Friday, December 25, 2020

PENDIDIKAN DAN TAKDIR TUHAN

 OLEH: TOTO SUHARYA

Salah satu unsur wajib keimanan seseorang adalah percaya kepada adanya takdir Tuhan. Seluruh hidup manusia tidak akan pernah lepas dari takdir Tuhan. Takdir adalah sebuah konsep yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Penting memahami konsep dan fakta tentang takdir Tuhan, karena ada kaitan dengan pendidikan.

“dan matahari (wasyamsu) berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah takdir (dalika takdirul) Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Yaasin, 36:38).

Jika kita lihat hubungan konsep pada ayat di atas, kata takdir menjelaskan kalimat sebelumnya “matahari berjalan di tempat peredaran”. Jika dihubungkan dapat ditarik sebuah pengertian maka takdir adalah ketetapan yang tidak mengalami perubahan, sebagaimana matahari berjalan di tempat peredaran. Berjuta-juta tahun matahari tetap berada dalam peredaran, itulah contoh nyata takdir Tuhan.

Dalam kehidupan manusia, Allah menetapkan takdir-takdir-Nya yang tidak mengalami perubahan, sebagaimana matahari berjalan di tempat peredarannya. Manusia dalam hidupnya mengalami jalan-jalan tempat peredarannya. Salah satunya kematian. Setiap makhluk akan beredar pada kematian. Takdir Allah pada kehidupan manusia bukan hanya kematian, tetapi ada dalam dinamika kehidupan sehari-hari.

Takdir Allah dalam kehidupan sehari hari adalah kesulitan dan kemudahan yang datang bergiliran silih berganti. Takdir ini Allah jelaskan di alam yaitu silih bergantinya malam dan siang. Demikian juga dalam hidup manusia akan terus terjadi silih berganti kegagalan dan keberhasilan. Siklus ini jika kita baca dengan pola sebab akibat maka kegagalan adalah sebab datangnya keberhasilan. Tidak ada manusia yang bisa keluar dari garis edar kegagalan dan keberhasilan, seperti beredarnya matahari, bulan, malam dan siang.

Tidaklah mungkin bagi matahari (lassyamsu yanbagilaha) mendapatkan bulan dan malam (walalllailu) pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (yaasin, 36:40).

Orang-orang yang tidak memahami takdir, selalu berusaha menghindari kesulitan dalam hidup, dan menghindari kegagalan demi mendapat kesuksesan. Padahal sebagai takdir Tuhan, kesulitan, kegagalan tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Namun demikian, kesulitan dan kegagalan cenderung ditakuti bahkan dibenci, padahal kesulitan dan kegagalan adalah garis edar manusia bahkan penyebab keberhasilan manusia. Menghindari kegagalan dan kesulitan sebenarnya tindakan bodoh dan sia-sia, karena kegagalan dan kesulitan tidak akan dapat dihindari seperti garis edar silih bergantinya malam dan siang. Jadi menghindari dan takut gagal atau kesulitan sama dengan kegagalan karena mengingkari takdir Tuhan.

Pendidikan yang mengajarkan bagaimana menghindari kegagalan sama dengan mengajarkan kegagalan. Pendidikan yang baik adalah mengajarkan agar murid-murid punya keberanian untuk gagal dan menghadapi kesulitan. Sekalipun dilakukan perencanaan, kegagalan dan kesulitan akan tetap ditemuinya. Perencanaan dibuat bukan untuk menghindari kegagalan atau mendapatkan keberhasilan. Perencanaan dibuat untuk membangun kesadaran bahwa perencanaan buruk akan melahirkan keburukan dan perencanaan baik akan menghasilkan kebaikan.

Melalui perencanaan manusia akan menyadari faktor apa yang menyebabkan kegagalan dan faktor apa yang menyebakan keberhasilan. Perencanaan adalah kesadaran manusia untuk mengetahui sebab dan akibat dari setiap kejadian untuk dijadikan pelajaran.

Jika demikian, setiap perencanaan harus diawali dengan niat baik. Rencana baik adalah sebaik-baiknya rencana, dan rencana buruk seburuk-buruknya rencana. Tidak ada rencana yang menjanjikan keberhasilan, karena keberhasilan ada dibalik kegagalan. Jadi untuk apa lama-lama dalam perencanaan, karena yang penting bagi manusia dan harus dimiliki oleh murid-murid adalah keberanian untuk melakukan apapun rencana baik yang direncanakannya. Murid-murid pemberanilah yang punya peluang untuk berhasil. Murid-murid yang berani gagal, berani melakukan, memiliki kelas satu tingkat di atas anak-anak cerdas yang diajari cara-cara panjang, berbelit-belit dalam merencanakan.

