Friday, March 15, 2019

LITERASI SHALAT


OLEH: TOTO SUHARYA

Mengacu pada tujuan pendidikan nasional, visi pertama yang harus jadi acuan adalah menciptakan generasi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (kompetensi spiritual). Visinya adalah mewujudkan generasi religius. Tuangkan dalam kalimat misi yang lebih operasional yaitu mewujudkan peserta didik yang taat menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing. Tujuannya menjadikan suasana sekolah berkultur dan siswa berkarakter religius.

Indikator pencapainya sesuaikan dengan peribadatan agama masing-masing siswa yang terukur. Bagi muslim targetnya membiasakan peserta didik melaksanakan shalat lima waktu, dhuha setiap hari, dan shalat berjamaah, berkolaborasi dengan orang tua siswa.

Target idealnya 100 persen, namun berdasarkan pengalaman untuk mencapai 80% saja pemantauannya luar biasa harus mengerahkan semua energi guru dan orang tua. Dari hasil survey ke tiap kelas, dan verifikasi orang tua, setelah program berjalan sembilan bulan, kurang lebih hanya 10-20% anak yang melaksanakan shalat secara konsisten tiap hari. Namun selama di sekolah program shalat dhuha 12 rakaat setiap hari dilaksanakan bersama-sama di lapangan. Setelah shalat diisi kuliah dhuha untuk tambahan literasi spiritual.

Kendala yang dihadapi adalah ketekunan dalam mengkondisikan dan pemantauan siswa oleh guru dan orang tua yang lemah. Kendala kedua adalah sarana prasarana ibadah dan kebutuhan air wudhu yang terbatas. Untuk mencapai target program sangat dibutuhkan pengkondisian dan kerjasama seluruh warga sekolah, dan dukungan orang tua.

Faktor berikutnya adalah literasi tentang shalat yang harus ditingkatkan. Rata-rata pemahaman yang beredar, shalat hanya dipahami sebagai kewajiban tanpa argumentasi hubungannya dengan kehidupan. Kuliah dhuha, pembelajaran agama, harus didorong untuk meningkatkan literasi anak-anak dan warga sekolah tentang efek positif shalat bagi kehidupan.

Shalat bisa jadi ukuran prilaku akhlak mulia anak-anak dan memiliki fungsi serta efek pada seluruh kehidupan. Secara rasional shalat bisa meningkatkan kecerdasan, kesejahteraan, lepas dari kesulitan dan meningkatkan kebahagiaan. Literasi shalat bisa digali dari keterangan kitab suci, hadis shahih, hasil-hasil penelitian, pengalaman spiritual, dan kesaksian. Literasi shalat bisa ditingkatkan dengan menambah koleksi-koleksi buku tentang segala keajaiban dan kajian ilmiah shalat, dengan mengundang ahli tafsir, penceramah, motivator, dan mengadakan seminar-seminar tentang pengalaman spiritual dari kajian neurosains, dan berbagai kajian ilmu pengetahuan.

Dari sumber kitab suci, di dapat keterangan shalat dapat membawa dampak pada kesejahteraan, kesehatan, kecerdasan, kesuksesan, dan kesabaran. Melihat dampak ini, kompetensi spiritual harus benar-benar jadi kultur di setiap lingkungan pendidikan.


Dari kesaksian anak-anak dan orang tua, shalat yang telah dilakukan secara konsisten, membawa perubahan pada kecerdasan dan kesejahteraan. Pengakuan anak-anak dalam karya tulisnya tentang pengalaman spiritual shalat, dia merasa prestasinya meningkat menjadi tiga besar dibanding sebelumnya sebelum melaksanakan shalat secara rutin. Para orang tua mengalami perbaikan kesejahteraan dilihat dari menurunnya jumlah tunggakkan iuran bulanan ke ke sekolah. Lima orang guru lolos seleksi CPNS, dan pembangunan infrastruktur sekolah bantuan dari pemerintah dan orang tua berjalan lancar. Kondisi lingkungan sosial sekolah terasa lebih harmonis, dan suasana sekolah lebih positif.

Selama ini belum ada kajian ilmiah yang meneliti tentang efek positif kegiatan spiritual shalat di sekolah terhadap warga sekolah. Namun penelitian dalam bidang kesehatan, di Amerika sudah banyak dilakukan dengan hasil, “mereka yang rutin, disiplin, melakukan ibadah lebih tahan terhadap penyakit, dan lebih panjang umur”. (Pasiak, 2012). Shalat (doa rutin) dapat membantu seseorang menjadi lebih optimis dalam menghadapi permasalahan hidup. Sikap optimis ini telah melahirkan hormon endorphin yang membuat kita merasa semangat, bahagia, dan senang. (Muhtadi, 2017, hlm. 278). 

Dijelaskan dalam Al-Qur’an, shalat membawa efek pada kemakmuran rezeki. “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim, 18:37).

Mekah adalah bukti nyata, bahwa ketika shalat didirikan maka berubahlah Mekah menjadi tempat subur dan damai, dipenuhi makanan dan buah-buahan, diawali dengan keluarnya air sumur zam-zam yang tak habis-habis. Jika sekolah menjadi tempat didirikannya shalat, dilakukan dengan komitmen dan konsisten oleh seluruh warga sekolah kolaborasi dengan orang tua siswa, tidak mustahil bagi Allah untuk memakmurkan tanah dan seluruh keluarga besar sekolah.

Bagi siapa saja yang selalu bedoa, berharap, optimis dengan konsisten dalam kondisi lapang maupun sempit (takwa), “… niscaya Dia (Allah) akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (At Thalaaq: 1-2). Inilah literasi shalat yang harus digali dan terus ditingkatkan dengan pemahaman, penghayatan, dan pembuktian. Wallahu ‘alam.   

(Kepala Sekolah SMAN 1 Cipeundeuy KBB)

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...