Friday, January 27, 2023

SIFAT DASAR MANUSIA PEMBELAJAR SEPANJANG HAYAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Adam dijadikan oleh Allah sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat. Kata pembelajar sepanjang hayat telah dikemukakan para ahli pendidikan. Pada artikel ini, penulis hanya ingin mempertegas kembali dari mana dasar filosofi kalimat belajar sepanjang hayat berasal. 

"Tokoh yang mempopulerkan Belajar Sepanjang Hayat atau Life Long Education adalah John Dewey. Dewey mengatakan, "life long education is in unility in all life". Selanjutnya Paul Lengrand  mempopulerkannya dengan  menulis buku berjudul, "Introduction to Life Long Education". Selanjutnya UNESCO mengampanyekannya ke seluruh dunia (Yusuf, 2012).

Tulisan ini hanya ingin menambahkan wawasan alternatif pembaca bahwa konsep belajar sepanjang hayat, bersumber pada penjelasan dalam Al Quran. Penjelasannya bisa disimak pada saat Allah berkehendak menjadikan khalifah di muka bumi, yaitu Adam. Malaikat berpendapat bahwa makhluk yang akan dijadikan khalifah oleh Allah adalah makhluk yang senantiasa berbuat kerusakan.

Pendidikan adalah upaya menjaga, membimbing, memelihara, menuntun, peserta didik
agar menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat.

Lalu Allah menjelaskan bahwa makhluk yang akan dijadikan khalifah di muka bumi ini telah diberi kemampuan oleh Allah sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat. "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Albaqarah, 2:31). 

Kata "mengajarkan nama-nama seluruhnya" atau "wa'allama adamal asmaa a'kulaha" adalah penerangan Allah pada sifat Adam. Keterangan Allah mengajarkan nama-nama seluruhnya kepada Adam, dapat ditafsir sebagai kehendak Allah yang tidak berkesudahan. Selama anak-anak Adam ada, maka Allah konsisten senantiasa mengajari Adam. Pada faktanya manusia dari tahun ke tahun, abad ke abad terus belajar menemukan pengetahuan dan teknologi untuk menyelesaikan masalah hidupnya.

Atas dasar kemampuannya sebagai makhluk pembelajar, manusia selalu terus berubah dalam hidupnya. Dimanapun, kapanpun, manusia pada hakikatnya belajar. Di keluarga, di masyarakat, di sekolah, dimanapun manusia, dia belajar dari pengalaman hidupnya. Hakikatnya Allah sudah memberi potensi pembelajar sepanjang hayat kepada manusia sejak awal dicijadikannya Adam. 

Manusia sebagai makhluk pembelajar dalam hidupnya pasti terus mengalami perubahan. Perubahan dapat dilihat dari penemuan-penemuan teknologi yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jadi bukan karena faktor sosiologi, ekonomi, budaya, atau politik yang membuat manusia belajar sepanjang hayat, tetapi karena manusia sudah memiliki sifat dasar sebagai pembelajar sepanjang hayat.  

Dengan memahami sifat dasar manusia sebagai pembelajar sepanjang hayat, maka dunia pendidikan adalah dunia spiritual tinggi. Manusia-manusia pengajar adalah manusia utusan Allah, yang tugasnya menyampaikan kebenaran-kebenaran dari Allah. Tugas pengajaran, disampaikan kepada para Nabi dan Rasul kemudian diteruskan oleh para pengajar menyebar ke seluruh dunia. Untuk itulah para pengajar, ilmuwan, ulama, adalah pewaris Nabi yang bertugas menjaga agar manusia tetap menjadi sosok pembelajar sepanjang hayat.

Dengan demikian, esensi dari pendidikan adalah menjaga sifat dasar manusia sebagai makhluk pembelajar sepanjang hayat tetap terpelihara. Sebab dalam diri manusia ada sifat-sifat berlawanan dengan sifat pembelajar yaitu perusak dan penumpah darah. Sifat-sifat pembelajar sepanjang hayat dapat dilihat dari terpeliharanya budaya membaca di masyarakat. "Bacalah atas nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al Alaq, 96:1). Membaca atas nama Tuhan, jauh lebih bermoral dari pada sekedar membaca dengan nama Tuhan. 

