Friday, June 5, 2020

MIGRASI KE PENDIDIKAN NEW NORMAL

Oleh: Toto Suharya
(Penulis Kepala Sekolah, Trainer Logika Tuhan)

Sejak terjadi pandemi Covid 19 tidak ada pilihan yang lebih efektif melayani pembelajaran kecuali menggunakan pembelajaran daring. Dunia secara global sudah terkoneksi dengan internet. Berbagai macam kegiatan ekonomi sudah dihubungkan dengan internet, jangkauan pasar menjadi global dan keuntungan pun meningkat tajam. Perbankan, pasar ritel, pasar modal, transportasi, hotel, pariwitsata, rental mobil, kos-kosan, semua sudah terkoneksi dengen internet.

Dunia pendidikan adalah layanan jasa yang sangat memungkinkan melakukan migrasi ke layanan berbasis internet. Biaya pendidikan yang selama ini jadi beban masyarakat dapat ditekan menjadi sangat terjangkau. Layanan pendidikan melalui internet bisa menjangkau daerah-daerah pelosok yang terkoneksi internet dan bersifat global lintas negara. Di masa mendatang sekolah akan lebih fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Dunia sudah terbelah menjadi dua yaitu dunia nyata dan maya. Mendalami dan menguasai dunia maya sudah menjadi kehidupan normal bagi manusia di abad internet. Pendidikan harus cepat beradaftasi dengan keadaan ini. Layanan pembelajaran tidak bisa lagi hanya tergantung pada layanan fisik tatap muka dengan buku paket. Perubahan informasi yang cepat membuat isi materi buku paket jauh tertinggal dan tidak berguna. Kondisi geografi dan waktu belajar tidak akan jadi hambatan lagi bagi anak-anak untuk sekolah. Belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan new normal bagaimana memenuhi harapan masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan daring berkualitas. Berdasar hasil survey, orang tua siswa hampir 100 persen mereka setuju dalam pembelajaran jarak jauh berharap anak-anaknya bisa belajar mandiri tanpa tergantung pada guru dan terjalin komunikasi yang baik antara guru, siswa dan orang tua. Hal-hal baik lainnya yang perlu dikembangkan terus adalah tentang kebiasaan hidup sehat sesuai protokoler kesehatan, kedisiplinan anak dalam membagi waktu belajar dan bermain, penggunaan teknologi untuk pembelajaran, dan melatih anak mandiri serta bertanggung jawab.

Selain itu hasil survey kepada peserta didik selama BDR, anak anak maksimal belajar lima hari. Lama belajar tiap hari 1-3 jam. Proses pembelajaran yang paling banyak dilakukan adalah 79,6% mengerjakan soal-soal dan 61,7% menggunakan berbagai media di internet. Sebanyak 12,2% menggunakan aplikasi mandiri dan sebagian besar menggunakan aplikasi belajar dari pihak swasta di internet. Ada 27,7% sekolah belum memberikan dukungan pada anak-anak selama belajar di rumah. Ada 14,6% anak-anak tidak menonton tv, dan paling banyak nonton tvri. Hambatan terbesar yang dihadapi anak-anak pada saat BDR adalah kesulitan memahami pelajaran (70%). Selanjutnya 57,1% merasa bosan, 56,6% kurang konsentrasi, 56,5% sulit komunikasi dengan guru, dan intruksi tugas yang diberikan guru kurang jelas. Di atas 75% anak-anak memiliki teknologi informasi memadai. Di atas 70%, anak-anak  menyelesaikan masalah pembelajaran berdiskusi dan komunikasi dengan teman. Untuk mengurangi kejenuhan belajar di rumah anak-anak melakukan aktivitas lain.

Berdasarkan hasil survey di atas ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melaksanakan pembelajaran daring. Pertama, menyajikan materi dengan instruksi yang jelas. Isi materi memuat fakta-fakta yang harus dianalisis, disintesa, dan dipecahkan (create) untuk melatih keterampilan berpikir. Kedua, pembelajaran dengan pengerjaan soal-soal, konstruksinya harus sudah sesuai dengan kontruksi soal HOTS. Ketiga, untuk mengurangi kebosanan belajar isi materi harus kontesktual, materi menggunakan berbagai media di internet dan sesuai dengan kebutuhan masa depan anak-anak untuk hidup sukses.

Untuk menunjang pembelajaran daring, pelatihan guru harus difokuskan pada pemahaman tentang penyusunan materi yang melatih anak-anak mengolah data dan fakta atau menyelesaikan kasus-kasus kontekstual. Pemanfaatan materi ajar menjadi tidak terikat dan bisa menyesuaikan dengan kebutuhan yang dihadapi anak-anak. Pembelajaran harus lebih banyak menunut siswa untuk melakukan inquiry dan menemukan solusi-solusi hidup  di dunia nyata dan maya. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...