Monday, August 16, 2021

HARUS SEGERA TATAP MUKA

OLEH : TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris DPP AKSI)

Kurang lebih 15-20 persen anak-anak akan mengalami learning lost. Guru-guru pun sudah merasa lelah melayani. Dari hasil supervisi pembelajaran di suatu sekolah jenjang menengah, kehadiran siswa dalam pembelajaran maksimal hanya mencapai 85 persen. Bekerjasama dengan wali kelas, guru mata pelajaran dan orang tua, kehadiran siswa masih stagnan. Komunikasi via wa dan kunjungan ke rumah telah dilakukan namun aktivitas belajar anak-anak sangat sulit dikontrol.

Budaya belajar jarak jauh via daring atau luring, belum membiasa. Hampir dua tahun pandemi ini, anak-anak masih ada yang belum bisa beradaftasi. Budaya belajar di negara kita masih sangat terikat dengan kegiatan tatap muka. Pembelajaran jarak jauh yang terpaksa harus dilakukan karena pandemi, belum bisa disadari sebagai suatu keharusan oleh sebagian anak-anak bahwa pembelajaran harus dilakukan dengan cara jarak jauh, dilakukan dengan sikap tanggung jawab dan mandiri. Sebagian anak-anak kita masih sangat mengandalkan pembelajaran tatap muka.

Kendala yang dihadapi anak-anak selain kurang motivasi, didasari pula oleh keterbatasan kemampuan pengoperasian teknologi informasi, kepemilikan perangkat teknologi informasi, ketersediaan kuota dan akses internet. Dari 15-20 persen anak-anak masih terkendala masalah ini. Keterbatasan ini menjadi sebab kurangnya motivasi belajar anak-anak melalui layanan daring. Layanan luring melalui modul dan penugasan, tidak dikerjakan secara maksimal karena sebagian anak-anak juga kurang aktif berkomunikasi dengan guru.

Komunikasi dengan orang tua melalui media informasi dirasa kurang efektif, karena beberapa orang tua kurang aktif merespon setiap informasi-informasi yang disampaikan guru di grup media sosial. Latar belakang pendidikan dan ekonomi keluarga menjadi salah satu faktor penghambat, keterlibatan orang tua dalam menjaga anak-anaknya agar tetap belajar melalui layanan jarak jauh tidak efektif. Orang tua siswa sama-sama mengalami kesulitan mengendalikan kegiatan belajar anak-anaknya di rumah.

Semakin lama layanan pembelajaran jarak jauh secara daring dan luring, semakin kurang kondusif akibat belum bisa menghadapi situasi darurat pandemi saat ini. Beberapa masukkan dalam rapat orang tua siswa, mereka sudah merasa kewalahan dan khawatir anak-anaknya tidak bisa belajar dengan efektif melalui jarak jauh. Mereka sudah berharap kembali ada pembelajaran tatap muka agar bisa menjamin anaknya belajar dengan efektif dibimbing oleh guru-gurunya.

Tatap muka dengan situasi masih pandemi tentu sangat berisiko, bagi kesehatan guru dan anak-anak. Percepatan vaksin untuk anak-anak tentu menjadi hal yang urgen untuk dilakukan. Sekalipun vaksin tidak menjamin orang bebas dari tertular virus covid-19, tapi setidaknya vaksin dapat mengurangi risiko bahaya virus covid-19, dan juga bisa memberi sedikit imun dengan kepercayaan diri bahwa vaksin dapat membantu menjaga kekebalan tubuh terhadap virus covid-19.

Selanjutnya, jika seluruh elemen masyarakat menganggap penting untuk menjaga hak pendidikan anak-anak, semua harus berani menanggung risiko bersama jika pembelajaran tatap muka dilakukan. Seluruh elemen masyarakat harus menyadari pentingnya pola hidup sehat agar imunitas tubuh dapat terpelihara. Kemudian, segala risiko yang mungkin terjadi ketika tatap muka dilaksanakan harus disadari menjadi tanggung jawab bersama untuk menghadapinya. Akibat-akibat terburuk ketika dilakukan tatap muka harus dihadapi bersama tanpa ada usaha saling manyalahkan antar pihak. Pandemi ini sudah menjadi masalah bersama yang harus kita hadapi bahu membahu. Segala upaya yang dilakukan pemerintah harus diapresiasi sebagai usaha untuk memperbaiki keadaan agar cepat kembali pulih.

Seluruh elemen masyarakat harus memberi dukungan penuh kepada pemerintah untuk membuka layanan pendidikan melalui tatap muka, dengan kesiapan bersama untuk menanggung dan mengantisifasi segala kemungkinan yang terjadi. Kita semua harus menjadi pelaku bukan hanya pengamat dunia pendidikan. Segala kejadian yang mungkin terjadi pada saat tatap muka, bukan hanya untuk diperbicangkan tetapi untuk bahu-membahu menyelesaikannya. Dengan komitmen bersama dan kolaborasi seluruh elemen masyarakat, sekolah akan punya kekuatan moril dan kesiapan untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

Beragamnya kualitas fasilitas sarana kesehatan di lingkungan sekolah adalah tugas bersama untuk menyediakannya dan yang lebih penting adalah kesiapan budaya hidup sehat, dan melakasanakan protokol kesehatan yang harus terus ditingkatkan kesadarannya. Sekalipun sarana prasasaran kesehatan di sekolah terbatas, dengan kesadaran budaya hidup sehat dan melakukan protokoler kesehatan di masa pandemi, kiranya pembelajaran tatap muka dengan mengucap bismilah mudah-mudhaan bisa dilakukan.

Kita niatkan bersama, memohon kepada Tuhan YME bahwa upaya pembelajaran tatap muka adalah upaya melaksanakan perintah Allah, yaitu mewujudkan generasi-generasi tangguh di masa yang akan datang. Semoga Allah melahirkan generasi-generasi kreatif, dan tangguh, dengan belajar dari situasi pandemi ini. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...