Saturday, January 28, 2023

MANUSIA BERTAKWA TERNYATA MANUSIA BERKELAS DUNIA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Terminologi takwa yang sering dijelaskan para pemikir (ulama) terdahulu jika disimak terlalu umum. Takwa di definisikan sebagai prilaku menjauhi larangan Allah dan melaksanakan segala perintah Allah". Definisi ini tidak secara substansial menyebutkan larangan yang mana dan perintah yang mana. Bertaburan pemikiran dan pendapat tentang mana yang dilarang dan mana yang diperintahkan Allah. Perlu dijelaskn secara sumbstansial apa yang dimaknsud dengan takwa. 

Sementara Allah mengukur kualitas manusia dari ketakwaannya. Dunia pendidikan harus meneliti secara didaktif apa makna dasar dari takwa. Secara etimologi takwa adalah "menjaga diri dari segala yang membahayakan atau membawa kerusakkan". Untuk kepentingan dunia pendidikan, prilaku bertakwa kepada Tuhan mana yang perlu diupayakan agar ketakwaan tetap terpelihara. 

Dibutuhkan pengetahuan tentang sifat-sifat dasar manusia yang mana yang perlu mendapat porsi perhatian lebih agar manusia tetap bertakwa kepada Tuhan. Pengetahuan manusia sangat terbatas, dan akan merasa kesulitan jika semua perintah Allah harus diingatnya dan dilaksanakan. Tentunya Allah memberi pengetahuan tentang sifat-sifat mana yang harus terpelihara dari diri manusia agar manusia tetap bertakwa. 

Manusia bertakwa ternyata manusia berkelas dunia,
yang menjaga keyakinan pada Tuhan dan menjaga kekeluargaan antar umat manusia.

"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa". (Al Baqarah, 2:63).

Menurut penulis ada dua point penting yang harus dijaga agar manusia tetap bertakwa. Dua point penting ini dapat dilihat dari praktek dalam kehidupan nyata. Ketakwaan bukan hanya ukuran dalam pikiran dan hati, tetapi harus terlihat pada dimensi faktual. 

Pertama, "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa" (Thahaa, 20:132).

Shalat memiliki dua dimensi yaitu ritual dan faktual. Sekurang-kurangnya ketakwaaan manusia pada Tuhan yaitu dengan melaksanakan shalat dalam bentuk ritual, beridir, ruku, dan sujud. Ritual shalat jika kita konversi pada materi, merupakan wujud ketakwaan paling mudah karena tidak menuntut pengorbanan materi. Ritual shalat adalah bukti kemurahan Tuhan kepada manusia jika ingin dipandang sebagai manusia bertakwa. 

Dunia pendidikan, minimal harus mengajarkan bagaimana caranya ritual shalat agar tetap dilakukan oleh siswa. Ritual shalat adalah benteng ketakwaan siswa kepada Tuhan. Di level SLTA Ritual shalat adalah kegiatan melatih mental siswa untuk selalu berharap pada Tuhan Yang Ghaib Yang Kekal Abadi. Harapan yang digantungkan pada yang Kekal Abadi, akan melahirkan karakter-karakter manusia tangguh, optimis tanpa batas.

Kedua, ukuran praktek dari manusia-manusia bertakwa adalah bersikap dermawan, dibuktikan dengan kepemilikan suka menolong dalam kebaikan dan cenderung pada hidup damai dalam suasana kekeluargaan. Kesejahteraan umat manusia dapat terjadi jika antar golongan, suku, bangsa, dan negara, saling membantu. 

Menjaga hubungan kekeluargaan tidak diukur dari geneologis sebatas tujuh turunan, tetapi Allah menghendaki menjaga kekeluargaan antar sesama umat manusia. Dalam dimensi hubungan antar bangsa, Al Quran memberi informasi lebih general dalam hubungan kekeluargaan universal yaitu hubungan antar bangsa. Informasinya bisa diidentifikasi dari ayat di bawah:

"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (Anisaa, 4:1).

Awal kata dari ayat ini, Allah menyeru pada manusia. Hal ini menandakan bahwa seruan menjaga kekeluargaan bersifat universal kepada umat manusia. Al Quran jika dijadikan rujukan berpikir, mengajak manusia-manusia general, inklusif, untuk kemanusiaan. Kualitas orang-orang bertakwa ternyata manusia berkelas dunia yang bisa menjadi berkat rezeki bagi umat manusia.*** 




No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...