Thursday, December 10, 2020

PETA JALAN PENDIDIKAN

OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris AKSI/KACI)

Tulisan ini menjelaskan laporan singkat dari peta jalan pendidikan yang dirancang oleh kemdikbud. Latar belakang kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama Indonesia akan menentukan peta jalan pendidikan Indonesia ke depan. Kemdikbud memetakan pada tahun 2030, PDB Indonesia mengalami pertumbuhan berdasar pada aspek layanan, terutama pada bidang logistik, komumikasi, dan tranpsortasi. Pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan pendapatan dari golongan bawah ke golongan menengah sekitar 70%. Populasi penduduk kurang lebih 67% ada di perkotaan, dan akan mendapat bonus demografi ditandai dengan jumlah kelompok umur produktif yang mencapai puncaknya pada tahun itu.

Situasi politik Indonesia diprediksi lebih baik dibanding negara Vietnam dan Thailand. Penduduk Indonesia diprediksi pada tahun 2030 sudah 73% mengakses internet. Akibat perkembangan teknologi akan tercipta pekerjaan-pekerjaan baru pada bidang pertanian dan pertambangan. Kurang lebih  1,8 juta pada bidang grosir, retail 2,3 juta, dan pada bidang industri 1,4 juta pekerjaan baru tercipta. Untuk menghadapinya kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh perserta didik adalah membaca, menulis, mendengar, komunikasi interaktif, dan keterampilan memanfaatkan teknologi informasi. Bidang kontruksi, transportasi, pariwisata, dan retail menghadirkan pekerjaan terbanyak di masa mendatang sekitar 62%.

Atas dasar itu peta Pendidikan Indonesia di tahun 2030-2045, mengarah pada penyiapan sumber daya terampil dilandasi dengan kemampuan membaca, menulis, bernalar tinggi, berkomunikasi, dan berkemampuan TI. Untuk itu, dari saat ini harus dipersiapkan peta jalan pendidikan yang mengarah pada kondisi sosiologis masyarakat di atas.  

Beberapa faktor pendukung tersedianya masyarakat kompeten dan sejahtera di masa mendatang adalah tingginya angka partisifasi sekolah, pembelajaran berkualitas, dan pemerataan kualitas pendidikan di jenjang pra sekolah, dasar, menengah, vokasi, dan perguruan tinggi. Pendidikan pra sekolah dan pendidikan tinggi perlu ditingkatkan angka partisifasinya. Permasalahan partisifasi terletak pada peningkatan kesadaran persepsi orang tua tentang pendidikan dan meningkatkan akses pendidikan pra sekolah dan perguruan tinggi di berbagai daerah.

Selanjutnya berdasar pada hasil tes PISA, kondisi siswa Indonesia mengalami kelemahan di kompetensi membaca 70%, matematika 71%, sains 60%, dan pola pikir. Anak-anak Indonesia masih takut gagal, kurang motivasi belajar, dan tidak memiliki keyakinan pada pendidikan sebagai faktor terpenting dalam mewujudkan kesejahteraan. Inilah tantangan besar dunia pendidikan ke depan yang harus dipetakan solusinya dari sekarang.

Hasil pendidikan dasar dan menengah kurang memadai karena rendahnya kualitas guru, infrastruktur dan kesenjangan pada pemerintahan. Pembelajaran kurang fokus pada karakter dan tidak menyenangkan. Pembelajaran kurang melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kompetensi guru berada pada grade 52 dari skala tertinggi 100. Sekolah 43% tidak akses internet, dan 20% tidak memiliki perpustakaan produktif.

Kemampuan siswa dalam berkomunikasi masih rendah, rata-rata kata yang dikemukakan guru dan siswa dibanding dengan negara lain masih rendah yaitu 3,243  kata untuk guru dan 509 kata untuk siswa. Negara lain berada di rata-rata 5000 kata lebih untuk guru dan 600 kata lebih untuk siswa. Guru paruh waktu bergaji rendah, pelatihan-pelatihan guru kurang, profesi guru tidak menarik sehingga sulit merekrut SDM berkualitas. Kondisi geografis menyulitkan mobilisasi guru dan terbatasnya pendirian sekolah baru, karena jumlah penduduk tersebar diberbagai lokasi. Kontribusi swasta dalam sektor pendidikan masih sangat rendah.

Maka fokus utama peta jalan pendidikan ke depan adalah ada dipeningkatan kualitas profesi guru untuk menciptakan pembelajaran bermutu yang mengacu pada kompetensi membaca, numerasi, mendengar, berkomunikasi, bernalar tingkat tinggi, dan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang kemampuan bertahan hidup siswa di era global. Pembelajaran harus menyenangkan dan mendorong semua siswa menjadi pembelajar dengan menjadikan guru sebagai living kurikulum yang mampu beradaftasi sesuai dengan substansi dan kontek kebutuhan zaman. Guru adalah ruhnya bangsa sepanjang masa, yang harus terus mendapat prioritas perhatian dalam peta jalan pendidikan Indonesia sebagai upaya menjaga mutu pendidikan berkelanjutan. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...