Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Metode membaca Al Quran sudah banyak dikembangkan dan berhasil. Namun metode memahami Al Quran masih cenderung elitis, rumit, dan sulit. Padahal Al Quran wahyu dari Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad. Kini Al Quran dikumpulkan dalam mushaf dan tersebar di seluruh dunia. Para penghafal Al Quran menjaga keaslian teksnya. Sebuah keajaiban dunia, tidak ada kitab suci yang bisa dihafal kecuali kitab suci Al Quran.
Metode takwil dalam memahami Al Quran telah diakui oleh para ulama. Pengajaran dalam memahami isi kandungan Al Quran dinilai sangat kurang, apalagi di pendidikan umum. Pengajaran agama yang menyangkut Al Quran sebatas mengajarkan pendapat-pendapat yang sudah dikemukakan pada ulama terdahulu. Sedangkan metode bagaimana memahami Al Quran tidak diberikan.
"Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)" (Thahaa, 20:1-3).
Allah telah menjelaskan Al Quran tidak membuat susah, dan sebagai bahan pengajaran. Sebagai wahyu, Al Quran diturunkan untuk semua orang sebagai bahan pelajaran. Dengan jargon "ilmu untuk semua", umat Islam harus diajari bagaimana memahami Al Quran.
Dengan teknologi informasi, berbagai tafsir, pemahaman, tentang ayat-ayat Al Quran mudah ditemukan. Pemalsuan dan pemahaman menyimpang tentang Al Quran dapat dengan mudah ditemukan. Pemikiran-pemikiran terkait kajian Al Quran dapat didiskusikan melalui media informasi.
Metode takwil adalah salah satu cara dalam memahami kandungan Al Quran. Dijelaskan, metode takwil adalah memahami Al Quran melalui kiasan, simbolik, atau rasional. Penulis menemukan makna takwil dalam Al Quran diartikan dengan bukti. Kebenaran Al Quran yang dapat dibuktikan secara rasional, bisa jadi cara sederhana bagi mereka yang ingin belajar memahami kandungan Al Quran.
Tidakkah mereka hanya menanti-nanti bukti kebenaran
(Al-Qur'an) itu. Pada hari bukti kebenaran itu tiba, orang-orang yang sebelum
itu mengabaikannya berkata, “Sungguh, rasul-rasul Tuhan kami telah datang
membawa kebenaran. Maka adakah pemberi syafaat bagi kami yang akan memberikan
pertolongan kepada kami atau agar kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami
akan beramal tidak seperti perbuatan yang pernah kami lakukan dahulu?” Mereka
sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri dan apa yang mereka ada-adakan dahulu
telah hilang lenyap dari mereka. (Al A'raaf, 7:53).
Ayat-ayat Al Quran bisa dipahami dengan melakukan pembuktian-pembuktian. Proses pembuktian bisa dilakukan semua orang, dengan berbagai macam cara. Melakukan riset ilmiah, studi pustaka, atau dengan pengalaman. Sebagai contoh, seseorang bisa membuktikan kebenaran Al Quran dengan membuktikan kebenaran Al Quran sebagai berikut:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Al Israa, 17:7).
Untuk memahami kebenaran ayat ini, seseorang bisa melakukan kajian diri, pada pengalaman-pengalaman hidupnya. Berdasarkan ayat di atas, keburukan-keburukan yang terjadi pada diri seseorang dapat dipastikan akibat dari perbuatan buruk yang dilakukannya. Sebaliknya, kenikmatan-kenikmatan hidup di muka bumi ini akibat dari perbuatan-perbuatan baik yang dilakukannya. Pembuktian bisa dilakukan secara mandiri mengamati kehidupan pribadi dengan melakukan refleksi diri, memikirkan seluruh perjalanan hidup berdasar informasi ayat di atas.
Pembuktian lainnya dapat dilakukan pada ayat-ayat yang menjelaskan tentang sedekah. "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah, 2:261).
Sedekah yang dikeluarkan akan mengandung timbal balik sampai 700 kali lipat. Melalui proses pembuktian dengan praktek sedekah, setiap orang bisa membuktikan apakah ayat ini mengandung kebenaran?
Melalui metode takwil, memahami dengan membuktikan kebenaran ayat Al Quran, akan berdampak pada pemahaman merata pada setiap orang yang mau memahaminya. Metode sederhana ini, jika diajarkan di lingkungan pendidikan pada mata pelajaran agama, melalui metode proyek individual, diprediksi dapat meningkatkan pemahaman dan pendalaman tentang makna ayat-ayat Al Quran.
Metode ini, saya takwil dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Terjadi pada kasus ketika Nabi Ibrahim memohon kepada Allah untuk membuktikan bagaimana Allah menghidupkan orang yang mati. Sebagaimana terkandung dalam surat di bawah ini:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Baqarah, 2:260).
Demikianlah metode takwil saya takwil dari Al Quran. Hanya Allah yang maha tahu. Semoga Allah melimpahkan ilmu yang berkah untuk kita semua.***
No comments:
Post a Comment