OLEH: TOTO SUHARYA
Melihat cara-cara
pendidikan yang selama ini kita lakukan, tidak ada salahnya pendapat-pendapat
dari para pengkritik bahwa “pendidikan memang bisa jadi penyebab kemiskinan”.
Para pengkritik mengatakan dari sejarahnya sekolah didirikan bertujuan untuk
membuat orang berkuasa tetap berkuasa. Sekolah hanya mengajarkan kepada
orang-orang agar memiliki pemikiran sama, dan setelah itu mereka mudah
dikendalikan. Sekolah mengajarkan bagaimana seseorang harus mengikuti langkah demi
langkah yang telah mereka tentukan sehingga hidup seseorang seumur-umur
mengikuti apa yang telah diperintahkan. Sekolah adalah penjajahan pikiran yang
dilembagakan melalui lembaga formal. Sekolah terkadang menjadi tidak
memerdekakan, tetapi sekolah mewariskan kebodohan turun-turun dan dilabel
dengan surat tanda tamat belajar, sehingga belajarnya tamat.
Perkembangan teknologi
informasi telah mengubah cara berpikir dunia. Cara berpikir linier mengikuti
langkah-langkah formal tidak lagi menjanjikan dapat memuaskan tujuan hidup
seseorang. Jika dulu sekolah mengajarkan siswa untuk menghidari risiko,
sekarang siswa harus diajarkan untuk berani menghadapi risiko dengan
banyak-banyak mencoba. Situasi berubah, melalui bantuan teknologi informasi
modal hidup sekarang hanya tinggal berani mencoba, karena risiko besar yang
dihadapi bukan lagi kehilangan aset tetapi kehilangan waktu untuk cepat
melakukan perubahan. Semua orang didorong untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
kelas dunia, tetapi ada fakta kesuksesan bisa datang dari orang yang hanya
kuliah di ruko.
Perkembangan teknologi
informasi telah membuka pemikiran-pemikiran dan fakta-fakta baru, bahwa
sekolah, kampus tidak menjadi sebab tunggal kesuksesan seseorang. Sekolah dan
kampus selama ini tidak ubahnya seperti lembaga pembuat surat izin mengemudi
hanya menjadi syarat adminsitratif seseorang untuk melakukan sesuatu memasuki
dunia kerja formal. Sementara ada pekerjaan yang tidak membutuhkan syarat
pendidikan formal yaitu menjadi pengusaha atau investor tidak serius diajarkan
di lembaga pendidikan. Pendidikan kita yang meniru gaya negara-negara maju
yaitu melahirkan masyarakat saintifk telah gagal, karena para saintis sampai
saat ini tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi di
Indonesia. Pendidikan yang bertujuan melahirkan saintis hanya cocok di
negara-negara dengan sumberdaya alam yang miskin.
Cara berpikir linier
kurang cocok untuk diajarkan di Indonesia. Rhenald Kasali menjelaskan pendekatan
berpikir eksponensial adalah cara berpikir imajinatif, berpikir yang sangat
dinamis seperti main ping pong. “Think make difference, it’s not just make
better”, itulah cara berpikir eksponensial. Untuk melakukan perubahan, semuanya
harus dari nol, dengan membuat perubahan radikal, radikal solution, radikal
teknologi, radikal education. “Kita tidak mau melakukan hal-hal yang mudah,
karena dengan melakukan hal-hal yang sulit sebuah bangsa akan berubah menjadi
bangsa yang hebat” (John F. Kennedy). Perubahan dapat dilakukan dengan
melakukan perubahan pada tujuan pendidikan dan cara-cara pembelajaran.
No comments:
Post a Comment