Esensi dari pendidikan yang tidak boleh ditinggalkan adalah memelihara kesadaran manusia tetap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sangat cerdas dalam membuat ideologi negara. Para pendiri bangsa Indonesia menjadikan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar negara yang pertama. Pancasila adalah dasar filosofi negara yang dilandasi dari pemikiran Al Quran. 

Fazlur Rahman (dalam Yusuf, 2012) mengatakan pusat kepribadian manusia adalah takwa. Sesuai dengan informasi dari Al Qur'an, "...Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujuraat, 49:13). 

Jadi esensi pengajaran berpusat pada menjaga ketakwaan manusia agar tetap berpegang teguh pada  kepada pengajaran Tuhan menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat. Bidang-bidang ilmu yang ditemukan manusia, bukan sekedar untuk menyelesaikan permasalahan hidup, tetapi harus tetap dibarengi dengan menemukan kebesaran-kebesaran Tuhan Yang Maha Mengetahui rahasia langit dan bumi, agar sifat-sifat takwa atau pembelajar sepanjang hayat tetap terpelihara. 

Jadi, pendidikan adalah upaya menjaga, membimbing, memelihara, menuntun, peserta didik agar menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat, dengan terus membuktikan kebenaran-kebenaran ayat-ayat Tuhan yang bertebaran di alam semesta. Manusia, pembelajar sepanjang hayat adalah sebaik-baiknya manusia dihadapan Allah.***


Sunday, January 22, 2023

Amazing Pengaruh Bacaan Al Quran Pada Murid...

Oleh: Toto Suharya

Di SMAN 15 Bandung, telah dikembangkan program pendidikan karakter religius. Program shalat dhuha 12 rakaat dilakukan telah genap satu tahun setiap hari, mulai jam 6.45 sampai 7.25 pagi.

Sebelum shalat dhuha 12 rakaat, guru dan siswa bergantian membacakan ayat suci Al Quran. Surah Al Waqiah setiap hari mengalun diperdengarkan pada siswa. 

Setiap hari sound system di Gedung Hanggar Harapan, suara alunan ayat suci Al Quran menggema memenuhi ruangan Hanggar Harapan. 

Siswa-siswa berdatangan dan duduk mendengarkan alunan ayat-ayat suci Al Quran. Aktivitas ini berjalan setiap hari tanpa ada hari terlewatkan. Mengapa ini dilakukan, berikut penjelasannya.

Dikutif dari Jurnal Psymphatic karya Very Julianto dkk. 2014, dijelaskan hasil riset tentang memperdengarkan bacaan Al Quran dan efeknya terhadap psikologi yang mendengarkan.

Penelitian Julianto, dkk. (2014) menemukan bahwa mendengarkan murotal Al Quran dapat tingkatkan konsentrasi. Kajian ilmiah ini bisa menjadi dasar program dikembangkan.

Dr. Al Qadhi (Syakir, 2014), melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan, isi ayat Al Quran.

“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. 7:204)”.

Hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al Quran, baik mereka yang bisa berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan psikologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik.

Dari hasil uji cobaannya ia berkesimpulan, bacaan Al Quran berpengaruh besar hingga 97% dapat melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Setidaknya inilah alasan mengapa membaca Al Quran dilakukan sebelum belajar.

Dalam Konferensi Kodekteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984 disebutkan, Al Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan di Boston. Hasilnya sungguh luar biasa.

Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Mereka diperdengarkan Al Quran.

Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al Quran.

Penelitian yang dilakukan se-banyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al Quran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al Quran.

Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al Quran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an(Syakir, 2014).***


Sumber Jurnal: 
Julianto, V., Dzulqaidah, R. P., & Salsabila, S. N. (2014). Pengaruh mendengarkan murattal Al Quran terhadap peningkatan kemampuan konsentrasi. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi1(2), 120-129.


Melalui Program Nabung Saham, Indonesia 2045 Jadi Super Power

Oleh: Toto Suharya

Program nabung saham di SMA/SMK merupakan upaya dunia pendidikan menjawab tantangan zaman. Kurikulum merdeka memberi kebebasan kepada sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Program nabung saham adalah inovasi program pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional.

Di SMAN 15 Kota Bandung, Program nabung saham sudah dilaunching sejak Januari 2021. Program ini pada awalnya kurang mendapat sambutan karena literasi tentang saham mayoritas minim. Namun seiring dengan waktu, program terus berjalan melalui proyek kolaboratif, dan pendekatan-pendekatan personal pada guru dan murid. Beberapa guru dan murid yang sudah terbuka pemahamannya tentang saham mereka mulai menabung saham dengan belajar mengelola risiko yang dihadapi masing-masing. 