The courage to create adalah sebuah motto untuk membangun murid-murid pembelajar, karena pelajaran sejati hanya didapat dari kegagalan yang telah dilakukannya. Kun fayakun artinya create, lakukan, kerjakan, dan terus lakukan serta kerjakan lagi. Itulah pendidikan yang akan membuat anak-anak cerdas dan kreatif. Wallahu’alam.     

Saturday, December 19, 2020

MENCETAK AHLI SAHAM DI SEKOLAH

OLEH: TOTO SUHARYA

Apa yang ada dalam pikiran anda ketika mendengar kata saham? Awalnya mungkin berpikiran seperti saya, “saham adalah semacam permainan seperti judi”. Pemikiran ini saya miliki mungkin 10 tahun yang lalu, ketika tidak begitu mengenal apa itu saham, padahal diajarkan di sekolah pada mata pelajaran ekonomi. Saya ingat, dulu guru ekonomi mengajak murid-murid studi langsung ke Bursa Efek di Jakarta. Dulu, saya termasuk siswa yang tidak pernah ikut kunjungan tersebut. Penyebabnya karena pengetahuan saya tentang saham sangat minim dan akibatnya tidak sedikit pun menaruh perhatian pada saham.  Pada saat itu dipikiran terlintas pula bahwa saham adalah mainan orang-orang berduit dan sangat tidak cocok dengan orang yang hanya punya uang recehan.

Pernah terbersit ingin mengerti apa itu saham, dan apa arti dari deretan angka-angka yang selalu bergerak dan berubah-ubah setiap saat. Namun kesempatan untuk belajar saham tidak pernah terjadi karena sedikit sekali orang yang mengerti. Saya membutuhkan orang yang bisa mengajarkan saham dengan mudah dan bisa langsung dimengerti oleh akal sederhana.

Keinginan itu terjadi secara tidak sengaja. Pada bulan Maret 2020 serangan wabah virus Corona terjadi sangat cepat. Sekolah tiba-tiba dibubarkan, dan pembelajaran harus dilakukan melalui jarak jauh karena tidak boleh ada kerumunan. Penyakit virus Corona menyebar jika ada kerumunan. Guru-guru dan siswa harus bergantung pada internet dan teknologi informasi. Setiap hari guru dan siswa duduk di meja menggunakan smart phone atau laptop melakukan pembelajaran daring dari pagi sampai sore, bahkan sampai malam guru masih melayani siswa belajar.

Suatu hari saya melihat berita di media sosial, para karyawan menangis masal karena perusahan tempat bekerja terpaksa melakukan PHK, akibat dari larangan pemerintah berbelanja guna menghindari kerumunan. Di satu sisi saya menyaksikan orang bekerja dari rumah, tanpa ke mana-mana dengan penghasilan 32 juta per bulan. Ada Corona tidak ada Corona bagi orang ini tidak ada masalah, karena mereka bekerja menggunakan teknologi informasi dari jarak jauh dan tetap tinggal di rumah.

Saya melihat ketika pandemi Corona terjadi, orang-orang yang sudah kerja puluhan tahun sangat terpukul karena terancam tak berpenghasilan. Tabungan kosong, investasi tidak punya. Lalu saya berpikir, apa yang harus diajarkan di sekolah agar murid-murid dibekali kemampuan untuk mengelola aset agar hidupnya bisa tetap sejahtera dan lebih sejahtera sekalipun situasi bencana. Hampir 70% lulusan SMA tidak bisa melanjutkan kuliah karena masalah biaya. Lalu mereka terjun ke dunia kerja, padahal mereka dipersiapkan untuk melanjutkan kuliah.

Lulusan SMA terjun ke dunia kerja hanya menghasilkan uang cukup makan dan minum. Paling bagus bisa kredit motor dan nilai aset terus berkurang seiring usia motor tersebut bertambah. Berpuluh-puluh tahun kerja tidak pernah menambah sejahtera, karena tidak ada investasi untuk masa depan. Dari situ saya berpikir untuk mencari tahu tentang saham. Melalui media sosial, saya menelusuri tentang cara berinvestasi di saham. Informasinya sangat banyak tersedia.

Saya menemukan penjelasan dari beberapa investor yang menawarkan investasi saham dengan uang receh. Ternyata saham di era digital sudah tidak seperti dulu. Saham kini sudah bisa diakses dari gadget dengan aplikasi. Uang yang dibutuhkan untuk investasi pun hanya butuh puluhan ribu saja. Saham yang tadinya hanya bisa dibeli kalangan berduit, kini bisa dimiliki oleh rakyat dengan penghasilan kecil dan pas-pasan.

Saya mencari aplikasi dan mempelajari cara mengoperasikannya di media sosial. Dua hari dua malam saya tekun mempelajari dan berhasil mendaftar menjadi investor saham pada sebuah aplikasi tanpa harus mendatangi kantor broker saham. Semua pendaftaran langsung dari rumah melalui gadget. Pertama kali membeli saham dengan modal 500 ribu, membeli saham bank milik pemerintah daerah Jawa Barat dan perusahaan telekomunikasi terbesar milik negara. Saya merasakan sensasi bahagia, percaya diri, ketika sudah memiliki beberapa lot saham dalam portofolio di aplikasi. Saya naikan investasi sampai lima juta. Niat saya menabung, tetapi ketika melihat keuntungan jutaan saya mencoba menjualnya kembali dan merasakaan sensasi untung jutaan dari saham.

