Saturday, September 6, 2025

KARAKTER ORANG BERSYUKUR DALAM AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (Ibrahim, 14:7).

Mari kita bedah, siapa sebenarnya orang bersyukur? Kita coba identifikasi dari penjelasan Al Quran. Sebaik-baiknya penjelasan bersumber dari Al Quran. Al Quran petunjuk bagi manusia yang punya keyakinan pada Tuhan Esa.

Orang bersyukur memiliki karakter, dan apa ciri karakter dari orang bersyukur. Nabi Muhammad saw. merupakan contoh terbaik dari manusia bersuyukur. Karakter Nabi Muhammad saw. sebagai orang bersyukur dijelaskan di dalam Al Quran.


Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan : https://lynk.id/mastershopi

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran, 3:144).

Jika kita gali penjelasan berikutnya dalam Al Quran, apa ciri dari karakter orang bersyukur, Allah menjelaskannya dengan indah.

"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran, 3:145).

Allah memberikan pahala dunia dan akhirat kepada orang-orang bersyukur. Bagi orang bersyukur kematian tidak menghalangi harapan-harapan baiknya kepada Allah. Orang bersyukur berani menghadapi segala tantangan dan risiko sekalipun kematian akan dihadapinya. Lebih rinci lagi Allah menjelaskan ciri karakter orang bersyukur?

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran, 3:146).

Karakter orang-orang bersyukur, dia tidak menjadi lemah karena ditimpa bencana, tidak lelah dan pantang menyerah. Mereka bersabar menjalani visi dan misi hidupnya dengan terus berharap baik kepada Allah. Dia memilih bersabar menjalani kehidupan di jalan kebaikan.

"Tidak ada perkatan mereka selain ucapan doa: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Ali Imran, 3:147).

Ciri karakter orang bersyukur, dari mulutnya tidak ada kata sia-sia, kecuali kata-kata positif yang selalu mengandung harapan baik  atau doa. Perkataan mereka mengandung harapan-harapan baik berupa ampunan Allah dan menambah keteguhan pendirian karena kata-katanya positif menyebabkan datangnya pertolongan dari Allah.

"Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan". (Ali Imran, 148).

Jadi, karakter orang bersyukur digambarkan sebagai sosok para syuhada. Cirinya adalah dia selalu punya peluang baik dalam menghadapi segala kejadian (growth mindset). Hidupnya penuh dengan keberanian, yaitu berani menghadapi segala risiko yang akan terjadi, tidak pernah merasa lemah karena ditimpa bencana, tidak pernah merasa lelah, pantang menyerah dan pantang putus asa. 

Dari mulutnya selalu keluar kata-kata positif penuh dengan optimisme karena selalu taat dan berharap baik pada Allah. Itulah karakter tangguh ciri dari orang-orang bersyukur yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

Monday, September 1, 2025

KAYA ITU WAJIB?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Menarik menyimak podcast Prof. Muhammad Syafi'i Antonio di channel @HelmyYahyaBicara, tentang kenapa muslim harus kaya? Salah satu jawabannya adalah kesalahan dalam memahami makna juhud. Kata juhud diartikan meninggalkan keduniawian, padahal kita hidup di dunia. Seseorang tidak bisa menghindari dunia. Ibu, Istri, anak, sekolah, adalah dunia. Dunia dicari dengan cara halal.

Menurut Prof. M. Syafi'i Antonia kaya itu wajib. Kayalah dengan sekaya-kayanya dengan tiga catatan. Satu, carilah kekayaan dengan cara halal. Ikuti aturan yang berlaku. Dua, tidak boleh sombong. Berjalanlah di muka bumi dengan rendah hati. Tiga, harus mau berbagi, di atas 2,5%, 5%, 10%.

Di mayoritas umat Islam ada pemahaman menjadi orang kaya kurang baik. Hal ini berangkat dari masalah intelektual atau filosofis. Juhud dipahami terlalu tekstual, sehingga pemahamannya menjadi sempit bahwa juhud artinya meninggalkan urusan dunia. Padahal setiap hari hidup kita berurusan dengan dunia.


