Oleh: Toto
Suharya
(Kepala Sekolah, Sekretaris I DPP AKSI)
Kegiatan akhir tahun di sekolah selain momen terakhir untuk anak-anak juga momen terakhir untuk guru guru dalam mendidik. Kegiatan akhir tahun, yang sering kita sebut wisuda atau perpisahan menjadi puncak dari seluruh program pendidikan selama satu tahun. Pandemi covid 19 telah merubah kegiatan akhir tahun menjadi kegiatan tidak biasa, karena dilaksanakan melalui daring.
Tema pendidikan di akhir tahun kali ini adalah Young
Entreprener From Home. Tema ini diangkat ketika terjadi pandemic Covid 19
pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Di masyarakat
dan media sosial dikenal istilah lock down dengan berbagai macam dialek
tulisan. Dengan tiba-tiba pembelajaran di sekolah dihentikan dan harus
dilakukan dari rumah. Guru dan siswa mendadak belajar daring. Setengah dipaksa
karena tidak ada pilihan, dengan berbagai jurus guru dan siswa melakukan
pembelajaran dari rumah. Beruntung sekolah memiliki teknisi komputer handal,
bisa melakukan inovasi dengan mengembangkan aplikasi belajar jarak jauh
sendiri.
Pandemi covid 19 membawa pesan bahwa internet bukan hanya
untuk chating dan up date status gosip. Internet di negara lain
sejak 25 tahun lalu sudah dibidik sebagai tempat belajar, bekerja, dan mencari
nafkah. Pengguna internet sekitar 173 juta orang dari jumlah penduduk 270
jutaan, isinya masih belum produktif. Pandemi covid 19 memberi peringatan pada
dunia pendidikan untuk mulai mengembangkan metode dan model-model pembelajaran
berbasis internet, sambil memperkenalkan dunia internet yang bisa dimanfaatkan
untuk berbagai aspek kehidupan. Dunia internet sudah menjadi dunia nyata kedua
bagi anak-anak generasi sekarang.
Saat ini dunia pendidikan harus bisa menciptakan para entrepreneur
dari rumah. Belajar dan bekerja dari rumah sudah bukan lagi mimpi. Sudah banyak
fakta, ada orang tiap hari tidak pergi ke tempat kerja, tidak pergi ke kampus,
tapi dia bisa menghasilkan uang puluhan juta dan milyaran per bulan dan
tiba-tiba mengikuti wisuda. Pandemi Covid 19 yang memaksa orang melakukan
isolasi diri dan stay at home, tidak mengubah apapun bagi mereka yang
sudah melakukan learn and work from home sebelum pandemi terjadi. Bagi mereka yang sudah biasa learn and
work from home, semua terasa berjalan normal.
Pada momen terakhir di sekolah ini, kita semua berpesan pada
anak-anak, “jadilah entrepeneur yang terus belajar dan bisa bekerja dari rumah”.
Dunia nyata sudah terbagi dua, dunia menginjak tanah dan dunia tanpa tanah.
Saat ini manusia bisa pergi kemana-mana tanpa pergi kemana-mana. Tidak ada lagi
manusia terisolir karena jarak tempuh dan poisisi geografi. Tidak ada lagi yang
ketinggalan informasi atau ketinggalan zaman. Semua manusia cerdas dan
berwawasan, bedanya hanya diketerampilan berpikir. Semua bisa diselesaikan
dengan berpikir tanpa pergi ke luar rumah. Inilah tantangan dunia pendidikan di
zaman sekarang.
Saat ini semua kegiatan harus bernilai investasi. Segala
tindakan yang kita lakukan harus bernilai investasi. Di dunia tanpa tanah (internet)
setiap tindakan akan terekam dan menjadi rekaman abadi dan akan terus
disaksikan oleh anak-anak cucu dari generasi ke generasi. Orang-orang sukses di
zaman sekarang adalah mereka yang rajin berivestasi.
Belajar dari Li Ka-Shing salah satu orang terkaya di dunia
yang lahir dari keluarga sangat miskin. Li Ka-Shing memiliki kekayaan 600
triliun. Mengutif dari Youtube Helmy Yahya, ada tiga rahasia investasi yang
harus dilakukan Li Ka-Shing agar jadi orang sukses. Pertama; Investasi Beramal.
Li Ka Shing rajin memberikan donasi untuk kemanusiaan. Tercatat sebagai orang
kaya dengan jumlah charity terbesar kelas dunia. Kedua; investasi
belajar. Never stop learning.
Membelanjakan uang untuk belajar adalah investasi yang akan selalu menambah
keberkahan hidup. Ketiga; investasi berbakti. Orang sukses rata-rata memiliki
hubungan baik dengan orang tuanya terutama ibu. Pada usia 17 tahun Li Ka Shing
memberikan gaji pertama kepada ibunya.
No comments:
Post a Comment