Semangat untuk belajar dan nabung saham semakin tinggi, ketika mendapat penjelasan dari kuliah master saham Indonesia, mengabarkan bahwa saham adalah investasi aman. Saham adalah investasi jangka panjang yang menjanjikan kapital berlipat dan penghasilan passive income. Beliau sangat menyayangkan tidak banyak orang Indonesia yang tertarik investasi di saham. Kata dia, “harta karun bukan ada di laut dan gunung, tetapi di bursa saham”, Kekayaaan alam kita yang kaya tidak akan bisa dieksplorasi tanpa modal. Jadi dengan mengajarkan investasi saham pada dasarnya kita sedang berusaha memberi peluang kepada negara untuk mengolah harta karun yang kita miliki di laut dan gunung. Jika penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta memilih nabung di saham dapat dibayangkan puluhan ribu triliun dapat dikumpulkan untuk mengelola harta karun kekayaan alam kita untuk kesejahteraan rakyat.

Berinvestasi saham bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi ada efek untuk kepentingan negara dan kesejahteraan rakyat. Dengan berinvestasi saham di bank-bank milik pemerintah, kita sedang membantu ekonomi kecil menengah yang mendapat pinjaman dari bank-bank pemerintah. Atas dasar inilah investasi, menabung saham, menjadi hal penting untuk diajarkan di sekolah agar lebih banyak orang Indonesia mengenal dan memahami manfaat berinvestasi saham bukan saja untuk dirinya tetapi untuk kepentingan negara. Saya bertekad mencetak analis-analis saham sejak di sekolah agar kelak mereka menjadi pelaku investasi sekaligus penunjang kekuatan ekonomi negara. Wallahu’alam.

Thursday, December 10, 2020

GENERASI BARU KEPALA SEKOLAH

OLEH: TOTO SUHARYA
(kepala Sekolah, Sekretaris AKSI/KACI)

Dirjen GTK Iwan Syahril mengatakan dalam kegiatan forum komunikasi organisasi profesi di Jakarta, “sulit sekali mencari kepala sekolah di bawah usia 45 tahun yang akan dijadikan sebagai kepala sekolah penggerak”. Rata-rata kepala sekolah sudah diatas 45 tahun. Tujuan mencari kepala sekolah dibawah 45 tahun adalah untuk melahirkan generasi baru kepala sekolah sebagai kepala sekolah penggerak.

Saat ini, generasi baru kepala sekolah akan direkrut dari guru-guru terbaik. Action-nya akan dimulai dari rekruitmen calon guru penggerak, pelatihan guru penggerak melalui magang dan lokakarya, dan pelatihan guru penggerak melalui pendampingan (on the job coaching). Selanjutnya pada tahap awal ini akan direkrut 40.000 kepala sekolah dan 12.500 pengawas sebagai generasi baru yang berorientasi pada pembelajaran siswa. Inilah rencana peta jalan pendidikan yang akan dilakukan pada kementerian pendidikan Indonesia.

Provinsi Jawa Barat sudah berada satu langkah di depan. Sistem seleksi BCKS yang terbuka melibatkan kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite sekolah, dan dinas pendidikan adalah mungkin bagian dari peta jalan yang telah direncanakan oleh kemdikbud. Penggunaan teknologi informasi dalam seleksi BCKS di Jawa Barat telah mendapat apresiasi dan kontra. Namun semangat untuk memperbaiki kualitas pendidikan dengan mengembangkan seleksi BCKS secara holistis patut diacungi jempol.

Dunia pendidikan kita sudah tertinggal 18 tahun oleh bangsa-bangsa lain. Dalam rancangan peta jalan pendidikan, kemdikbud telah mengidentifikasi berbagai perkembangan masyarakat di masa mendatang. Kemdikbud juga mengidentifikasi faktor apa yang menyebakan kualitas pembelajaran di kelas tertinggal dari negara lain.

Berdasar hasil tes PISA, pendidikan Indonesia, 70% siswa mengalami kelemahan dalam kompetensi membaca, 71% dalam kompetensi matematika, 60% dalam kompetensi sains, dan kemampuan lemah dalam pola pikir. Anak-anak Indonesia masih takut gagal, kurang motivasi belajar, dan tidak memiliki keyakinan pada pendidikan sebagai faktor terpenting dalam mewujudkan kesejahteraan hidupnya.