Ebook https://lynk.id/mastershopi

Miskin bisa sangat berbahaya. Jika kita miskin ada ibadah-ibadah yang tidak bisa dilakukan orang miskin. Shalat masih bisa dilakukan orang miskin. Zakat, sedekah, wakaf, hibah, pelihara anak yatim, ibadah haji, tidak bisa dilakukan oleh orang miskin. Orang miskin ibadahnya menjadi terbatas.

Ada peran-peran Nabi Muhammad yang tidak dipelajari dengan serius. Dalam catatan sejarah Nabi Muhammad melakukan berbagai peran manusia dalam kehidupan dunia. Nabi menjadi pedagang, investor, kepala rumah tangga, guru, pendakwah, diplomat, politisi, dll. Peran nabi yang paling banyak di pahami adalah sebagai pendakwah. Peran-peran Nabi Muhammad dalam bidang lainnya kurang didalami. 

Dalam sebuah ensiklopedi yang di susun Prof. M. Syafi'i Antonio, Rasul berdagang hampir 27 tahun hingga 29 tahun, jadi nabinya cuma 23 tahun. Berdasarkan fakta ini, disimpulkan bahwa ternyata kemandirian syarat utama untuk bicara bebas. 

Betapa mulianya para pedagang, sampai-sampai ada hadis Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa pedagang yang amanah bersama para nabi, para syuhada, dan para ulama. Masalahnya adalah, cara-cara Nabi berdagang, kurang dipelajari oleh umat Islam, karena lebih banyak mempelajari bagian dakwahnya.

Pemikiran-pemikiran yang disampaikan Prof. M. Syafi'a Antonio cukup menggugah umat Islam untuk refleksi diri. Penulis akui, pemahaman agama yang beredar terlalu fokus pada pendapat-pendapat dari pemikir-pemikir tasawuf yang mengajarkan umat beragama untuk meninggalkan hal-hal duniawi. Maka dari itu, kegiatan ekonomi tidak begitu digeluti oleh penganut agama Islam.  

Menurut pendekatan tasawuf, orang-orang suci menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Maka, orang-orang suci digambarkan dengan orang-orang miskin, hidup apa adanya. Pemahaman ini terus dinarasikan melalui pengajaran-pengajaran agama, dakwah-dakwah televisi, cerita rakyat, dongeng,  film, peringatan hari besar agama, dll.

Para ulama tasawuf menafsirkan hadis-hadis Nabi Muhammad tentang kondisi miskin, yang hasilnya pemahaman tentang juhud adalah menjauhkan diri dari kehidupan dunia. Pada ujung hidupnya, Nabi Muhammad memang tidak meninggalkan istana, kerajaan, dan kekayaan. Tapi sejarah Nabi Muhammad sejak dari anak-anak hingga dewasa, Beliau dikisahkan bukan orang miskin. 

Menurut Prof. M. Syafi'i Antonio, ada kisah dalam hadis, Nabi Muhammad bukan orang miskin, tetapi seluruh hartanya dihabiskan untuk sedekah.Saya sepakat dengan Prof. M. Syafi'i Antonio bahwa umat Islam menghadapi masalah intelektual, sosial, emosi, dan spiritual. Perlu refleksi dan keterbukaan umat Islam untuk membuka diri terhadap pandangan-pandangan berbeda agar umat Islam bisa hidup sejahtera di dunia dan akhirat sebagai Al Quran mengabarkan.

Ruang-ruang diskusi harus terus dibuka. Ruang diskusi dikemas tanpa menghakimi karena merasa menjadi pemilik kebenaran. Siapapun yang menafsirkan Al Quran dan Hadis, mereka tidak dijamin 100% benar karena keberanan milik Allah. Hikmah ilmu dari Allah sangat luas, sekalipun laut jadi tinta, maka tinta itu akan habis sebelum habis hikmah-hikmah dari Allah ditulis.

Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Al Kahfi, 18:109).***

KARAKTER MANUSIA UNGGUL ALI IMRAN 134

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Keunggulan orang-orang yang percaya kepada Tuhan dilihat dari karakter. Rakyat Palestina merupakan bukt...