Latar belakang lahirnya program nabung saham di sekolah disebabkan beberapa faktor antara lain; perkembangan teknologi informasi dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi nasional dan global akibat teknologi informasi. Ketertinggalan jumlah investor Indonesia dibanding dengan Malaysia, Amerika, Singapura, dan China. 

Kemampuan literasi finansial masyarakat Indonesia rendah adalah fakta. Di masyarakat, marak kasus-kasus penipuan investasi bodong melalui media teknologi informasi. Pinjaman layanan cepat melalui media internet, akhirnya masyarakat rawan terjebak utang. Mental bangsa kita terlalu lama dibuai dengan mental utang. Literasi finansial rendah selalu terjebak dengan utang. 

Penulis mengamati, program-program di dunia pendidikan jarang mengajarkan kemampuan bagaimana siswa bisa bertahan hidup dalam kemandirian. Tujuan pengajaran di sekolah bukan bertujuan membuat siswa mandiri dan terampil hidup, tapi sebatas mengikuti juknis dokumen kurikulum. Pendidikan kita telah lama kehilangan konteks, dan sampai sekarang masih terjadi. 

Kurikulum merdeka, bukan sebenarnya membahas kemerdekaan belajar, tetapi kekuatan pengawas pendidikan masih berada pada tataran ketaatan pada juknis. Apresiasi-apresiasi pada para insan pendidikan masih mengacu pada ketaatan juknis, bukan dilihat dari gagasan-gagasan pengajaran yang bisa menyelesaikan masalah bangsa. 

Selam 18 tahun siswa tidak bisa bernalar, masalah sampah tidak selesai-selesai, kemacetan di mana-mana, sungai-sungai dipenuhi sampah jadi penyebab banjir. Pendidikan kita tidak mengurai masalah. Dari hasil pendidikan sangat minim lahirkan generasi-generasi penyelesai masalah.

Nabung saham adalah usaha kecil di tingkat satuan pendidikan untuk melatih mental siswa. Mental superior mulai dari investasi kecil-kecilan di pasar modal dari uang jajan. Kecerdasan finansial diajarkan langsung melalui teori dan praktek nabung saham.  

Menabung saham, mengajarkan siswa berpikir visioner, dan mewujudkannya dengan praktek nabung saham secara konsisten. Menabung saham adalah pelajaran mental, mendorong siswa untuk optimis dan berani ambil risiko dengan menunda kenyamanan hidup untuk beberapa saat untuk menikmatinya di masa mendatang. 

Menabung saham bukan saja melatih mental optimis, produktif, dan visioner, pada siswa. Gerakan menabung saham jika program ini disosialisasikan di sekolah-sekolah, secara serentak mental generasi kita di masa mendatang akan berubah. Tahun 2045 generasi kita bisa jadi sangat cerdas secara finansial. Di tahun 2045 bangsa kita akan jadi generasi freedom finansial, dan negara kita akan berubah menjadi bangsa yang kuat secara finansial. 

Inilah kekuatan generasi milineal bangsa Indonesia. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) pada Tahun Ajaran (TA) 2017/2018 mencapai 27.205 sekolah. Angka tersebut terdiri atas 13.495 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 13.710 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Adapun jumlah SLTA terbanyak berada di Jawa Barat dengan jumlah 4.430 sekolah yang terdiri atas 1.584 SMA dan 2.846 SMK. Sementara jumlah SLTA paling sedikit terdapat di Kalimantan Utara (Kaltara), yakni hanya 87 sekolah, terdiri  atas 59 SMA dan 28 SMK. Sebagai informasi jumlah siswa tingkat SLTA sebanyak 9,69 juta murid yang terdiri atas 4,78 juta murid SMA dan 4,9 juta murid SMK (sumber: databoks.katadata.id).

Mengajarkan nabung di tingkat SLTA, signifikan dapat meningkatkan kekuatan ekonomi bangsa. Jika sebanyak 9,69 juta murid SMA/SMK setiap minggu nabung saham minimal Rp. 6000,00 dari uang jajan, maka di pasar modal akan masuk dana 58.140.000.000 rupiah. Jika perubahan mental ini berhasil digerakkan di satuan pendidikan SLTA, tahun 2045 bukan lagi halusinasi, kita akan jadi bangsa dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. 

Investasi terbesar pada program nabung saham bukan pada jumlah dana yang terkumpul di pasar modal, tetapi perubahan mental generasi milenial yang akan mewarisi bangsa Indonesia di tahun 2045. Melalui nabung saham, mental entrepreneur seperti wawasan luas, kreatif, berani hadapi risiko, survival, dan mandiri, bisa dimiliki para murid. Bisa dibayangkan jika mental investor berhasil dimiliki bangsa Indonesia, maka Indonesia seperti raksasa bangun tidur. Dunia akan tunduk dan mulai mengakui bangsa Indonesia sebagai bangsa super power.

Bangsa Indonesia telah lama dikenal punya mental survival tinggi. Kurang lebih 350 tahun, bangsa Indonesia pengalaman hidup dalam tekanan, diskriminasi, kelaparan, dan penganiayaan. Selama 350 tahun optimisme merdeka tidak hilang, "mati satu tumbuh seribu". Sekarang jiwa survival tinggal kita lanjutkan dengan berjuang mewujudkan Indonesia Super Power 2045 dengan praktik kecil yaitu nabung saham dari uang jajan.

Kekuatan kedua yang dimiliki bangsa Indonesia adalah religiusitas. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah dasar negara yang tidak ada di di negara manapun. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mempersatukan seluruh pemeluk agama di Indonesia. Kekuatan keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kekuatan yang membuat bangsa Indonesia selalu optimis tanpa batas, mampu bertahan dalam kondisi sulit, bersabar dalam segala kondisi, dan kreatif. Kekuatan bangsa yang didukung oleh keyakinan pada Tuhan dari warganya adalah kekuatan yang tidak akan terkalahkan.***




Friday, December 30, 2022

PENDIDIKAN KITA MEMBAHAYAKAN

OLEH: TOTO SUHARYA

Sekularisme telah membedakan antara pendidikan agama dan umum. Cara berpikir ini telah menjadi sebab tidak bertemunya pendidikan agama dan umum. Pendidikan agama dan pendidikan umum jadi berjalan masing-masing. Seperti hidup damai tetapi tidak saling tegur sapa. Sementara bertegur sapa, saling berkomunikasi, saling berkolabirasi, saling bersinergi, adalah absolut sebab kesejahteraan  hidup. Jika cara berpikir sekuler yang sudah dipahami parsial dipertahankan bisa membahayakan umat manusia. Umat manusia sedang digiring cepat musnah. 

Sekularime menurut Buya Syakur bukan memisahkan agama, tetapi menjadi kemurnian agama dari niat-niat kotor kepentingan politik. Tetapi sudah kadung dipahami awam, pola pikir sekuler adalah memisahkan agama dan ilmu, memisahkan politik dan agama. Pemahamannya sudah sangat komfleks dan kata orang Sunda pabaliut atau sophisticated. Pemahaman sekuler sebagai pemisahan antara agama dan ilmu sudah jadi kolektif memori masyarakat. 


Solusinya ganti konsep berpikir. Untuk itu, ada paradigma berpikir yang cocok untuk negara kesatuan dengan ideologi Pancasila, yaitu cara berpikir integralistik. Para pendidi negara ini dulu pernah menawarkannya pada saat penyusunan ideologi Pancasila. Integralistik pola pikir yang cocok dengan negara religius seperti Indonesia. Pancasila sendiri merupakan produk berpikir integralistik. 

Pendidikan yang memisahkan antara agama dan ilmu sangat berbahaya bagi kesejahteraan bangsa. Indonesia dengan wilayah besar, dan penduduk terbanyak nomor 4 di dunia, sangat berat untuk diberdayakan jika menggunakan pola pikir sekuler. Kekuuatan pikiran sekuler yang dipahami sebagai kekuatan akal material, membebani pikiran dan hati manusia, seolah-olah dirinya menjadi pengubah hidup manusia. Penyakit-penyakit mental hadir menjadi potret mengerikan dan menjadi penyebab segala penyakit yang tidak terdeteksi medis. 

Pendidikan yang membahayakan dari paradigma sekuler adalah mereduksi peran pendidikan agama dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran agama menjadia parsial, cenderung ke akhirat, bukan menjadi pengajaran karakter sebagai pemebentuk pribadi-pribadi cerdas dengan keyakinan penuh pada Tuhan. Ada persepsi agama menjadi racun, karena dianggap menghambat kemajuan zaman. Etika, moralitas, digiring bukan menjadi pelajaran agama, tapi pelajaran ilmu kemanusiaan. 

