OLEH: TOTO SUHARYA
Sebentar lagi anak-anak kelas 12 masa studinya akan berakhir. Semua program
telah diupayakan dan semoga para lulusan bisa meraih cita-cita dan kemudahan
dalam segala urusan. Sebagaimana kita ketahui, segala apa yang diberikan di
sekolah bermuara pada perbendaharaan pengetahuan yang tersimpan dalam
long term memory anak-anak. Ijazah hanya sebagai tanda bahwa
anak-anak pernah bersekolah, namun yang lebih penting lagi sebagai tanda
pernah belajar berpikir. Segala pengetahuan yang diberikan bapak ibu guru
tentunya tidak akan semua diingat, dan yang pasti diingat adalah yang
memiiki kesan mendalam hingga tersimpan dalam memori yang tak terlupakan.
Pengetahuan yang tersimpan dalam jangka waktu lama, itulah ilmu pengetahuan
yang menjadi milik anak-anak dan akan menjadi ciri dari kualitas pribadi
anak-anak.
Sambi menanda tangani karya tulis hasil projek anak-anak, saya cermati semua projek yang dilakukan anak-anak. Anak-anak di daerah dengan di kota besar memang menunjukkan perbedaan. Mungkin karena latar belakang dari pendidikan orang tua, fasilitas, kesejahteraan, kemudahan akses informasi, saya perhatikan kreatifitas anak-anak di kota besar memiliki perbedaan signifikan. Program projeck base learning yang digulirkan oleh sekolah, disambut dengan berbagai macam ide projek sesuai dengan dunia anak-anak zaman sekarang.
Satu per satu projek anak-anak saya pahami, dari mana gagasan mereka
dapatkan dan dari mana kemampuan memanfaatkan teknologi mereka dapatkan.
Mereka gunakan aplikasi-aplikasi yang tidak familiar di pikiran saya. Ketika
saya katakan aplikasi yang mereka gunakan baru saya kenal, anak anak
menjawab aplikasi yang mereka gunakan sudah familiar di kalangan remaja
seusia SMA. Lalu saya minta penjelasan bagaimana cara mengunakan aplikasi
tersebut dan apa manfaatnya. Mereka menjelaskan dengan detail hingga
poin-poin tertentu yang bisa menghasilkan kapital. Saya katakan pada mereka,
“jika nanti presentasi jangan membaca catatan untuk itu materi harus
benar-benar dikuasi”. Mereka menjawab dengan percaya diri, “semuanya sudah
ada dalam kepala”.
Sedikit merenung, inilah zaman sebagaimana dikatakan Ki Hadjar Dewantara
kurang lebih 40 tahun yang lalu, “semua ruang adalah kelas dan semua orang
adalah guru”. Ketika saya mendengar penjelasan anak-anak bagaimana aplikasi
yang mereka gunakan dan mereka kembangkan untuk kepentingan pendidikan, saya
sedang membuktikan kebenaran kata-kata Ki Hadjar Dewantara, saya sedang
belajar pada guru yaitu siswa. Jadi saya sadar betul zaman sudah berubah,
pengetahuan tidak lagi mutlak milik guru dan guru tidak bisa lagi memonopoli
diri sebagai orang paling pintar. Guru dan siswa harus sama-sama rendah
hati, interaksi yang terjadi bukan lagi sebagai raja dan abdi, tetapi
sebagai partner yang harus bersinergi.
Setelah lama mendengarkan anak-anak menjeaskan projek yang mereka lakukan,
saatnya saya sebagai guru yang sudah punya pengalaman dan literasi yang
cukup lama dalam bidang pendidikan, menyampaikan sebuah pesan terakhir agar
bisa hidup sukses semuda mungkin. Pertama, sesuai dengan tujuan
pendidikan, saya sampaikan sampai kapanpun Tuhan akan tetap ada, Dia
pengendali dan pemberi kemudahan dalam segala urusan. Untuk itu, dasar
karakter yang harus dimiliki adalah harus menjadi orang-orang yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan, minimalnya ditandai dengan selalu berpikir
positif pada setiap keadaan dengan membiasakan membangun harapan-harapan
baik kepada Tuhan dengan disiplin berdoa setiap hari sesuai keyakinan, bagi
muslim shalat lima waktu dan dhuha 12 rakaat. Kedua, karakter baik
yang harus adalah menjadi pribadi yang menghargai ilmu pengetahuan sebagai
kebutuhan untuk memenuhi nutrisi otak. Membaca harus menjadi kegiatan
mempribadi dan berlaku sepanjang hayat, karena semua yang berhasil
diciptakan manusia dasarnya dari pengetahuan. Ketiga, karakter
dermawan harus benar-benar jadi mindset pada saat mau melakukan kegiatan
apapun di muka bumi ini. Karakter dermawan adalah prilaku pemberkah yang
bisa mendatangkan berbagai macam kebaikan dalam kehdiupan sesama manusia di
seluruh dunia. Dalam posisi apapun kedermawanan menjadi karakter yang sangat
dinanti-nantikan oleh semua orang pada kita menempati sebuah peran.
Keempat, karakter sebagai seorang entrepreneur adalah modal bagi
setiap orang agar bisa menghadapi segala permasalahan dalam kehidupan.
Seorang entrepreneur tidak pernah tergantung pada sesuatu atau seseorang.
Seorang entrepreneur akan selalu kreatif berusaha mencari jalan keluar.
Satu-satunya sikap ketergantungan bagi seorang entrepreneur hanya kepada
Tuhan Yang Ghaib. Kelima, mental ivestor harus benar-benar menjadi
bagian dari pola hidup sehari-hari. Setiap tindakan harus menjadi investasi
hidup di masa mendatang hingga kehidupan setelah kematian. Mental-mental
kreditor harus diminimalisir untuk menghindari perbudakkan dalam segala
aspek kehidupan.
No comments:
Post a Comment