Selain itu kemdikbud memetakan hasil pendidikan dasar dan menengah kurang memadai karena rendahnya kualitas guru, infrastruktur dan kesenjangan pada pemerintahan. Pembelajaran kurang fokus pada karakter dan tidak menyenangkan. Pembelajaran kurang melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kompetensi guru berada pada grade 52 dari skala 100. Sekolah sebanyak 43% tidak akses internet, dan 20% tidak memiliki perpustakaan produktif.

Selanjutnya kemampuan siswa dalam berkomunikasi rendah, rata-rata kata yang dikemukakan guru dan siswa dibanding dengan negara lain masih rendah. Guru Indonesia berkomunikasi rata-rata dengan 3,243 dan siswa berkomunikasi dengan rata-rata 509 kata. Sementara rata-rata kata yang digunakan oleh guru dan siswa di negara lain antara guru 5000 lebih dan siswa 600 lebih.

Faktor lainnya penyebab rendahnya mutu pembelajaran adalah guru paruh waktu bergaji rendah, pelatihan guru kurang, profesi guru tidak menarik sehingga sulit menarik SDM guru berkualitas. Kondisi geografis menyulitkan mobilisasi guru dan terbatasnya pendirian sekolah karena jumlah penduduk tersebar di berbagai lokasi dan rendahnya kontribusi swasta dalam sektor pendidikan.

Dari berbagai tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, langkah kecil namun akan berdampak besar pada dunia pendidikan adalah membuat sebuah sistem rekruitmen calon kepala sekolah dari guru-guru terbaik. Dinas pendidikan provinsi Jawa Barat sudah melakukan langkah sekalipun kecil untuk merekrut kepala sekolah dari guru-guru terbaik.

Langkah kecil yang dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi Jawa Barat adalah melakukan seleksi terbuka bagi para bakal calon kepala sekolah dengan memanfaatkan aplikasi TRK (Tunjangan Remunerasi Kinerja). Menurut Yerry Yanuar (kepala BKD Provinsi Jawa Barat) TRK adalah aplikasi untuk mengukur kinerja PNS yang berujung pada tunjangan. Pada seleksi bakal calon kepala sekolah TRK digunakan untuk melakukan seleksi terbuka bakal calon kepala sekolah dengan menyediakan vasilitas vote video BCKS dengan melihat pemampilan video selama satu menit, dan file data prestasi yang telah dicapai BCKS selama menjadi guru.

Keunggulan dari sistem seleksi ini kemungkinan besar akan menghasilkan para bakal calon generasi baru yang diharapkan oleh dunia pendidikan. Harapan ini terwujud pada sosok-sosok bakal calon yang sudah diketahui publik dari cara komunikasi, pengalaman manajemen sekolah, dan prestasi-prestasi yang diraihnya. Jadi jika dikemudian hari ada kejanggalan rekam jejaknya bisa ditelusuri oleh semua pihak melalui jejak digital.

Penggunaan aplikasi TRK yang dilakukan dinas pendidikan dan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat bisa jadi langkah kecil yang dapat ditiru daerah lain dan terus dikembangkan untuk mewujudkan peta jalan pendidikan Indonesia menuju Indonesia makmur pada tahun 2045. Selamat datang generasi baru kepala sekolah semoga anda menjadi bagian dari langkah benar untuk mengubah arah kapal besar. Pemerintah daerah yang dipetakan oleh kemdikbud telah menjadi salah satu penghambat lahirnya pendidikan berkualitas, mudah-mudahan tidak terjadi di pemerintah Provinsi Jawa Barat.  Wallahu’alam.

PETA JALAN PENDIDIKAN

OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris AKSI/KACI)

Tulisan ini menjelaskan laporan singkat dari peta jalan pendidikan yang dirancang oleh kemdikbud. Latar belakang kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama Indonesia akan menentukan peta jalan pendidikan Indonesia ke depan. Kemdikbud memetakan pada tahun 2030, PDB Indonesia mengalami pertumbuhan berdasar pada aspek layanan, terutama pada bidang logistik, komumikasi, dan tranpsortasi. Pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan pendapatan dari golongan bawah ke golongan menengah sekitar 70%. Populasi penduduk kurang lebih 67% ada di perkotaan, dan akan mendapat bonus demografi ditandai dengan jumlah kelompok umur produktif yang mencapai puncaknya pada tahun itu.

Situasi politik Indonesia diprediksi lebih baik dibanding negara Vietnam dan Thailand. Penduduk Indonesia diprediksi pada tahun 2030 sudah 73% mengakses internet. Akibat perkembangan teknologi akan tercipta pekerjaan-pekerjaan baru pada bidang pertanian dan pertambangan. Kurang lebih  1,8 juta pada bidang grosir, retail 2,3 juta, dan pada bidang industri 1,4 juta pekerjaan baru tercipta. Untuk menghadapinya kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh perserta didik adalah membaca, menulis, mendengar, komunikasi interaktif, dan keterampilan memanfaatkan teknologi informasi. Bidang kontruksi, transportasi, pariwisata, dan retail menghadirkan pekerjaan terbanyak di masa mendatang sekitar 62%.

