Friday, October 25, 2019

MENDIKBUD GENERASI Y

OLEH: TOTO SUHARYA

Terus terang saja, menyaksikan pengumuman kabinet tahun ini untuk kedua kalinya saya bilang wow, setelah pengangkatan menteri seorang perempuan lulusan SMP di tahun lalu, dengan kesuksesan mengelola laut menurut saya luar biasa. Saya tidak nyinyir siapapun menteri yang diangkat oleh Presiden, mereka adalah orang-orang terbaik di republik ini.  Saya berpandangan siapapun yang menjadi pejabat di negeri ini, mereka menduduki jabatan itu dengan kebaikan yang mereka miliki dan dipandang baik oleh Allah.

Sebagaimana Allah firmankan di dalam Al-Qur’an bahwa Allah mengangkat derajat seseorang karena ilmu dan imannya. Faktanya kita saksikan orang-orang Barat dapat menguasai ekonomi dan politik dunia karena ilmu yang mereka miliki. Hakikatnya ini adalah penghargaan Allah terhadap orang-orang berilmu. Demikian juga para menteri dengan berbagai latarbelakang keilmuannya, saya berprasangka baik, dialah orang yang terpilih oleh Allah sebagai orang-orang terbaik. Masalah kinerjanya ke depan, kita harus sabar menunggu tidak bisa mendahului Allah dengan mengevaluasi kerja saja belum.

Saya hanya mengapresiasi berdasarkan fakta bahwa dunia sedang mengalami perubahan. Menurut Hendarman (2019, hlm. 25) generasi X yang lahir antara tahun 1960-1980, yang mendapat pendidikan dari generasi baby boom yang lahir tahun 1946-1960, sebagian besar telah mengalami pensiun. Kini saatnya generasi Y mengendalikan negara dan mendidik generasi Y dan generasi Z yang lahir antara 2001-2010. Generasi Y adalah generasi yang dibesarkan pada masa teknologi sedang berkembang. Generasi Z adalah generasi yang dibesarkan dalam era teknologi mulai mapan dengan kecenderungan pola pikir instan.

Bisa jadi pola pikir generasi X berbeda dengan generasi Y yang sudah dipengaruhi perkembangan teknologi.  Perbedaan pola pikir tentu saja akan melahirkan pola-pola pikir, tindakan, dan arah kebijakan berbeda. Ali bin Abi Thalib mengatakan anak-anak harus dididik dengan zamannya. Mendidik anak-anak milenial tentunya harus oleh mereka yang paham zaman milenial.

Saya memandang diangkatnya Nadiem Makarim sebagai Mendikbud bisa jadi langkah tepat, karena Beliau bisa didaulat sebagai salah satu  Bapak Milenial Indonesia yang berhasil memahami perubahan zaman di abad digital. Era industry 4.0. dan era masyarakat 5.0. tidak bisa tidak menuntut generasi kita untuk selalu beradaftasi dengan perkembangan teknologi yang melaju seperti deret ukur.

Di percaturan masyarakat dunia, kita termasuk salah satu negara dengan pengguna internet, media sosial terbesar di dunia, namun kita akui produktivitasnya masih terbilang rendah. Kita baru menjadi masyarkat pengguna teknologi informasi dari negara-negara luar, dan belum memiliki kesadaran untuk memanfaatkan teknologi untuk kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pendidikan. Tersedianya jutaan informasi di media sosial, belum dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan kualitas SDM.

Berdasarkan hasil supervisi akademik ke kelas, sebagian besar guru masih mengajar secara konvensional. Informasi yang tersedia di media sosial, belum termanfaatkan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kualitas dan kreativitas pembelajaran. Internet dengan kecepatan 60 sampai 100 mb, hanya digunakan untuk chating di media sosial dan nonton video-video hiburan. Padahal setiap bulan sekolah mengeluarkan dana langganan internet antara 2-6 juta rupiah per bulan. Hasil pemanfaatnnya tidak sebanding dengan besarnya pengeluaran jasa layanan internet yang dikeluarkan oleh sekolah tiap bulan.

Kendala yang dihadapi sekolah adalah kekurangan sumber daya manusia yang benar-benar menguasai dunia teknologi informasi. Sekolah-sekolah kejuruan masih cukup besar kekurangan tenaga-tenaga pendidik produktif. Kita masih terjebak bahwa pendidik-pendidik produktif harus berlatar belakang pendidikan linier sesuai keahliannya, padahal untuk zaman sekarang, ilmu apapun bisa dipelajari di internet dengan modal keseriusan dan ketekunan.

Perusahaan-perusahaan besar konon sudah bergeser dalam pola rekruitmen pegawainya, mereka tidak lagi melihat latar belakang pendidikan, tetapi melihat pada kompetensi. Artinya di abad milenial, latar belakang pendidikan bukan syarat utama lagi untuk melihat keilmuan seseorang, tapi polanya sudah bergeser dengan melihat apa yang telah dilakukan dan bisa melakukan apa untuk kesejahteraan manusia di masa mendatang.

Hadirnya Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, bagi saya adalah loncatan pemikiran dari generasi X yang mulai menyadari telah kedodoran menghadapi kemajuan zaman, dan harus diserahkan kepada mereka yang memahaminya, dan telah terbukti bisa beradaftasi hidup di zamannya. Dunia sudah berubah, pola pikir dan cara pandang otomatis telah berubah. Jika kita tidak cepat dan segera beradaftasi dengan perubahan zaman, mungkin 2045 cita-cita Indonesia emas yang tinggal beberapa tahun lagi, mungkin saja jadi tembaga dan emasnya tetap keluar diambil negara lain yang lebih cepat beradaftasi dengan perubahan zaman.

SIAPAPUN MENDIKBUDNYA AKULAH ORANGNYA (MUHAMMAD PLATO)
Selamat bertugas Pak Mendikbud, walaupun saya berada di antara perpindahan generasi X ke Y, saya masih bisa mengimbangi perubahan zaman dengan budaya literasi yang saya miliki. Dana sertifikasi saya gunakan untuk tetap literat mengikuti perubahan zaman. Saya yakin akan ada ide-ide brilian dari seorang maestro teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan Indonesia. Saya bangga kepada para pejabat tinggi yang akan bertugas lima tahun ke depan. Selamat bekerja, salam optimis tanpa batas!!! Wallahu’alam.

(Kepala Sekolah, Kandidat Doktor SPS UPI Bandung)

No comments:

Post a Comment

KURANGI LOMBA-LOMBA DI DUNIA PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Menyimak perubahan paradigma pendidikan abad 21, arahnya sudah bergeser. Lomba-lomba yang diadakan di l...