Ideologi Pancasila lebih cocok dengan pola pikir integralis. Pola pikir ini senapas dengan cara berpikir orang-orang beragama. Pola pikir integralis memandang dunia sebagai bentang kehidupan dari dunia material hingga non material (akhirat). Cita-cita hidup sejahtera tidak sebatas dalam kehidupan dunia tetapi senapas dengan target kehidupan setelah kematian. Moralitas manusia dengan berpikir integralis jauh lebih tinggi, karena tindakan-tindakannya dikontrol oleh moralitas cita-cita hidup setelah kematian. 

Prilaku manusia-manusia integralis tidak murni untuk tujuan duniawi tetapi dikombinasikan untuk tujuan-tujuan hidup mulia di akhirat. Prilaku orang-orang berpikir integralis tidak mengutamakan kehidupan dunia, juga tidak mengutamakan akhirat. Dua-duanya dikondisikan harus selaras bisa mensejahterakan. Keakhiratan dipandang sebagai kehidupan nyata di dimensi lain, yang sebab-sebabnya harus ditentukan semasa hidup di dunia. Pola pikir integralis lebih unggul dibanding pola pikir sekuler yang kadung telah dipahami awam. 

Pola pikir integralis tidak murni mempertimbangkan pandangan pola pikir material yang dikonstruksi akan, tetapi mempertimbangkan pola pikir non material dari Tuhan. Mengharmonisasikan pola pikir material dengan non material, menjadi pola pikir bermoral akhirat bagi pemikir integralis. Tujuan hidup sejahtera untuk umat manusia di dunia dan akhirat menjadi keseimbangan yang selalu dijaga. 

Pendidikan membahayakan umat manusia ketika mengabaikan moralitas akhirat. Manusia tanpa moral akhirat menjadi manusia-manusia lepas kontrol yang berjuangan demi keunggulan di dunia, dan melepaskan moralitas sebagai manusia yang harus menjaga keseimbangan alam, serakah, dan berani mengorbankan orang lain untuk tujuan hidup yang duniawi. Melepaskan diri dari keyakinan pada Tuhan, adalah pola pikir membahayakan umat manusia. Pola-pola pikir manusia menjadi tergantung pada sudut pandang dirinya tentang alam, dan menjadikan dirinya sebagai Tuhan. Manusia-manusia sekuler mendidik manusia menjadi manusia-manusia serakah yang tergantung pada sudut pandangnya tanpa ada ikatan moral kehidupan setelah kematian. 

Pendidikan dengan pola pikir sekuler pada akhirnya memunculkan tuhan-tuhan egois, temperamen, mudah tersinggung, dan mengukur kebenaran hanya berdasarkan pertimbangan pengetahuan alam dan akalnya, tanpa petunjuk pengetahuan dari Tuhan. Para pemikir integralis mengambil pesan-pesan dari Tuhan, dari pengetahuan material dan non material, kemudian memikirkannnya untuk tujuan kebajikan sebagai Tuhan memerintahkannya. Para pemikir integralis menjadikan Tuhan sebagai pemilik pengetahuan,  dan menjadi penentu moralitas dalam setiap tindakannya. Tuhan dipsersepsi absolut positif sebagai pemberi petunjuk dan pemilik segala ilmu pengetahuan. 

Pola pikir integralis tidak memisah-misahkan kehidupan dunia matreial dan non material. Keduanya dunia ini berada dalam satu rentang perjalanan hidup yang pasti dialami manusia. Kekayakinan dalam menjalankan perintah agama tidak sebatas pada ritual tetapi berkaitan dengan kegiatan faktual. Ritual sebagai cara untuk merenung, berpikir reflekif, dan kegiatan rutin dalam membangun harapan-harapan baik pada Tuhan.***





BEGINI CARA JADI ORANG KAYA, NABUNG SEJUTA LEMBAR SAHAM

OLEH: TOTO SUHARYA

Program nabung saham di sekolah sebenarnya bukan untuk melatih siswa supaya banyak uang, tapi yang paling penting melatih berpikir, berimajinasi jadi orang kaya. Untuk itu, saya ajarkan saham kepada siswa SMA dengan melatih pola pikir terlebih dahulu. Tidak semua siswa punya jiwa investor, karena investor adalah manusia berkualitas tinggi, berbeda dengan kelas pekerja.

