OLEH: TOTO SUHARYA
Hasil survey PISA dari
tahun 2000 perolehan skor membaca siswa Indonesia 371, dan terakhir survey PISA
tahun 2018 adalah 371. Data ini menjadi alasan penyataan Mendikbud Nadim Anwar
Makarim pendidikan Indonesia selama 18 tahun jalan ditempat. Pak Menteri tidak sedang
merendahkan kualitas pendidikan kita, tetapi memang faktanya demikian. Situasi
pandemi ikut memperparah kualitas pendidikan kita, karena ditemukan kurang
lebih 50% siswa Indonesia mengalami learning loss. Faktor penunjang dari learning
loss adalah kualitas pembelajaran di kelas (daring), kemampuan akses internet,
dan penurunan motivasi belajar siswa.
Situasi pandemi yang
belum berakhir turut menunjang terhadap kekhawatiran semua pihak. Pembelajaran
Tatap Muka Terbatas (PTMT) 50% hingga 100% yang diujicobakan mengalami
kegagalan karena varian virus Covid-19 masih menjadi hantu yang menakutkan. Siswa
teridentifikasi terjangkit virus Covid-19 varian omicron dan memaksa kembali
pembelajaran harus dilakukan secara daring.
Situasi belum dapat
diprediksi kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Namun kita harus sadar
bahwa masalah esensial kualitas pendidikan bukan terletak pada kapan akan
berakhir pandemi, tetapi bagaimana kita mengubah cara mengajar kita di kelas
agar kualitas pembelajaran benar-benar berkualitas. Dari hasil supervisi pembelajaran
on line, kita memang kita harus kerja keras mengubah paradigma guru dalam
mengemas pembelajaran berkualitas. Guru-guru harus terus diberi pemahaman bahwa
rendahkan kemampuan membaca siswa-siswi kita adalah produk dari pembelajaran
yang selama ini kita lakukan. Pembelajaran masih bersifat teacher center, selama
pembelajaran aktivitas siswa sangat minim. Sedikit sekali siswa yang bertanya,
dan selama pembelajaran siswa cenderung pasif.
Merdeka belajar memang
jargon yang harus didengungkan terus untuk mendorong guru-guru melakukan inovasi
pembelajaran. Faktor utama yang harus diperbaiki dalam pembelajaran, bagaimana
mengajarkan dan meningkatkan minat baca siswa, serta melatih kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Dalam hal ini guru-guru perlu bimbingan serius dari orang-orang
yang benar-benar pengalaman dan ahlinya dalam menerapkan metode-metode
pembelajaran HOTS. Guru perlu diberi pemahaman serius bahwa mengajar dengan
metode LOTS sudah sangat ketinggalan zaman.
Saat ini berbagai macam pengetahuan sudah bisa diakses langsung oleh siswa melalui internet dengan mengunjungi situs jurnal, youtube, dan blog. Apapun materi belajarnya, internet selalu menyajikan materi tersebut dalam jumlah jutaan. Jika saja siswa kita punya motivasi tinggi dalam belajar, dan secara mandiri mau menelusuri berbagai macam kompetensi dan pengetahuan di Internet, pembelajaran di sekolah bisa jadi yang sangat sekunder. Banjirnya informasi di internet, akan menggeser fungsi sekolah hanya sebatas lembaga formal pemberi keterangan bahwa siswa telah tamat belajar. Sementara proses pembelajaran sangat dominan tergantung pada motivasi dan rasa ingin tahun siswa terhadap materi yang ingin dipelajari dan bisa diakses di internet sendiri.
Paradigma pembelajaran di
sekolah sekarang bukan lagi sebagai penyampai pengetahuan, tetapi sebagai pembimbing
informasi-informasi mana yang esesnsial dan kontektual bermanfaat bagi
kesuksesan siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Soal-soal ujian yang
disajikan oleh PISA, menjadi contoh yang patut ditiru dan dikembangkan menjadi
sebuah pembelajaran menarik dan melatih literasi, numerasi, serta mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Jika seluruh guru dari berbagai mata
pelajaran sudah memiliki kemampuan ini, tidak menutup kemungkinan kualitas
pembelajaran dan kemampuan berpikir siswa dapat itingkatkan. Dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi tidak menutup kemungkinan akan lahir generasi mendatang
yang bukan hanya terampil bekerja tetapi menjadi pencipta pekerjaan dan penyelesai
masalah-masalah bangsa.
Supervisi pembelajaran
yang menjadi tugas pokok para pemimpin sekolah adalah tugas wajib yang harus
dilakukan untuk mengawal apa yang terjadi di kelas ketika guru beinteraksi
dengan siswa. Tugas kepala sekolah melebihi tugas presiden dan menteri, karena
kualitas bangsa ada dipundak para pemimpin pembelajaran di sekolah. Dalam
situasi pandemi saat ini, masalahnya tidak lagi terletak pada metode belajar on
line atau tatap muka, tetapi memastikan bahwa setiap interaksi guru dengan siswa
harus mengajarkan kemampuan berpikir dengan materi-materi ajar esensial hasil
seleksi ketat agar seluruh relung memori siswa di isi dengan
pengetahuan-pengetahuan berkualitas dan bermanfaat bagi kehidupan.
No comments:
Post a Comment