Atas dasar itu peta Pendidikan Indonesia di tahun 2030-2045, mengarah pada penyiapan sumber daya terampil dilandasi dengan kemampuan membaca, menulis, bernalar tinggi, berkomunikasi, dan berkemampuan TI. Untuk itu, dari saat ini harus dipersiapkan peta jalan pendidikan yang mengarah pada kondisi sosiologis masyarakat di atas.  

Beberapa faktor pendukung tersedianya masyarakat kompeten dan sejahtera di masa mendatang adalah tingginya angka partisifasi sekolah, pembelajaran berkualitas, dan pemerataan kualitas pendidikan di jenjang pra sekolah, dasar, menengah, vokasi, dan perguruan tinggi. Pendidikan pra sekolah dan pendidikan tinggi perlu ditingkatkan angka partisifasinya. Permasalahan partisifasi terletak pada peningkatan kesadaran persepsi orang tua tentang pendidikan dan meningkatkan akses pendidikan pra sekolah dan perguruan tinggi di berbagai daerah.

Selanjutnya berdasar pada hasil tes PISA, kondisi siswa Indonesia mengalami kelemahan di kompetensi membaca 70%, matematika 71%, sains 60%, dan pola pikir. Anak-anak Indonesia masih takut gagal, kurang motivasi belajar, dan tidak memiliki keyakinan pada pendidikan sebagai faktor terpenting dalam mewujudkan kesejahteraan. Inilah tantangan besar dunia pendidikan ke depan yang harus dipetakan solusinya dari sekarang.

Hasil pendidikan dasar dan menengah kurang memadai karena rendahnya kualitas guru, infrastruktur dan kesenjangan pada pemerintahan. Pembelajaran kurang fokus pada karakter dan tidak menyenangkan. Pembelajaran kurang melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kompetensi guru berada pada grade 52 dari skala tertinggi 100. Sekolah 43% tidak akses internet, dan 20% tidak memiliki perpustakaan produktif.

Kemampuan siswa dalam berkomunikasi masih rendah, rata-rata kata yang dikemukakan guru dan siswa dibanding dengan negara lain masih rendah yaitu 3,243  kata untuk guru dan 509 kata untuk siswa. Negara lain berada di rata-rata 5000 kata lebih untuk guru dan 600 kata lebih untuk siswa. Guru paruh waktu bergaji rendah, pelatihan-pelatihan guru kurang, profesi guru tidak menarik sehingga sulit merekrut SDM berkualitas. Kondisi geografis menyulitkan mobilisasi guru dan terbatasnya pendirian sekolah baru, karena jumlah penduduk tersebar diberbagai lokasi. Kontribusi swasta dalam sektor pendidikan masih sangat rendah.

Maka fokus utama peta jalan pendidikan ke depan adalah ada dipeningkatan kualitas profesi guru untuk menciptakan pembelajaran bermutu yang mengacu pada kompetensi membaca, numerasi, mendengar, berkomunikasi, bernalar tingkat tinggi, dan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi untuk menunjang kemampuan bertahan hidup siswa di era global. Pembelajaran harus menyenangkan dan mendorong semua siswa menjadi pembelajar dengan menjadikan guru sebagai living kurikulum yang mampu beradaftasi sesuai dengan substansi dan kontek kebutuhan zaman. Guru adalah ruhnya bangsa sepanjang masa, yang harus terus mendapat prioritas perhatian dalam peta jalan pendidikan Indonesia sebagai upaya menjaga mutu pendidikan berkelanjutan. Wallahu’alam.

Sunday, November 29, 2020

SEKOLAH AGEN PROPAGANDA

OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris DPP AKSI, KACI)

Sekolah adalah lembaga yang ditugasi negara untuk mempropagandakan tujuan-tujuan negara. Propaganda dalam bahasa latin modern adalah propagare yang artinya mengembangkan atau memekarkan, isinya berupa rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang (id.wikipedia.org).

Tujuan sekolah adalah memengaruhi warga sekolah untuk memiliki pola pikir, prilaku dan kepribadian, yang sesuai dengan ideologi dan tujuan-tujuan pendidikan yang ditetapkan oleh negara. Sekolah harus bisa mewujudkan tujuan-tujuan negara menjadi pola pikir dan kepribadian warga negaranya.

Agen propaganda di sekolah dipimpin oleh kepala sekolah, guru, para pengawas, dan dinas pendidikan. Propaganda adalah seni memengaruhi pendapat warga sekolah, masyarakat, dengan mengembangkan dan menyampaikan pesan berulang-ulang, dengan berbagai macam cara agar pesan yang dikembangkan menjadi opini dan kolektif memori warga. Propaganda berkaitan dengan kreativitas mengolah pesan agar menjadi pusat perhatian, buah bibir, dan diapresiasi terus oleh masyarakat menjadi obrolah sehari-hari.

