OLEH: TOTO SUHARYA
Kemerdekaan adalah bebas
berekpresi. Pada zaman penjajahan semua ekpresi harus sama, menunnduk, tidak
boleh menatap, dan bekerja dengan terpaksa. Histeris, ketakutan, menjerit,
berteriak, memangis, ekpresi yang sering terjadi pada masyarakat. Ekpresi zaman
penjajahan sangat monoton, itu-itu saja tunduk dan histeris karena ketakutan
dan kesakitan.
Pada ulang tahun kemerdekaan,
kita merasakan bagaimana masyarakat berekpresi. Ekpresi rakyat 180 derajat
berbeda ketika zaman penjajahan. Ekpresi rakyat saat ulang tahun kemerdekaan sangat
bahagia, menari-nari, berteriak-teriak semangat merdeka, menampilkan berbagai
kekayaan milik negara. Ekpresinya seperti menghina kaum penjajah yang tidak
bisa lagi berbuat semena-mena.
Ekpresi badut, waria, ditampilkan
sebagai bentuk lecehan terhadap kaum penjajah. Setelah kita merdeka mereka tidak
punya kekuasaan, kebanggaan, dan kedudukan. Mereka jadi bahan tertawaan seperti
badut dan waria yang lucu.
Tapi jangan terlalu larut dalam tarian
ulang tahun dan tertawa. Penjajah itu secara fisik sudah pergi, namun mereka
masih tetap ada. Penjajah itu merubah dirinya menjadi makhluk ghaib. Mereka
masuk ke dalam jiwa-jiwa kita, dan memengaruhi untuk larut dalam kegembiraan,
main-main, makan, dan hiburan.
EKPRESI KEMERDEKAAN YANG HARUS DITINGKATKAN SETIAP TAHUN ADALAH RUKU DAN SUJUD BERSAMA KEPADA TUHAN DI WAKTU DHUHA (MUHAMMAD PLATO) |
Penjajahan makhluk ghaib, harus
dihadpi dengan yang ghaib. Penajajahan ghaib dalam bentuk mentalitas miskin, tapi
hedonis, harus dilawan dengan pasukan-pasukan ghaib yang membisikkan mentalitas
pekerja keras dan rela berkorban untuk kepentingan negara. Pasukan ghaib ini diutus
Tuhan untuk menyelamatkan kedaulatan kita sebagai bangsa berkeyakinan kepada Tuhan.
Ekpresi-ekpresi kemerdekaan
selain kemerdekaan, selfi, hiburan, pamer kekayaan, harus diisi dengan
kegiatan-kegiatan rasya syukur kepada Tuhan. Shalat bersama di waktu dhuha,
sepertiga malam, adalah gerakan yang akan mendatangkan pasukan-pasukan ghaib untuk
meghadapi penjajahan ghaib. Sebagaimana pasukan Nabi Muhammad saw ketika
menaklukkan Mekah, diberitakan dalam sejarah sepanjang malam rasa syukur itu diekrepsikan
dengan gerakan ruku dan sujud.
Ruku dan sujud adalah ekrepsi rasa
syukur dalam segala kondisi baik senang maupun sedih. Pasukan ghaib telah
membisikkan bahwa kemenangan dan kekalahan manusia di muka bumi tidak ada
artinya bagi Tuhan, karena arti kemenangan diukur dari kedisiplinan dan
kebersamaan ruku dan sujud bangsa ini dalam segala kondisi. Ekpresi hari ulang
tahun kemerdekaan yang harus ditingkatkan jumlahnya setiap tahun adalah ruku
dan sujud bersama-sama sepanjang tahun. Dirgahayu Republik Indonesia! semoga Tuhan
Yang Maha Esa, tetap bersama mu.
Di sekolah kami memberi warna
ekpresi kemerdekaan dengan ruku dan sujud bersama di lapangan terbuka. Ruku dan
sujud bersama 12 rakaat, kemudian ceramah membakar semangat merdeka, semangat
untuk tetap bergantung pada Tuhan Yang Maha Esa. Semoga tahun depan ekpresi ruku
dan sujud bersama menjadi ekpresi viral dalam memperingati hari kemerdekaan. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment