Thursday, April 16, 2020

SEKOLAH UNGGUL

Oleh: Toto Suharya
(Kepala Sekolah)

Saat ini sekolah unggul bukan dilihat dari kualitas lulusannya, tapi bagaimana lingkungan sekolah membentuknya. Pembentuk lingkungan sekolah adalah kepala sekolah, guru-guru dan seluruh perangkat sekolah yang berkarakter kerja unggul. Inilah inti dari pendidikan karakter yang akan menjadi faktor penyebab sekolah unggul.

“Saya melihat pendidikan dari aspek perekonomian, kenapa Korea dalam waktu 60 tahun bisa mencapai keberhasilan yang Eropa Barat bisa capai dalam waktu 300 tahun. Jepang melakukan pembangunan bangsanya dalam waktu 120 tahun ekuivalen dengan Eropa yang melakukannya 350 tahun.  What going on? Investment in human capital, dan kuncinya pendidikan. Urusan pendidikan bukan skill (keterampilan), tetapi karakter. Apa yang membuat Jepang dahsyat? Karakternya. Apa yang membuat Korea luar biasa? Karakternya. Karakter itu ada dua, karakter moral dan karakter kerja. Karakter moral adalah jujur, rendah hati, beriman, bertakwa, dan Karakter kerja adalah kerja keras, kerja tuntas, disiplin, ulet, tangguh, taat pada pimpinan, dll. Pendidikan adalah penumbuhan dua karakter itu”.  Demikian ringkasan diskusi Jaya Suprana dengan Anis Baswedan di Youtube. (https://www.youtube.com/watch?v=1tnMtxRUOOQ, 27/07/2018, diakses 17/04/2020).

Pada tahap pelaksanaan di lapangan pendidikan karakter masih ambigu. Pendidikan karakter masih terjebak pada pengajaran berbasis materi. Pembelajaran masih cenderung pada target penyampaian materi ajar. Sedangkan pengajaran karakter masih sebatas konsep ditataran pengetahuan. Bahkan pendidikan karakter diajarkan dalam bentuk pengetahuan tidak turun sampai pada tindakan. Padahal pendidikan karakter bersumber dari apa yang dilakukan kepala sekolah dan guru-guru. Mengajar karakter berangkat dari kompetensi kepribadian orang-orang dewasa di sekolah. Namun bertahun-tahun pendidikan karakter yang kita gaungkan sebatas informasi konseptual dan prakteknya belum jadi kenyataan.

Merujuk dua konsep dasar pendidikan karakter yang diajukan oleh Anies Baswedan, prakteknya yang harus dilakukan para pendidik di sekolah adalah memperlihatkan karakter kerja unggul, seperti disiplin, kerja keras, ulet, tekun, pantang putus asa, pantang mengeluh, dan sabar dalam melaksanakan tugas. Karakter kerja unggul harus dikondisikan di sekolah di bawah kepemimpinan kepala sekolah. Kontrol dari pelaksanaan pengajaran karakter adalah data kedisiplinan kehadiran pendidik di sekolah, kehadiran di kelas, ketekunan melayani dan membantu anak-anak dalam pembelajaran serta ketercapaian seluruh prosedur kerja minimal pendidik.

Karakter kerja unggul para pendidik kemudian dimplementasikan kepada peserta didik di kelas dalam pembelajaran. Tugas berat dalam mengajar karakter adalah menjaga karakter kerja unggul terjadi karena setiap hari akan dilihat dan dirasakan oleh siswa. Melaksanakan karakter kerja unggul yang bisa diteladani anak-anak pada prakteknya seperti menghadapi perang badar. Pengalaman penulis, untuk disiplin sampai di sekolah jam 6.30, setiap hari harus bangun subuh sekitar jam 03.30 WIB. Juru masak di keluarga (istri) sudah bangun sejak jam 02.30. WIB. agar makan pagi (sahur) sudah tersedia sebelum adzan berkumandang.

Setiap pagi, alarm tubuh harus sudah biasa terbangun jam 03.30. Mandi dan berpakaian harus sudah siap sebelum adzan subuh berkumandang. Setelah berkemas dan berpakaian rapi dilanjut makan sahur (sarapan). Ketika adzan berkumandang semua sudah beres tinggal shalat subuh berjamaah di masjid. Setelah selesai shalat dan dzikir sebentar harus segera kembali ke rumah, untuk segera berangkat ke sekolah. Alarm jam tangan sudah disetting jam 05.00 tepat. Pada jam 05 tepat semua perlengkapan harus sudah di mobil, sepatu sudah di semir mengkilat, dan sudah duduk di belakang setir.

Tepat jam 05.00 mesin mobil sudah menyala lembut, gerbang dibuka, salam perpisahan dengan keluarga dan tancap gas. Kecepatan harus konstan tidak boleh kurang dari 60 km per jam. Lama perjalanan sudah diperkirakan 1,5 jam. Dengan kecepatan konstan mobil akan tiba di sekolah jam 6.30 lebih atau kurang sedikit. Jika di jalan ada antrian truk gandengan yang jalannya merayap, maka mengemudi harus sedikit ugal-ugalan untuk menyalip truk gandengan karena jalannya seperti siput. Sekali-kali dapat makian dari pengendara berlawanan arah karena dianggap mengambil hak jalan mereka, padahal kondisi sudah dengan penuh perhitungan.

Demikian sedikit gambaran demi memperjuangkan terlaksananya pengajaran karakter di sekolah, kita harus kerja keras penuh perjuangan. Masalah terbesar dalam mengajar karakter adalah rasa malas. Untuk itu optimisme harus selalu terjaga. Motivasi spiritual dalam hal ini selalu menjadi faktor penentu agar kita bisa strong menghadapi segala hambatan alam dan pola pikir negatif yang kadang menyelinap ke dalam hati dan pikiran. Masalah terberat lain dalam mengajar karakter adalah menjaga konsistensi. Lingkungan alam, lingkungan sosial, sekolah, selalu menjadi ancaman yang tidak akan pernah berhenti dan sewaktu-waktu bisa menggagalkan pengajaran karakter yang kita perjuangan.

Maka untuk terlaksananya pengajaran karakter harus dibangun kekompakkan dan kesadaran bersama seluruh warga sekolah untuk menerapkan karakter kerja unggul. Satu dua orang warga sekolah yang tidak komit terhadap pembentukkan karakter kerja unggul, maka akan jadi cela di mata siswa dan memunculkan bibit kegagalan dalam pengajaran karakter. Pengajaran karakter, keberhasilannya sangat tergantung pada kondisi, lingkungan dan warga sekolah yang berkarakter kerja unggul. Wallahu’alam.

(Penulis Head Master Trainer)

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...