Kunci dari keberhasilan propaganda adalah intensitas komunikasi sekolah dengan warga sekolah dan masyarakat. Penggunaan berbagai media informasi dan kualitas informasi yang disampaikan ikut menentukan keberhasilan propaganda. Tidak kalah penting adalah tim kreatif yang punya keahlian mengemas informasi sekecil apapun menjadi informasi yang menarik, dikemas secara digital hingga mudah diakses oleh masyarakat.

Propaganda dilakukan oleh negara-negara besar di dunia yang ingin menguasi dunia. Kehebatan sebuah negara tergantung pada kemasan informasi di media massa dan disebarluaskan ke seluruh negara. Monopoli informasi menjadi salah satu alat keberhasilan negara-negara besar menguasai negara-negara kecil. Bumi bulat, peluncuran satelit, pendaratan di bulan, kekuatan militer, penemuan teknologi, penerapan sistem ekonomi, dominasi peredaran mata uang dan paradgima pengembangan ilmu, dikemas dalam sebuah propaganda demi eksistensi dan kehebatan sebuah negara. Penguasaan teknologi informasi di abad ini menjadi faktor vital guna menunjang keberhasilan propaganda.

Di abad informasi ini, sekolah selayaknya memiliki agen-agen kreatif propaganda. Agen propaganda di sekolah bertugas untuk membangun opini, pola pikir, dan mindset positif warga sekolah dan masyarakat. Agen propaganda sekolah beranggotakan kepala sekolah, guru, dan seluruh siswa. Agen propaganda adalah mereka yang berani to create hal-hal positif dan menyebarluaskannya di media massa. Keberanian to create hal positif adalah level tertinggi dalam dunia pendidikan yang harus terus dipompa.

Sekolah sebagai agen propaganda harus diisi oleh kepala sekolah dan guru-guru yang penuh “birahi” to create. “Birahi” to create hal-hal positif, edukatif, inspiratif harus terus digaungkan oleh leader to create yaitu kepala sekolah dan guru-guru. Di tangan kepala sekolah dan guru-guru, birahi to create ratusan sampai ribuan anak dalam satu sekolah harus tersalurkan dengan memerhatikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.

Jika sekolah sudah menjadi agen propaganda pola pikir positif, pola pikir optimistik, pola pikir growth, dan berwujud dalam prilaku-prilaku positif, kemudian dipropagandakan melalui berbagai media sosial oleh ribuan warga sekolah, maka sekolah akan berubah menjadi wellbeing school. Sekolah menyenangkan, sekolah memuaskan dan sekolah yang menjadi harapan masyarakat dalam mengubah nasib hidupnya di masa yang akan datang.

Ilmu-ilmu propaganda harus diajarkan di sekolah, karena di zaman sekarang, kebenaran dan kebesaran sebuah negara tidak lepas dari propaganda yang berhasil mengubah mindset warga negaranya sesuai dengan ideologi dan tujuan negara. Sekecil apapun kebaikan anak-anak di sekolah akan menjadi besar namun sangat tergantung pada para agen propaganda dan leader to create di sekolah yaitu kepala sekolah dan guru-guru. Wallahu’alam.

PERANGKINGAN SEKOLAH MENYESATKAN

OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris DPP AKSI)

Beredar berita tentang urutan rangking dari 1000 sekolah berdasarkan hasil Ujian Tulis Bebrbasis Komputer (UTBK). Berderet nama-nama sekolah dari urutan tertinggi sampai terendah.  Urutan nama sekolah berdasar nilai hasil UTBK yang diumukan oleh perguruan tinggi, sebenarnya menggambarkan apa? Jika dasarnya hasil tes akademik, maka urutan sekolah tersebut menandakan capaian prestasi sekolah berdasarkan prestasi akademik. Ini berarti urutan 1000 sekolah dengan capaian nilai terbaik dalam UTBK menandakan pendidikan masih berorientasi pada prestasi akademik. Hal ini mengandung arti bahwa ribuan sekolah lainnya yang ada di Indonesia menghasilkan anak-anak dengan prestasi akademik rendah.

Apakah sekolah-sekolah yang tidak menghasilkan prestasi akademik tinggi, telah menghasilkan anak-anak bodoh?  Maslow (1954) menjelaskan “pada prinsipnya setiap bayi yang lahir terdapat kemampuan aktif kearah pertumbuhan aktualisasi potensi-potensi manusia. (Supardan, 2015, hlm. 219). fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.” (Ar ruum, 30:30). Fitrah dikamuskan sebagai sifat, bakat, atau pembawaan. Sifat Allah ada 99, menjadi dasar penciptaan manusia. Atas dasar itu, tugas pendidikan memfasilitasi peserta didik agar bisa beraktualisasi diri dengan sifat, bakat, potensi yang dimilikinya manusia sejak penciptaanya.


