukannya setiap hari kepada publik, hanya sebatas itu.

Namun jika postingan di media sosial dikelola dengan tujuan-tujuan tertentu, setiap postingan akan dirancang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuan itu untuk kepentingan ekonomi, maka postingan akan dirancang agar orang mau membeli. Jika postingan dirancang untuk tujuan politik, maka postingan akan dirancang untuk memengaruhi keputusan orang dalam memilih. 

Baru-baru ini, seluruh dunia melihat bagaimana tentanra Israel dengan dukungan Amerika Serikat melakukan bombardir wilayah Palestina di Gaza. Mata dunia menyaksikan bagaimana anak-anak balita kehabisan oksigen karena rumah sakit di bom. Mayat-mayat bergelimpangan seperti mayat binatang. Rumah-rumah warga sipil, sekolah, universitas, di bom dengan alasan tempat itu dipergunakan sebagai tempat persembunyian tentara Palestina. 

Pertempuran antara tentara pejuang kemerdekaan Palestina dengan Tentara Israel perbandingannya sangat tidak seimbang. Tentara pejuang Palestina menggunakan roket-roket rakitan, sementara tentara Israel menggunakan pesawat tempur canggih, senapan otomatis, tank baja, dan bantuan militer dari Amerika Serikat. 

Dari berita yang beredar di media, akibat serbuan Israel ke Palestina, kurang lebih 11 ribuan lebih penduduk Gaza meninggal terdiri dari anak-anak, dewasa, dan orang tua. Hal yang paling mengenaskan, melihat bayi-bayi dan anak-anak yang tewas terkena serangan rudal, masyarakat dunia menyimpulkan serbuan Israel ke Gaza Palestina November 2023 disimpulkan sebagai Genosida. Pembunuhan masal pertama yang dilakukan di abad informasi, sehingga mata di seluruh dunia menyaksikan kekejian ini.  

Setelah gencatan senjata, situasi sedikit tentang. Israel memposting di media sosial dengan settingan tanpa dosa. Dalam postingan media sosial, tentara-tentara Israel pulang ke rumah disambut bahagia oleh keluarga. Ada setingan dengan gambaran ibu yang sedang menanti anaknya pulang. Ada setingan anak di sekolah yang tidak disangka ayahnya datang ke sekolah. Ada setingan seorang sahabat bertemu kembali dengan sahabatnya. 

Situasi postingan video dibuat sangat menarik simpati dan empati yang melihatnya. Situasi ini disetting untuk memembentuk opini bahwa apa yang dilakukan tentara Israel adalah tugas mulia sebagai tentara. Padahal apa yang dilakukan tentara adalah pembunuhan masal kepada masyarakat tanpa senjata. Melihat propaganda tersebut, orang yang menonton menjadi lupa pada apa sebenarnya yang dilakukan tentara Israel.

Berita lain, dibuat laporan berita review tentang keberadaan lorong di bawah rumah sakit yang didudukinya. Keberadaan lorong bawah tanah dijelaskan seperti membenarkan pengemboman Israel ke rumah sakit. Penjelasan keberadaan lorong di bawah rumah sakit dijelaskan tanpa memperlihatkan kebenaran apakah lorong itu benar-benar ada di bawah rumah sakit atau bukan, tidak dapat dipastikan kebenarannya karena beritanya dibuat oleh tentara Israel dan tentu dengan tujuan-tujuan kepentingan politik Israel. 

Ketika orang menonton video tentara Israel pulang ke rumahnya, pada saat itu orang yang melihatnya lupa bahwa yang dilakukan tentara adalah pembunuhan masal masyarakat sipil tanpa senjata. Namun tontonan di media sosial ditampilkan seakan-akan tentara Israel pulang dari pertempuran seperti pahlawan. Tampilan ini tentu dibuat tidak asal-asalan, disetting menggunakan pendekatan psikologi mental dan emosional yang apik dan terencana.

Pola-pola propaganda seperti ini, jika diperhatikan sama seperti propaganda Amerika Serikat setelah meluluhlantakkan Irak. Jika diamati, skenario yang dilakukan negara Israel, otak besarnya sama seperti yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Irak. 

Untuk itulah, kemampuan yang harus dimiliki manusia-manusia abad 21 adalah kemampuan verifikasi data. Kemampuan berpikir kritis menjadi kompetensi dasar yang harus selalu diajarkan dalam setiap pengajaran. Itulah argumen rasional mengapa berpikir kritis jadi sistem pengajaran yang harus dilakukan di sekolah-sekolah.***

No comments:

Post a Comment

KURANGI LOMBA-LOMBA DI DUNIA PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Menyimak perubahan paradigma pendidikan abad 21, arahnya sudah bergeser. Lomba-lomba yang diadakan di l...