Thursday, May 20, 2021

GURU BERKARAKTER PANCASILA

OLEH: TOTO SUHARYA
(Kepala Sekolah, Sekretaris DPP AKSI)

Dalam silaturahmi nasional dan webinar AKSI 2021, sengaja diangkat tema tentang Guru Berkarakter Pancasila. Sebagai bahan diskusi tulisan ini adalah pengantar agar pada saat webinar dapat disikusikan bersama-sama. Tujuan silaturahmi dan webinar adalah untuk mensosialisasikan Pelajar Pancasila dan upaya untuk mewujudkannya. Pancasila adalah ideologi bernegara yang digali dari nilai-nilai agama dan bersifat universal. Pancasila adalah ideologi kelas dunia yang dapat ditawarkan kepada penduduk dunia untuk mewujudkan perdamaian dunia.  

Setidaknya ada enam kriteria yang bisa dijadikan sebagai ciri karakter dari pelajar Pancasila; Pertama beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditandai dengan memiliki akhlak yang baik dalam beragama, pribadi, pada sesama manusia, alam dan menjadi warga negara yang baik. Kedua, berkebinekaan global, yaitu mengenal menghargai budaya dan mampu berkomunikasi lintas kultural. Ketiga gotong royong, dengan indikator suka berkolaborasi, peduli dan mau berbagi tanpa memandang suku ras dan agama. Keempat mandiri, ditandai dengan memiliki kesadaran diri dalam segala situasi yang dihadapi dan mampun mengelola diri sendiri. Kelima bernalar kritis, yaitu mampu memproses informasi kualitatif maupun kuantitaif, membangun keterkaitan antar informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan. Keenam kreatif dalam arti memiliki gagasan, karya dan tindakan yang orisinal. (https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=2817)

Enam kritieria Pelajar Pancasila di atas menjadi ciri-ciri dari seorang pelajar berkarakter Pancasila. Mewujudkan pelajar-pelajar berkarakter Pancasila adalah tugas guru dan kepala sekolah. Upaya upaya pendidikan harus terkondisikan untuk mewujudkan pelajar berkarakter Pancasila. Tujuan membentuk pelajar berkarakter Pancasila secara tidak langsung mengajak guru-guru kepala sekolah untuk menjadi manusia-manusia berkarakter Pancasila terlebih dahulu. Guru-guru dan kepala sekolah harus menjadi model teladan dari sosok manusia berkarakter Pancasila.

Ada hambatan-hambatan yang masih terjadi dalam membentuk karakter Pancasila yaitu kejumudan berpikir dalam memahami ajaran agama. Akibatnya masih ada kemacetan-kemacetan cara berpikir dalam mengimplementasikan manusia berkarakter Pancasila. Kemacetan berpikir disebabkan oleh lemahnya kemampuan bernalar dan literasi dalam beragama. Pemahaman sempit dengan sudut pandang kacamata kuda, menjadi sebab intoleran terhadap perbedaan-perbedaan pemikiran dan pemahaman ajaran agama. Pemahaman beragama yang tidak komprehensif karena fanatik pada satu pakem melahirkan sosok-sosok yang kurang fleksibel  secara intelegen dalam memahami sebuah kebaikan bersumber pada ajaran agama.   

Hambatan selanjutnya telah terjadi penistaan terhadap agama sebagai bias opini dari prilaku sebagian penganut agama. Seterotif terhadap penganut agama telah membelah kelompok agama menjadi garis keras dan moderat yang kadang sulit membedakannya. Akibatnya penistaan terhadap agama menjadi sudut pandang dengan penuh kecuriagaan kepada penganut agama yang terlihat taat dengan atribut kegamaan yang dipakainya. Isu pemikiran teror yang disematkan pada sebagian penganut ajaran agama, dan berita-berita media yang dibesar-besarkan tentang penangkapan teroris, secara tidak langsung membentuk opini negatif terhadap penganut-penganut agama yang terlihat taat. Akhirnya agama seolah-olah menjadi penghambat dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

Cara pandang sterotif, negatif terhadap kelompok penganut agama bisa jadi hambatan nyata dalam mewujudkan pelajar-pelajar Pancasila. Untuk itu harus hadir guru-guru yang telah memahami hakikat dari sosok pelajar berkarakter Pancasila, sehingga guru bisa menjadi duta-duta manusia berkarkater Pancasila dan setiap hari hadir di kelas melayani dan memberikan contoh teladan kepada siswa.

Guru-guru berkarakter Pancasila adalah penjaga persatuan bangsa Indonesia. Guru-guru berkarater Pancasila adalah guru-guru yang taat beragama dan berkemampuan nalar tinggi, setelah literate sehingga bisa memahami, menganalisis, mengintegrasikan pemikiran keberagamaannya menjadi penguat dalam mewujudkan pelajar-pelajar berkarakter Pancasila.   

Di tengah gempuran gelombang perbedaan pemikiran dan budaya yang bersifat global dan multi kultural, di era 4.0 saat ini sangat dibutuhkan guru-guru berkarakter Pancasila dengan daya kreatif tinggi. Guru-guru berkarakter Pancasila harus mampu manjadi jembatan emas dalam merajut perbedaan pemikiran, kultural dan agama hingga menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...