Sebelum siswa, memutuskan untuk nabung saham, mereka harus diajari dulu beberapa cara berpikir. Cara berpikir pertama mereka harus bercita-cita jadi orang kaya. Perlu diluruskan orang kaya bukan dalam arti banyak uang, tetapi menjadi orang yang banyak bermanfaat bagi banyak orang. Bermanfaat bagi banyak orang adalah penyebab orang jadi banyak harta dan uang. Berlaku rumus, semakin banyak manfaat bagi banyak orang, semakin banyak harta kekayaannya.

Cara berpikir kedua, berani sabar dan disiplin, untuk mencoba wujudkan mimpinya dari mulai tindakan-tindakan kecil dan konsisten. Mimpi yang tinggi, setinggi langit, harus dimulai dari satu langkah demi satu langkah yang benar. Dahulu Warent Buffet membeli saham perusahaan minuman kelas dunia, dengan mencicil sahamnya satu lembar demi satu lembar. Jiwa sabar, disiplin konsisten, melakukan langkah yang benar adalah tindakan nyata yang harus diwujudkan setiap hari untuk mencapai cita-cita besar.

Cara berpikir ketiga, siswa dilatih harus banyak membaca, karena orang-orang kaya rajin mambaca sehingga pengetahuanya banyak dan luas. Orang kaya selalu punya ide untuk menyelesaikan masalah hidup yang dihadapinya karena punya banyak stok pengetahuan.

Cara berpikir keempat, siswa harus punya keyakinan pada pengetahuan yang diberitakan Tuhan bersumber pada kitab suci. Al Quran adalah sumber pengetahuan utama bagi umat manusia. Siapapun bisa memanfaatkan pengetahuan dari Al Quran sebagai alat untuk menyelesaikan setiap masalah dan untuk menggapai cita-citanya.

Cara berpikir kelima yaitu perbanyak berbuat kebajikan dengan membantu banyak orang sesuai dengan kemampuan harta yang dimiliki. Mulai dengan menggunakan harta kita yaitu anggota badan untuk digunakan dijalan-jalan yang diperintahkan Tuhan. Sedekah dengan mata, tangan, kaki, pikiran, perasaan, untuk membangun pikiran dan perasaan selalu optimis. Sedekah dengan uang-uang receh yang kita miliki dengan konsisten setiap hari.

Praktek nabung saham terbagi menjadi tiga keterampilan yaitu, trading harian (scalping), trading berjangka (swing), dan trading jangka panjang (nabung atau ivesting). Bagi pemula disarankan untuk memulai manabung saham. Menabung saham dengan target satu juta lembar, fokus pada satu emitan perusahaan yang punya pundamental bagus, dengan harga terjangkau.

Cara prakteknya yaitu, siswa harus punya cita-cita kuat jadi orang bermanfaat bagi banyak orang yaitu jadi orang kaya. Lakukan dengan sabar mulai dari satu lot demi satu lot secara disiplin dan konsisten. Gunakan uang khusus untuk investing. Cari saham dengan harga murah mulai dari 5000 sampai dengan 10.000 per lot. Lalu banyak membaca untuk selalu menambah pengetahuan tentang berbagai banyak hal terutama ekonomi, budaya, agama, dan keterampilan.

Selama menjalani proses menabung menjadi orang kaya, bangun cita-cita setiap hari dengan berdoa kepada Tuhan. Doa dilakukan dengan menjalankannya sesuai dengan keyakinan agama masing-masing.  Bagi muslim lakukan doa dengan shalat lima kali sehari dan dhuha 12 rakaat tiap hari. Shalat yang isinya doa adalah penyebab keberkahan. Nabung saham yang kita lakukan harus dengan niat kebaikan untuk membangun kesejahteraan bersama. Doa dalam shalat menjadi penghantar kita untuk mencapai cita-cita. 

Apa yang terjadi di masa lalu dan masa mendatang hanya Tuhan yang tahu, manusia hanya diberi pengetahuan sedikit, berdasarkan apa yang dialami dan dibacanya. Pengetahuan yang kita ketahui hanya diberikan pada manusia pada saat terjadi. Setelah itu apa yang telah terjadi dan akan terjadi menjadi ghaib. Masa lalu hanya jadi pelajaran, dan masa depan harus jadi optimisme. 

Saturday, December 17, 2022

DIDAKTIK DAN PEDAGOGIK GURU DARI AL QURAN

OLEH: TOTO SUHARYA

Pemikiran dari tulisan ini saya gunakan sumbernya dari Al Quran. Mengapa saya lakukan? Para ilmuwan bisa mengambil kesimpulan karena mereka berhasil meyakinkan diri bahwa fakta yang mereka temukan melalui metode peneltian benar, sehingga mereka berani mengatakan apa yang dia simpulkan benar. 

Sekarang, saya akan gunakan fakta yang sudah benar tanpa melalui verifikasi dengan metode penelitian. Fakta atau konsep dari Al Quran sudah punya validitas kebenaran, dan memiliki dasar kuat untuk dijadikan argumen. Namun demikian keterbatasan pemikiran manusia membuat tafsir terhadap Al Quran menjadi beragam. 

Dari sudut pandang dunia pendidikan, Al Quran adalah sumber ide untuk pengembangan dasar-dasar teori tentang didaktik dan pedagogik. Didaktif berkaitan dengan pengetahaunnya pengetahuan, dan pedagogik berkaitan dengan cara mengajarkannya. Al Quran adalah wahyu ilahi, tidak sepadan dengan pemikiran manusia. Tetapi informasi dari Al Quran banyak perintah kepada manusia untuk memikirkan ayat-ayatnya.

Isi Al Quran ada dua yaitu yang bisa terjangkau oleh pemahaman manusia berkaitan dengan informasi-informasi lahiriah, dan yang tidak terjangkau oleh pemahaman manusia berkaitan dengan informasi batiniah. "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al Hadiid, 57:3).

Informasi gejala lahiriah tidak bertentangan dengan gejala batiniah. Manusia diberi peluang sedikit kemampuan untuk mengungkap gejala-gejala lahiriah dan batiniah. Peluang sedikit inilah yang dimanfaatkan oleh manusia-manusia yang berani dan mau berpikir untuk mengenal siapa Tuhannya. 

Di bawah adalah teks terjemahan Digital Al Quran Versi 3.2. Inilah sedikit pengetahuan yang sedikit-sedikit bisa kita ungkap dari sudut pandang pendidikan. Lebih spesifik dalam hal ini bicara tentang  profesi guru. Ayat ini menjelaskan tentang didaktik dan pedagogik.

"Demi yang diutus untuk membawa kebaikan, dan yang terbang dengan kencangnya, dan yang menyebarkan dengan seluas-luasnya, dan yang membedakan dengan sejelas-jelasnya, dan yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi" (Al Mursalaat, 77:1-7).

Dalam terjemahan ayat ini umumnya menjelaskan tentang malaikat. Namun demikian, malaikat dalam hal ini adalah makhluk sebagai pembentuk unsur manusia yang diberitakan dalam Al Quran tunduk pada manusia mengikuti perintah Allah. Keutamaan malaikat adalah memiliki keimanan dan ketakwaan yang taat. Sebaliknya unsur manusia yang lainnya adalah iblis, yang memiliki karkter sombong dan pembangkang. Dua sifat ini adalah dalam diri manusia. Sebagaimana dijelaskan di dalam Al Quran. 

"dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya" (Asy Syams, 91:7-10).

Jadi dari kedua unsur manusia yang fujur dan takwa, ada manusia-manusia takwa berkualitas tinggi dengan ciri-ciri berilmu tinggi dan sangat mencintai kebaikan. Selalu berusaha mengajarkan kebaikan, memiliki kemampuan membedakan dengan jelas bersumber dari wahyu. Mengajarkan bagaimana cara berargumen dan memberi nasehat dengan kepastian yang jelas. 

Manusia berkualitas tinggi yang selalu membawa misi kebaikan adalah guru. Kebaikan adalah pengetahuan-pengetahuan yang benar, mengandung keyakinan, dan bisa dibuktikan. Inilah ilmu didaktik yang dimiliki para guru, ilmu tentang pengetahun yang baik yang bisa menghasilkan argumen-argumen terbaik. Melatih kemampuan berargumen merupakan pedagogik yang harus dimiliki guru.***  



TIGA KUALITAS OTAK

OLEH: TOTO SUHARYA

Mohon dibaca tuntas. Ketika Mas Menteri Nadeim Anawar Makarim membatalkan Ujian Nasional, itulah awal dari kemerdekaan dunia pendidikan dari belenggu kejumudan dalam berpikir. Lahirnya konsep merdeka belajar, sebagai genderang dimulainnya perubahan paradigma dalam pendidikan. Tentu saja mengubah paradigma pendidikan berurusan dengan memperbaiki isi otak orang-orang. 

