Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Di kutif dari Chanel youtube @Nu Online, Abdul Mu'ti berpendapat "tauhid punya implikasi sosiologis dan politis, hal ini jarang di bahas. Dengan tauhid, manusia menjadi sosok egaliterian. Egalitarian dibangun karena iman dan takwa.
Artinya, Abdul Mu'ti berpendapat tauhid memiliki konsekuensi pada prilaku atau karakter manusia. Ciri karakter manusia jika dia bertauhid terwujud di dalam pola pikir atau karakter manusia egalitarian, tidak memandang manusia dari sisi fisik, aliran, agama, suku, bangsa, dan budaya.
Pendapat beliau di dasar pada informasi darlam Al Quran. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujurat, 49:13).
Ayat ini diawali dengan peringatan pada "manusuia". Kata ini menjadi kunci bahwa Nabi Muhammad membawa pesan-pesan inklusif di dalam Al Quran. Menurut Abdul Mu'ti, ayat ini membawa pesan bahwa kita harus menjadi manusia inklusif yaitu manusia yang tidak memandang manusia lain secara fisik. Cara pandang inklusif kepada sesama manusia merupakan ciri khas dari manusia-manusia bertauhid kepada Tuhan.
Memandang manusia lain terhormat tidak terhormat, mulai tidak mulia, bukan sudut pandang kemanusiaan, kehormatan dan kemuliaan manusia hanya Allah yang melihat. Artinya, antar sesama manusia kita tidak boleh saling menghina, menghujat, mencela, dan berprasangka buruk sebagaimana Allah jelaskan pada surat Al Hujuurat ayat 11 dan 12.
Saya sepakat dengan pendapat Abdul Mu'ti ketauhidan seharusnya berdampak pada kehidupan sosial dan politik. Saya berpendapat ketauhidan adalah komitmen manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa dalam tindak tanduk kita sehari-hari mengikuti perintah dari Tuhan.
Ketika kita melihat Genosida terjadi di Palestina, oleh sebuah bangsa yang mengatasnamakan bangsa terpillih, penjaga demokrasi, akal sehat kita tentu tidak bisa menerimanya. Manusia-manusia terpilih oleh Tuhan bukan mereka yang tidak menghargai nyawa manusia, tapi mereka yang berjuang melindungi dan menghargai martabat manusia.
Untuk itu, Allah memeringatkan kepada manusia untuk menggunakan akal, supaya berpikir kritis dan tidak mudah menerima informasi begitu saja tanpa konfirmasi dan diskusi. Orang-orang yang bertauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat kita kenali dari karakter-karakter manusia pembawa rahmat bagi seluruh alam.***
No comments:
Post a Comment