Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Begitu banyak pegawai di sebuah perusahaan atau pemerintahan, tapi mengapa dari sekian ribu pegawai yang terpilih menjadi pemimpin di perusahaan atau pemerintahan hanya satu orang? Kita semua tahu karena orang-orang yang terpilih jadi pemimpin pasti yang punya prestasi di perusahaan atau pemerintahan.
Namun demikian, apakah semua orang tahu bagaimana cara agar kita bisa berprestasi sehingga punya peluang menjadi pemimpin dan bisa berbuat lebih banyak manfaat lagi bagi orang lain? Tentu banyak pendapat untuk mendapatkan posisi itu.
Berdasarkan hasil literasi dan pengamatan bertahun-tahun, ditemukan bahwa orang-orang yang berhasil meningkatkan prestasinya ditandai dengan masalah jam kerja dan jumlah pekerjaan. Dari beberapa teman yang sukses menjadi pemimpin di sebuah lembaga, selalu ditemukan ada kebiasaan bekerja lebih dari jam kerja yang telah ditentukan dan selalu mengerjakan pekerjaan melebihi dari tanggungjawabnya.
Contoh kasus, seorang kepala sekolah yang sempat di wawancara, beliau menceritakan bagaimana prilaku kerjanya ketika sebelum menjadi kepala sekolah. Beliau mengatakan, setiap kegiatan yang diadakan oleh sekolah dia selalu terlibat di dalamnya, terlepas jadi panitia atau bukan. Dia mengatakan, keterlibatannya di dalam setiap kegiatan sekolah karena memang dilakukan atas dasar senang melakukannya sekalipun tanpa insentif tambahan.
Kasus kedua, seorang kepala sekolah menceritakan bagaimana prilaku kerjanya ketika sebelum menjadi kepala sekolah. Dia senagaja meminta pekerjaan kepada wakil kepala sekolah suatu pekerjaan yang bukan tugasnya dengan alasan ingin mencoba. Lalu pekerjaan itu dia kerjakan sebaik-baiknya sampai tuntas.
Fenomena ini sering terjadi dan bisa kita temukan dari kisah-kisah sukses para tokoh. Orang-orang yang sukses dalam bisang ekonomi, politik, pendidikan, semua memiliki kisah yang sama. Mereka adalah orang-orang yang mampu bekerja di atas rata-rata. Prilaku ini bukan hanya tujuan untuk mengejar karir tetapi karena kepribadian yang dimilikinya.
Teori ini bisa dijelaskan berdasar pada kajian agama. Prilaku orang yang akan menjadi pemimpin dijelaskan dalam hadis. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia” (HR. Ahmad).
Hadis ini berkaitan dengan prilaku kerja yang harus dilakukan seseorang jika ingin berkarir dalam sebuah profesi atau pekerjaan. Artinya, pribadi-pribadi yang baik dalam dunia kerja, dan berpotensi jadi pemimpin, ditandai dengan mencintai seluruh pekerjaan yang digelutinya dan bekerja melebihi batas tanggung jawab pekerjaannya sebagai kepribadian yang melekat pada dirinya.
Pekerja dengan kepribadian di atas, selalu memeliki kompetensi lebih baik dari pekerja-pekerja yang lainnya. Ukuran ini bisa menjadi ukuran bagaimana cara merekrut seorang pemimpin yang bisa diandalkan dalam memimpin sebuah lembaga.***
No comments:
Post a Comment