OLEH: TOTO SUHARYA
Ini pengalaman dua hari
menimba ilmu di Sekolah Cikal Jakarta, dalam rangka Temu Pendidikan Nusantara (TPN)
VII. Kegiatan ini baru pertama saya ikuti. Kedatangan saya, hanya ingin belajar,
bagaimana merdeka belajar. Dua hari betul-betul saya serap apa inti dari merdeka
belajar. Seluruh kemampuan literasi saya gunakan untuk menyerap esensi dari
konsep Merdeka Belajar. Saya belajar bahwa kemampuan literasi bukan diukur dari
berapa buku yang banyak dibaca, tetapi berkaitan bagaimana dan berapa informasi
yang yang berhasil diserap.
Hari pertama saya
berdikusi memahami konsep Merdeka Belajar yang disuguhkan pemateri. Dari penjelasan
narasumber saya menarik sebuah kesimpulan bahwa inti dari Merdeka Belajar
adalah self regulated learning, atau orang yang mengatur sendiri
tujuan, cara, dan penilaian belajarnya.
Berdasarkan hasil riset ada hubungan antara kemampuan guru mengatur
dirinya sendiri dalam pembelajaran dengan prestasi kerjanya. Sedangkan menurut
Ki Hadjar Dewantara kemerdekaan dalam pendidikan ditandai dengan, tidak hidup
di perintah, berdiri tegak karena kekuatan sendiri, cakap mengatur hidupnya
dengan tertib. Jika demikian konsep merdeka belajar berkaitan dengan kompetensi
profesional guru.
Selanjutnya, narasumber menjelaskan kunci dari Merdeka Belajar lainnya adalah pelibatan siswa mulai dari perumusan tujuan belajar yang akan dicapai, pelaksanaan, dan penilaiannya. Jadi penekanan Merdeka Belajar terletak pada proses pelibatan atau dialogis antara guru dan siswa pada saat mau melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan asessmen pembelajaran. Rencana pembelajaran tidak ujug-ujug tercipta dan diberikan pada siswa, tetapi harus melalui proses asessmen diagnosis, dan proses dialogis.
Narasumber lainnya
menjelaskan, di Sekolah Cikal untuk menciptakan kemerdekaan belajar dikenal
dengan 5M, yaitu Memanusiakan hubungan, Memahami konsep, Membangun
keberlanjutan, Memilih tantangan, dan Memberdayakan kontek. Memanusiakan
hubungan artinya regulasi harus dibuat bersama. Siswa tidak dianggap sebagai
makhluk hampa, tetapi mereka harus diajak dialog untuk melakukan diagnostik
tentang kemampuan apa yang anak-anak miliki, minat mereka di mana, cara belajar
bagaimana yang mereka sukai, dan cara penilaian apa yang mereka inginkan dan
tidak merugikan mereka.
Selanjutnya, memahami
konsep artinya, guru harus memahami filosofi, konsep dasar, pengertian, dan
aplikasi dari sebuah ilmu yang akan diajarkan. Dengan memahami konsep guru
dapat mengajarkan ilmu yang diajarkan kepada siswa sesuai dengan perkembangan
psikologi siswa. Sebelum pembelajaran, guru harus melakukan asessmen diagnosis,
selanjutnya mengajak dialog anak-anak tentang apa tujuan, bagaimana cara
pembelajaran yang dikehendaki, dan model asessmen apa yang akan dilakukannya.
Membangun keberlanjutan, berkaitan
dengan kemampuan guru membaca bakat, minat, gaya belajar, dan cita-cita yang
diharapkan dari pembelajaran. Dalam melakukan asessmen formatif, guru selalu
memberi umpan balik kepada siswa. Asessment tidak mengekang siswa dengan
menggunakan satu ukuran, tetapi membuka peluang kepada siswa untuk menentukan
assessmen formatif yang siswa inginkan. Untuk kemerdekaan belajar, siswa harus
diberi varian tes yang memberi kebebasan kepada siswa untuk mencapainya sesuai dengan minat dan
bakar yang dimilikinya.
Memilih tantangan adalah mendesain
lingkungan belajar dan tugas belajar yang harus memberi tantangan belajar bertingkat,
untuk melatih siswa menghadapi kesulitan dan kegagalan yang tidak terpisahkan
dari proses belajar. Seperti bermain game, pembelajaran harus dirancang menarik
dari belajar tingkat rendah hingga tingkat tinggi.
Terakhir memberdayakan kontek
artinya pembelajaran harus bisa menyadarkan siswa dimana dia hidup dan dia
tinggal serta bagaimana cara beradaftasinya. Pembelajaran dapat bermakna dan
bermanfaat bagi siswa, jika pembelajaran dapat menjawab dan memecahkan masalah
yang terjadi dilingkungan siswa sehari-hari.
No comments:
Post a Comment