OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris AKSI/KACI)
Tulisan ini menjelaskan
laporan singkat dari peta jalan pendidikan yang dirancang oleh kemdikbud. Latar
belakang kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama Indonesia akan
menentukan peta jalan pendidikan Indonesia ke depan. Kemdikbud memetakan pada
tahun 2030, PDB Indonesia mengalami pertumbuhan berdasar pada aspek layanan,
terutama pada bidang logistik, komumikasi, dan tranpsortasi. Pada tahun 2030
akan terjadi peningkatan pendapatan dari golongan bawah ke golongan menengah sekitar
70%. Populasi penduduk kurang lebih 67% ada di perkotaan, dan akan mendapat
bonus demografi ditandai dengan jumlah kelompok umur produktif yang mencapai
puncaknya pada tahun itu.
Situasi politik Indonesia diprediksi
lebih baik dibanding negara Vietnam dan Thailand. Penduduk Indonesia diprediksi
pada tahun 2030 sudah 73% mengakses internet. Akibat perkembangan teknologi
akan tercipta pekerjaan-pekerjaan baru pada bidang pertanian dan pertambangan.
Kurang lebih 1,8 juta pada bidang grosir,
retail 2,3 juta, dan pada bidang industri 1,4 juta pekerjaan baru tercipta. Untuk
menghadapinya kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh perserta didik adalah
membaca, menulis, mendengar, komunikasi interaktif, dan keterampilan memanfaatkan
teknologi informasi. Bidang kontruksi, transportasi, pariwisata, dan retail
menghadirkan pekerjaan terbanyak di masa mendatang sekitar 62%.
Atas dasar itu peta Pendidikan
Indonesia di tahun 2030-2045, mengarah pada penyiapan sumber daya terampil
dilandasi dengan kemampuan membaca, menulis, bernalar tinggi, berkomunikasi,
dan berkemampuan TI. Untuk itu, dari saat ini harus dipersiapkan peta jalan
pendidikan yang mengarah pada kondisi sosiologis masyarakat di atas.
Beberapa faktor pendukung tersedianya masyarakat kompeten dan sejahtera di masa mendatang adalah tingginya angka partisifasi sekolah, pembelajaran berkualitas, dan pemerataan kualitas pendidikan di jenjang pra sekolah, dasar, menengah, vokasi, dan perguruan tinggi. Pendidikan pra sekolah dan pendidikan tinggi perlu ditingkatkan angka partisifasinya. Permasalahan partisifasi terletak pada peningkatan kesadaran persepsi orang tua tentang pendidikan dan meningkatkan akses pendidikan pra sekolah dan perguruan tinggi di berbagai daerah.
Selanjutnya berdasar pada
hasil tes PISA, kondisi siswa Indonesia mengalami kelemahan di kompetensi
membaca 70%, matematika 71%, sains 60%, dan pola pikir. Anak-anak Indonesia
masih takut gagal, kurang motivasi belajar, dan tidak memiliki keyakinan pada
pendidikan sebagai faktor terpenting dalam mewujudkan kesejahteraan. Inilah
tantangan besar dunia pendidikan ke depan yang harus dipetakan solusinya dari
sekarang.
Hasil pendidikan dasar dan
menengah kurang memadai karena rendahnya kualitas guru, infrastruktur dan
kesenjangan pada pemerintahan. Pembelajaran kurang fokus pada karakter dan
tidak menyenangkan. Pembelajaran kurang melatih kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Kompetensi guru berada pada grade 52 dari skala tertinggi 100. Sekolah
43% tidak akses internet, dan 20% tidak memiliki perpustakaan produktif.
Kemampuan siswa dalam
berkomunikasi masih rendah, rata-rata kata yang dikemukakan guru dan siswa
dibanding dengan negara lain masih rendah yaitu 3,243 kata untuk guru dan 509 kata untuk siswa. Negara
lain berada di rata-rata 5000 kata lebih untuk guru dan 600 kata lebih untuk siswa.
Guru paruh waktu bergaji rendah, pelatihan-pelatihan guru kurang, profesi guru
tidak menarik sehingga sulit merekrut SDM berkualitas. Kondisi geografis
menyulitkan mobilisasi guru dan terbatasnya pendirian sekolah baru, karena
jumlah penduduk tersebar diberbagai lokasi. Kontribusi swasta dalam sektor
pendidikan masih sangat rendah.
Maka fokus utama peta jalan pendidikan
ke depan adalah ada dipeningkatan kualitas profesi guru untuk menciptakan
pembelajaran bermutu yang mengacu pada kompetensi membaca, numerasi, mendengar,
berkomunikasi, bernalar tingkat tinggi, dan kemampuan memanfaatkan teknologi
informasi untuk menunjang kemampuan bertahan hidup siswa di era global.
Pembelajaran harus menyenangkan dan mendorong semua siswa menjadi pembelajar
dengan menjadikan guru sebagai living kurikulum yang mampu beradaftasi
sesuai dengan substansi dan kontek kebutuhan zaman. Guru adalah ruhnya bangsa
sepanjang masa, yang harus terus mendapat prioritas perhatian dalam peta jalan
pendidikan Indonesia sebagai upaya menjaga mutu pendidikan berkelanjutan.
Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment