Tuesday, February 22, 2022

SUPERVISI ON THE LINE

OLEH: TOTO SUHARYA

Hasil survey PISA dari tahun 2000 perolehan skor membaca siswa Indonesia 371, dan terakhir survey PISA tahun 2018 adalah 371. Data ini menjadi alasan penyataan Mendikbud Nadim Anwar Makarim pendidikan Indonesia selama 18 tahun jalan ditempat. Pak Menteri tidak sedang merendahkan kualitas pendidikan kita, tetapi memang faktanya demikian. Situasi pandemi ikut memperparah kualitas pendidikan kita, karena ditemukan kurang lebih 50% siswa Indonesia mengalami learning loss. Faktor penunjang dari learning loss adalah kualitas pembelajaran di kelas (daring), kemampuan akses internet, dan penurunan motivasi belajar siswa.   

Situasi pandemi yang belum berakhir turut menunjang terhadap kekhawatiran semua pihak. Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) 50% hingga 100% yang diujicobakan mengalami kegagalan karena varian virus Covid-19 masih menjadi hantu yang menakutkan. Siswa teridentifikasi terjangkit virus Covid-19 varian omicron dan memaksa kembali pembelajaran harus dilakukan secara daring.  

Situasi belum dapat diprediksi kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Namun kita harus sadar bahwa masalah esensial kualitas pendidikan bukan terletak pada kapan akan berakhir pandemi, tetapi bagaimana kita mengubah cara mengajar kita di kelas agar kualitas pembelajaran benar-benar berkualitas. Dari hasil supervisi pembelajaran on line, kita memang kita harus kerja keras mengubah paradigma guru dalam mengemas pembelajaran berkualitas. Guru-guru harus terus diberi pemahaman bahwa rendahkan kemampuan membaca siswa-siswi kita adalah produk dari pembelajaran yang selama ini kita lakukan. Pembelajaran masih bersifat teacher center, selama pembelajaran aktivitas siswa sangat minim. Sedikit sekali siswa yang bertanya, dan selama pembelajaran siswa cenderung pasif.

Merdeka belajar memang jargon yang harus didengungkan terus untuk mendorong guru-guru melakukan inovasi pembelajaran. Faktor utama yang harus diperbaiki dalam pembelajaran, bagaimana mengajarkan dan meningkatkan minat baca siswa, serta melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam hal ini guru-guru perlu bimbingan serius dari orang-orang yang benar-benar pengalaman dan ahlinya dalam menerapkan metode-metode pembelajaran HOTS. Guru perlu diberi pemahaman serius bahwa mengajar dengan metode LOTS sudah sangat ketinggalan zaman.

Saat ini berbagai macam pengetahuan sudah bisa diakses langsung oleh siswa melalui internet dengan mengunjungi situs jurnal, youtube, dan blog. Apapun materi belajarnya, internet selalu menyajikan materi tersebut dalam jumlah jutaan. Jika saja siswa kita punya motivasi tinggi dalam belajar, dan secara mandiri mau menelusuri berbagai macam kompetensi dan pengetahuan di Internet, pembelajaran di sekolah bisa jadi yang sangat sekunder.  Banjirnya informasi di internet, akan menggeser fungsi sekolah hanya sebatas lembaga formal pemberi keterangan bahwa siswa telah tamat belajar. Sementara proses pembelajaran sangat dominan tergantung pada motivasi dan rasa ingin tahun siswa terhadap materi yang ingin dipelajari dan bisa diakses di internet sendiri.

Paradigma pembelajaran di sekolah sekarang bukan lagi sebagai penyampai pengetahuan, tetapi sebagai pembimbing informasi-informasi mana yang esesnsial dan kontektual bermanfaat bagi kesuksesan siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Soal-soal ujian yang disajikan oleh PISA, menjadi contoh yang patut ditiru dan dikembangkan menjadi sebuah pembelajaran menarik dan melatih literasi, numerasi, serta mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Jika seluruh guru dari berbagai mata pelajaran sudah memiliki kemampuan ini, tidak menutup kemungkinan kualitas pembelajaran dan kemampuan berpikir siswa dapat itingkatkan. Dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak menutup kemungkinan akan lahir generasi mendatang yang bukan hanya terampil bekerja tetapi menjadi pencipta pekerjaan dan penyelesai masalah-masalah bangsa.

Supervisi pembelajaran yang menjadi tugas pokok para pemimpin sekolah adalah tugas wajib yang harus dilakukan untuk mengawal apa yang terjadi di kelas ketika guru beinteraksi dengan siswa. Tugas kepala sekolah melebihi tugas presiden dan menteri, karena kualitas bangsa ada dipundak para pemimpin pembelajaran di sekolah. Dalam situasi pandemi saat ini, masalahnya tidak lagi terletak pada metode belajar on line atau tatap muka, tetapi memastikan bahwa setiap interaksi guru dengan siswa harus mengajarkan kemampuan berpikir dengan materi-materi ajar esensial hasil seleksi ketat agar seluruh relung memori siswa di isi dengan pengetahuan-pengetahuan berkualitas dan bermanfaat bagi kehidupan.

Seluruh isi tulisan ini merupakan relfleksi penulis setelah melakukan supervisi pembelajaran on the line. Semangat perubahan harus terus digelorakan, untuk memerdekakan guru-guru dari pola-pola pikir old mind. Guru-guru harus dimerdekakan dari ketergantungan pada buku paket yang sudah menjadi berhala pendidikan. Bukut paket sebagai berhala pendidikan telah mengabaikan  kebutuhan siswa dalam mengarungi derasnya badai perubahan zaman. Dosa besar bagi para pemimpin pembelajaran di sekolah jika tidak melakukan pengawalan terhadap pembelajaran di kelas. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...