Saturday, August 23, 2025

INGIN KAYA BACALAH AL WAQIAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Para ulama sering menasehatkan bacalah surat Al Waqiah bagi siapa yang ingin dimudahkan rezeki. Pesan ini turun temurun terus disampaikan hingga sekarang. Apa yang disampaikan para ulama mengacu kepada hadis Nabi Muhammad SAW.

Barang siapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, dia tidak akan tertimpa kefakiran selamanya. (HR. Al Baihaqi).

Dalam tulisan ini, saya ingin memberi sedikit penjelasan apa yang terkandung dalam surat Al Waqiah, berkaitan dengan kekayaan. Surat Al Waqiah membawa pesan moral dan etika sebagai bekal untuk orang yang dikehendaki Allah menjadi orang kaya.

Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan; https://lynk.id/mastershopi

Pandangan ini berdasarkan pada fungsi pendidikan yaitu membentuk akhlak. Sebagaimana Nabi Muhammad diutus Allah menjadi rasul bertujuan menyempurnakan ahkhlak. Berikut beberapa akhlak atau karkater yang harus dimiliki orang kaya dari surat Al Waqiah:

Pertama; karakter orang yang dikehendaki Allah menjadi orang kaya adalah mereka yang percaya pada hari kiamat. Orang kaya yang meyakini adanya hari akhirat, dia tidak akan mencintai harta kekayaan untuk dirinya sendiri, tapi untuk mensejahterakan orang lain. Kekayaan adalah jalan menuju ridha Allah. 

"Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan, (Al Waqiah, 56:1-6).

Kedua, karakter orang kaya dikehendaki Allah adalah mereka yang tetap hidup sederhana. Di akhirat manusia akan terbagi menjadi tiga golongan, golongan kiri, kanan, dan sabiqun. Golongan kiri akan masuk neraka yaitu tempat buruk penuh dengan ketidaknyamanan. Golongan kiri adalah mereka yang hidup bermewah-mewahan dan terus menerus melakukan dosa besar. 

"Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar." (Al Waqiah, 56:45-46).

Orang kaya yang dikehendaki Allah adalah mereka yang hidup dengan kekayaan tetapi tidak untuk bermewah-mewahan. Orang kaya harus tetap sederhana, dan menggunakan kekayaan untuk jalan berkorban membantu kesulitan banyak orang.

Ketiga, karakter orang kaya dikehendaki Allah adalah mereka yang mengakui bahwa rezeki datang dari Allah, dan manusia hanya menerima titipan. Kekayaan yang dimiliki bukan hak milik pribadi tapi milik Allah. 

"Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang." (Al Waqiah, 56:63-65).

Keempat, karakter orang kaya yang dikehendaki Allah, mereka meyakini semua kejadian yang akan terjadi pada manusia sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al Quran. Keyakinan ini menjadi keimanan kuat tanpa keraguan. 

"Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar." (Al Waqiah, 56:95-96).

Orang kaya yang dikehendaki Allah, selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diterima. Orang-orang kaya memiliki totalitas pengakuan bahwa kekayaan tidak akan menjadikan dirinya merasa besar, sombong, tinggi hati, dan kufur kepada Allah, karena sesungguhnya semua kekayaan adalah milik Allah Yang Maha Besar.*** 

Friday, August 8, 2025

MENDERITA DAN BAHAGIA AKIBAT PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Syeh Abdul Qadir Al Jalinani adalah salah satu imam berpengaruh dikalangan muslim Indonesia. Di dalam kegiatan-kegiatan doa, ustad-ustad selalu menyisipkan nama Syeh Abdul Qadir Al Jailani sebagai ulama yang selalu didoakan setelah bersalawat kepada Nabi Muhammad saw. 

Syeh Abdul Qadir Al Jailani mengatakan, "Ketahuilah derita berubah jadi bahagia dan bahagia berubah jadi derita, hal itu terjadi karena didikan". Pendapat ini beliau tafsirkan dari hadis Rasulullah saw, "setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi". Menurut Beliau, "hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki potensi menjadi bahagia maupun menderita."