Beraktualisasi diri tidak melulu harus dilihat dari capaian prestasi akademik. Artinya prestasi akademik adalah hanya salah satu dari kecerdasan yang dimiliki manusia. Howard Gardner mengidentifikasi ada sembilan kecerdasan dimiliki manusia. Jadi selain prestasi akademik ada delapan kecerdasan yang harus diapresiasi dari manusia. Prestasi akademik tidak dapat mewakili dari seluruh kecerdasan manusia. Stanley (2015) setelah meneliti 733 orang paling kaya (miliarder), mereka tidak mengandalkan kecerdasan akademik dalam meraih kesuksesannya, mereka lebih mengedepankan kemampuan bergaul sebagai faktor pendukung dalam meraih keberhasilannya. Para miliarder menempatkan prestasi akademik pada urutan ke-21 dan sekolah ternama pada urutan ke-23.

Jadi informasi tentang urutan sekolah terbaik berdasar capaian akademik, tidak menggambarkan kualitas sekolah secara keseluruhan. Informasi ini hanya menggambarkan sekolah berdasarkan satu kecerdasan saja yaitu akademik dan sangat parsial. Informasi ini bisa menyesatkan masyarakat dan mendorong dunia pendidikan stagnan karena paradigmanya tidak menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Paradigma pendidikan abadi ke-21 adalah mengembangkan dan mengaktualisasikan sembilan potensi yang dimiliki anak-anak didik. Dari sembilan kecerdasan yang diidentifikasi dimiliki anak-anak, tidak mungkin dapat disamakan dengan ukuran prestasi akademik yang hanya satu sisi. Kecerdasan-kecerdasan lainnya perlu dikembangkan dan diukur sehingga akan lebih banyak prestasi anak-anak berdasarkan potensinya yang dapat diapresiasi. Itulah mengapa ada pendapat bahwa, “sekolah-sekolah ternama banyak menghasilkan anak-anak bodoh, karena yang terbaik hanya ada pada peringkat tertinggi secara akademik”. Informasi yang menggambarkan urutan 1000 sekolah berdasarkan rangking prestasi akademik, telah menjudment ribuan sekolah menghasilkan anak-anak bodoh. 

Jack Ma mengatakan “siswa-siswa paling pintar di sekolah biasanya mudah frustrasi jika menghadapi masalah di dunia nyata” (Clark, 2017, hlm. 137). Siswa-siswa pintar tidak mau bekerja memulai karir dengan gaji rendah. Siswa-siswa pintar tidak mau merintis usaha dari bawah. Mereka rata-rata ingin memulai sesuatu dari tempat nyaman. Siswa-siswa pintar tidak tertarik pada wirausaha karena tidak mau menghadapi kesulitan dan menderita. Dapat dipahami mengapa para peraih prestasi akademik tidak mau turun ke sawah, kebun, pasar, dan lapangan untuk menciptakan lapangan kerja.

Itulah sebab mengapa selama ini, sekolah-sekolah yang melahirkan siswa-siswa cerdas akadmeik tidak banyak melahirkan banyak entrepreneuer di negeri ini. Sebaliknya siswa-siswa yang ditempa dengan kesulitan hidup dan tidak memiliki prestasi akademik,  lebih berani menciptakan lapangan pekerjaan sekalipun berangkat dari jalanan dan kaki lima. Siswa-siswa dengan prestasi akademik rendah lebih berani menghadapi risiko hidup dan kesulitan yang harus mereka hadapi.

Perangkingan sekolah berdasarkan hasil ujian akademik tidak lagi popular di abad ke-21. Sekolah-sekolah harus lebih kreatif mengeluarkan rangking-rangking siswa berdasarkan multi pendekatan mengacu pada kecerdasam majemuk yang dimiliki siswa. Sekolah-sekolah tidak lagi perlu mengejar target-target akademik sebagai ukuran sukses sebuah sekolah, tetapi harus berinovasi mengeluarkan rangking-rangking siswa berdasar keunggulan dilihat dari kecerdasan majemuk.

Berdasar hasil penelitian Masaru Emoto (2016) air bereaksi dan membentuk hexagonal berbeda-beda sesuai dengan jenis getaran suara yang dia terima. Demikian juga dengan siswa-siswa kita, mereka memiliki karakter berdasarkan pada latar belakang pengetahuan, lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah. Keberhasilan siswa tidak disebabkan oleh sebab tunggal. Oleh karena itu pendidikan harus lebih holistik dan harus banyak memperkenalkan berbagai sudut pandang yang dapat menggambarkan keberhasilan siswa.

