Saturday, December 19, 2020

MENCETAK AHLI SAHAM DI SEKOLAH

OLEH: TOTO SUHARYA

Apa yang ada dalam pikiran anda ketika mendengar kata saham? Awalnya mungkin berpikiran seperti saya, “saham adalah semacam permainan seperti judi”. Pemikiran ini saya miliki mungkin 10 tahun yang lalu, ketika tidak begitu mengenal apa itu saham, padahal diajarkan di sekolah pada mata pelajaran ekonomi. Saya ingat, dulu guru ekonomi mengajak murid-murid studi langsung ke Bursa Efek di Jakarta. Dulu, saya termasuk siswa yang tidak pernah ikut kunjungan tersebut. Penyebabnya karena pengetahuan saya tentang saham sangat minim dan akibatnya tidak sedikit pun menaruh perhatian pada saham.  Pada saat itu dipikiran terlintas pula bahwa saham adalah mainan orang-orang berduit dan sangat tidak cocok dengan orang yang hanya punya uang recehan.

Pernah terbersit ingin mengerti apa itu saham, dan apa arti dari deretan angka-angka yang selalu bergerak dan berubah-ubah setiap saat. Namun kesempatan untuk belajar saham tidak pernah terjadi karena sedikit sekali orang yang mengerti. Saya membutuhkan orang yang bisa mengajarkan saham dengan mudah dan bisa langsung dimengerti oleh akal sederhana.

Keinginan itu terjadi secara tidak sengaja. Pada bulan Maret 2020 serangan wabah virus Corona terjadi sangat cepat. Sekolah tiba-tiba dibubarkan, dan pembelajaran harus dilakukan melalui jarak jauh karena tidak boleh ada kerumunan. Penyakit virus Corona menyebar jika ada kerumunan. Guru-guru dan siswa harus bergantung pada internet dan teknologi informasi. Setiap hari guru dan siswa duduk di meja menggunakan smart phone atau laptop melakukan pembelajaran daring dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam guru masih melayani siswa belajar.

Suatu hari saya melihat berita di media sosial, para karyawan menangis masal karena perusahan tempat bekerja terpaksa melakukan PHK, akibat dari larangan pemerintah berbelanja guna menghindari kerumunan. Di satu sisi saya menyaksikan orang bekerja dari rumah, tanpa ke mana-mana dengan penghasilan 32 juta per bulan. Ada Corona tidak ada Corona bagi orang ini tidak ada masalah, karena mereka bekerja menggunakan teknologi informasi dari jarak jauh dan tetap tinggal di rumah.

Saya melihat ketika pandemi Corona terjadi, orang-orang yang sudah kerja puluhan tahun sangat terpukul karena terancam tak berpenghasilan. Tabungan kosong, investasi tidak punya. Lalu saya berpikir, apa yang harus diajarkan di sekolah agar murid-murid dibekali kemampuan untuk mengelola aset agar hidupnya bisa tetap sejahtera dan lebih sejahtera sekalipun situasi bencana. Hampir 70% lulusan SMA tidak bisa melanjutkan kuliah karena masalah biaya. Lalu mereka terjun ke dunia kerja, padahal mereka dipersiapkan untuk melanjutkan kuliah.

Lulusan SMA terjun ke dunia kerja hanya menghasilkan uang cukup makan dan minum. Paling bagus bisa kredit motor dan nilai aset terus berkurang seiring usia motor tersebut bertambah. Berpuluh-puluh tahun kerja tidak pernah menambah sejahtera, karena tidak ada investasi untuk masa depan. Dari situ saya berpikir untuk mencari tahu tentang saham. Melalui media sosial, saya menelusuri tentang cara berinvestasi di saham. Informasinya sangat banyak tersedia.

Saya menemukan penjelasan dari beberapa investor yang menawarkan investasi saham dengan uang receh. Ternyata saham di era digital sudah tidak seperti dulu. Saham kini sudah bisa diakses dari gadget dengan aplikasi. Uang yang dibutuhkan untuk investasi pun hanya butuh puluhan ribu saja. Saham yang tadinya hanya bisa dibeli kalangan berduit, kini bisa dimiliki oleh rakyat dengan penghasilan kecil dan pas-pasan.

Saya mencari aplikasi dan mempelajari cara mengoperasikannya di media sosial. Dua hari dua malam saya tekun mempelajari dan berhasil mendaftar menjadi investor saham pada sebuah aplikasi tanpa harus mendatangi kantor broker saham. Semua pendaftaran langsung dari rumah melalui gadget. Pertama kali membeli saham dengan modal 500 ribu, membeli saham bank milik pemerintah daerah Jawa Barat dan perusahaan telekomunikasi terbesar milik negara. Saya merasakan sensasi bahagia, percaya diri, ketika sudah memiliki beberapa lot saham dalam portofolio di aplikasi. Saya naikan investasi sampai lima juta. Niat saya menabung, tetapi ketika melihat keuntungan jutaan saya mencoba menjualnya kembali dan merasakaan sensasi untung jutaan dari saham.

Semangat untuk belajar dan nabung saham semakin tinggi, ketika mendapat penjelasan dari kuliah master saham Indonesia, mengabarkan bahwa saham adalah investasi aman. Saham adalah investasi jangka panjang yang menjanjikan kapital berlipat dan penghasilan passive income. Beliau sangat menyayangkan tidak banyak orang Indonesia yang tertarik investasi di saham. Kata dia, “harta karun bukan ada di laut dan gunung, tetapi di bursa saham”, Kekayaaan alam kita yang kaya tidak akan bisa dieksplorasi tanpa modal. Jadi dengan mengajarkan investasi saham pada dasarnya kita sedang berusaha memberi peluang kepada negara untuk mengolah harta karun yang kita miliki di laut dan gunung. Jika penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta memilih nabung di saham dapat dibayangkan puluhan ribu triliun dapat dikumpulkan untuk mengelola harta karun kekayaan alam kita untuk kesejahteraan rakyat.

Berinvestasi saham bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi ada efek untuk kepentingan negara dan kesejahteraan rakyat. Dengan berinvestasi saham di bank-bank milik pemerintah, kita sedang membantu ekonomi kecil menengah yang mendapat pinjaman dari bank-bank pemerintah. Atas dasar inilah investasi, menabung saham, menjadi hal penting untuk diajarkan di sekolah agar lebih banyak orang Indonesia mengenal dan memahami manfaat berinvestasi saham bukan saja untuk dirinya tetapi untuk kepentingan negara. Saya bertekad mencetak analis-analis saham sejak di sekolah agar kelak mereka menjadi pelaku investasi sekaligus penunjang kekuatan ekonomi negara. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...