Ebook Sukses dengan Logika Tuhan: https://lynk.id/mastershopi

Jika dicermati, Syeh Abdul Qadir Al Jailani memberi makna pada hadis di atas menggunakan logika sebab akibat. Anak terlahir fitrah merupakan takdir Allah pada setiap orang yang baru lahir. Fitrah merupakan potensi-potensi baik yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, terutama fitrah dalam mengenal siapa Tuhannya. Fitrah ini tidak bisa diganggu gugat karena ketetapan Allah.

Selanjutnya bisa dicermati cara berpikir Syeh Abdul Qadir Al Jailani menafsirkan kembali dengan logika sebab akibat kalimat dalam hadis.

Kedua orang tua adalah SEBAB

Menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi adalah AKIBAT

Dari logika sebab akibat tersebut, Syeh Abdul Qadir Al Jailani berpendapat bahwa bahagia dan derita yang dialami manusia tergantung pada didikan. Kedua orang tua dijadikan sebab jadi menderita atau bahagia seorang anak dikaitkan dengan fungsi pendidikan yang ada di lingkungan keluarga.

Berfungsinya pendidikan keluarga sangat tergantung pada orang tua. Pesan dari Syeh Abdul Qadir Jailani adalah pendidikan sangat penting dan menentukan untuk kehidupan anak-anak. Di dalam dunia pendidikan ada peran orang tua yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya agar mereka bisa hidup bahagia. Sebagaimana Ki Hadjar Dewantara mengatakan tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak-anak menuju kehidupan bahagia setinggi-tingginya.

Lembaga pendidikan adalah refresentasi dari kedua orang tua dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Jika begitu, sekolah-sekolah, kampus-kampus, sebenarnya dihuni oleh "orang tua" dari anak-anak dalam arti luas sebagai pelaksana fungsi pendidikan. Guru-guru, dosen, yang ada di lembaga pendidikan adalah manusia-manusia sakral karena disejajarkan dengan orang tua dari anak-anak.

Tidak heran ketika di Jepang, Korea Selatan, China, Jerman, dan Finlandia, guru-guru, dosen, menjadi orang-orang terhormat di masyarakat. Tradisi hormat pada guru masih terjaga di lingkungan pendidikan pesantren. Sedangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia penghargaan pada guru dan dosen sedikit memudar. 

Dapat dipahami logika berpikir Syeh Abdul Qadir Al Jailani adalah setiap orang berpotensi menjadi bahagia atau menderita, maka sebabnya sangat tergantung pada pendidikan yang didapatnya. Pendapat ini didukung oleh data dari hadis Nabi Muhammad saw. Inilah logika yang dibimbing Tuhan.

Jika sekarang ada orang berpendapat bahwa pendidikan telah membuat masyarakat Indonesia menderita, bisa jadi iya bisa jadi tidak. Perlu kajian dan penelitian, pendidikan-pendidikan seperti apa yang bisa membuat masyarakat Indonesia hidupnya menderita. 

Kemiskinan secara umum diakui sebagai sebab penderitaan. Bisa jadi selama ini, ada pendidikan yang mengakibatkan anak-anak menderita. Menurut hemat saya, pendidikan yang kelak menjadi penyebab anak-anak menderita karena pendidikan tidak mengandung penderitaan.

Kita kembali kepada pendapat Syeh Abdul Al Jailani, "tidak boleh mengatakan orang ini pasti bahagia atau orang ini pasti menderita". Tetapi hendaklah mengatakan, "orang ini bahagia jika amal baiknya mengalahkan amal buruknya dan sebaliknya". 

Jadi jelas, lembaga pendidikan yang akan jadi sebab penderitaan anak-anak adalah lembaga pendidikan yang tidak mengajarkan, melatih, membimbing, memotivasi, anak-anak untuk berbuat amal-amal baik agar mengalahkan amal-amal buruknya. Kondisi ini dapat tercipta bukan karena bangunan sekolah yang megah, tapi karena peran guru-guru, dosen, yang memosisikan dirinya sebagai orang tua dari anak-anak sekalipun bukan anak biologisnya.*** 

INGIN KAYA BACALAH AL WAQIAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Para ulama sering menasehatkan bacalah surat Al Waqiah bagi siapa yang ingin dimudahkan rezeki. Pesan i...