Penyeragaman prestasi anak dari sudut pandang akademik yang selama ini terus dipromosikan, ternyata tidak banyak menghasilkan bangsa cerdas, karena siswa berprestasi akademik jumlahnya sedikit. Selama ini pendidikan telah gagal mencerdaskan masyarakat, karena diluar prestasi akademik sebagian besar siswa dianggap bodoh dan dunia pendidikan berpuluh-puluh tahun menganggap sebagian besar siswa-siswa kita bodoh karena sudut pandang yang sempit dan bodoh.

Perangkingan siswa berdasarkan hasil akademik sudah tidak lagi menggambarkan keberhasilan pendidikan. Pandangan bisa keliru, menyesatkan, dan tidak mengubah paradigma berpikir masyarakat sesuai dengan dengan tuntutan zaman. Wallahu’alam.

Monday, October 26, 2020

KEGAGALAN MENGELOLA SEKOLAH

OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris I DPP AKSI, KACI)

“Kuasailah informasi maka kamu akan menggenggam dunia”. (John Naisbitt). Pernyataan ini sangat masuk akal. Dulu ketika saya pergi ke Jakarta selalu tersesat karena tidak tahu jalan. Sekarang dengan informasi dari GPS, pelosok Jakarta mana yang tidak bisa saya temukan. Dulu kampung saya tidak dikenal, jangankan sama orang Jakarta, tetangga kampung saja masih bertanya-tanya dimana letak kampung saya. Sekarang dengan GPS orang Jakarta tiap minggu menghindari kemacetan lewat jalan kampung saya. Inilah bukti bahwa dengan informasi kita dapat menguasai medan.

Di abad 21 kebutuhan masyarakat tentang pentingnya informasi semakin meningkat. Namun sayang kemampuan memilah dan memilih informasi-informasi yang bermanfaat rendah. Masyarakat terbuai oleh informasi-informasi remeh tentang kriminal, kekerasan, pornografi, dan ujaran kebencian. Pendidikan telah gagal mengajarkan betapa pentingnya menguasai informasi. Berjubelnya informasi yang bisa diakses semakin sadar betapa pentingnya punya kemampuan berpikir tinggi untuk menginterpretasi, mengintegrasi, meng-create dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diterima.

Keberhasilan mengelola sekolah salah satu faktornya adalah mengelola informasi. “Semua masalah terjadi karena miskomunikasi” (Muhammad Plato). Ada orang duduk di trotoar marah-marah kepada orang yang lewat karena menginjaknya. Orang yang terinjak memaki dengan kata-kata kotor dan sangat tidak pantas. Tetapi setelah orang yang menginjak itu menceritakan bahwa dirinya buta, jadi berbalik orang yang terinjak meminta maaf kepada yang menginjak. Inilah gambaran umum bahwa sebuah masalah terjadi karena miskomunikasi.

Sahabat saya seprofesi mengatakan, “komunikasi itu gampang, tapi susah”. Memang komunikasi itu gampang melakukannya, tetapi belum tentu orang yang diajak komunikasi memahami dan menganggap penting apa yang kita komunikasikan. Maka susahnya berkomunikasi karena kita butuh kesabaran untuk mengulang-ulang informasi yang disampaikan untuk menjamin tidak terjadi miskomunikasi.

Program sekolah belum tentu berhasil sebelum informasi program sampai ke seluruh warga sekolah. Maka dibutuhkan komunikasi inten pihak sekolah dengan anak-anak untuk menginformasikan program. Untuk membangun komunikasi inten, pihak sekolah harus mengerahkan seluruh tenaga dan cara yang bisa dijadikan sebagai media komunikasi. Semakin banyak tenaga dan alat atau teknologi dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan program, semakin besar kemungkinan program menjadi kolektif memori anak-anak dan semakin besar peluang program bisa berhasil.

Segala prilaku manusia ditentukan oleh apa yang ada di memorinya. Mengubah prilaku siswa adalah mengubah isi memori siswa. Sosialisasi program sekolah harus dilakukan inten dan dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Sosialisasi program harus dilakukan dan terkondisikan tiap hari.

“Dan sebutlah Allah banyak banyak agar kamu mendapat kemenangan” (Al Jumu’ah, 62:10).

Ayat di atas mengispirasi dunia pendidikan bahwa kata kata positif, kata-kata yang membangun optimisme, kata-kata yang menggembirakan harus disampaikan berulang-ulang sesering mungkin untuk membentuk pola pikir anak-anak. Maka janji Allah jika informasi-informasi positif terus dikomunikasikan, maka peluang besar kemenangan, keberhasilan, dan kesuksesan akan diraih oleh anak-anak.

Demikian juga komunikasi antar pendidik harus dibangun terus dalam kerangka membangun optimisme, dan harmonisasi dalam dunia kerja. Komunikasi menjadi faktor penting dalam mengelola sekolah untuk meminimalisir terjadinya permasalahan yang dapat mengganggu keberhasilan mengelola program sekolah. Wallahu’alam.

KARAKTER ORANG BERSYUKUR DALAM AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti K...