Kualitas isi otak dapat dibedakan dengan tiga kondisi. Pertama, otak berisi judul dan pesan singkat. Otak ini hanya diisi oleh bacaan-bacaan singkat bersumber pada judul-judul artikel, judul berita, judul buku, judul film, dan judul di pesan-pesan singkat di media sosial.   

Kedua, kualitas otak berisi bacaan tidak tuntas. Otak ini lebih jauh tidak hanya berisi judul, isi bacaannya, namun terbatas pada hal-hal yang menarik bagi dirinya. Sehingga otak ini sering salah persepsi dan baper akibat bacaannya tidak tuntas. Kritikan-kritikan yang dihasilkannya selalu memperlihat kebodohan karena kritikannya terkadang tidak relevan dengan isi bacaan yang dibacanya. 

Ketiga, kualitas otak berisi bacaan tuntas. Kualitas otak ini sangat berkelas. Otak ini tidak pernah gagal paham, dan selalu mengedepankan literasi, verifikasi, dan konfirmasi. Kritikan-kritikan yang dihasilkan otak ini, bersumber pada argumen-argumen yang kebenaran argumennya benar, meyakinkan, dan bisa dijastifikasi. 

Ketiga kualitas otak ini ada dalam kehidupan sehari-hari kita. Otak pembaca judul dia tidak bisa bertahan lama belajar, konsentrasinya hanya menitan. Bawaannya cepat bosan, dan jika diberi pekerjaan tidak sampai tuntas, dan cenderung mencari kesenangan untuk dirinya. Semua sudut pandang untuk kesenangan dirinya dengan argumen dari judul-judul yang dia kumpulkan. Sifat emosionalnya mudah terungkap dari bahasa tubuhnya yang tidak bisa rilek ketika komunikasi dengan otak lain. Otak pembaca judul mudah sekali terprivokasi, karena terlalu cepat mengambil keputusan.

Otak pembaca tidak tuntas, selalu kritis menanggapi pemikiran otak lain, namun tidak pernah cukup argumen untuk mempertanggung jawabkan kritikannya. Pandangannya nampak objektif, tapi sayang argumen yang dibangunnya berangkat dari kesalahpahaman. Otak kritisnya tidak bertahan lama karena selalu kehabisan argumen. Perubahan ditanggapinya sebatas nama tanpa memahami secara teknis apa yang harus dan bisa dilakukan. Otak pembaca tuntas cenderung kurang toleran pada perbedaan. Rasa ingin tahunya hanya sebatas menguji dan setelah itu meninggalkannya. 

Otak pembaca tuntas, kekritisannya muncul dari rasa ingin tahu pada hal-hal unik berbau prubahan. Konsentrasinya bisa bertahan dalam durasi panjang. Otak pembaca tuntas tertarik pada konsep-konsep perubahan dan berusaha diskusi untuk memahami sampai pada tataran teknis apa yang harus dan bisa dilakukannya. Otak pembaca tuntas, emosinya lebih stabil, dia selalu menjaga marwahnya untuk tidak membenci dan menyalahkan otak lain. 

Pendidikan adalah soal isi otak, apakah dia berisi penuh, setengan penuh, atau tidak penuh-penuh. Otak pembaca judul otaknya selalu penuh. Ruang otaknya menjadi sempit karena selalu terasa penuh akibat terlalu banyak membaca judul. Orang pembaca setengah, otaknya selalu berisi setengah tak pernah penuh. Bagi otak ini, pengetahuan yang dibutuhkannya hanya untuk mengkritik. Bagi otak pembaca tuntas, dia selalu memenuhi seluruh ruang otaknya, namun tidak pernah penuh-penuh. Otak pembaca tuntas mereka selalu menyadari, "semakin banyak tahu, semakin tahu, lebih banyak tidak tahu". Karakter otak pembaca tuntas, tidak pernah melupakan dirinya untuk terus berefleksi diri.*** 


KAYA ITU WAJIB?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Menarik menyimak podcast Prof. Muhammad Syafi'i Antonio di channel @HelmyYahyaBicara, tentang kenap...