OLEH: TOTO SUHARYA
Mengacu pada tujuan pendidikan
nasional, visi pertama yang harus jadi acuan adalah menciptakan generasi
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (kompetensi spiritual). Visinya
adalah mewujudkan generasi religius. Tuangkan dalam kalimat misi yang lebih
operasional yaitu mewujudkan peserta didik yang taat menjalankan ibadah sesuai
agamanya masing-masing. Tujuannya menjadikan suasana sekolah berkultur dan
siswa berkarakter religius.
Indikator pencapainya sesuaikan
dengan peribadatan agama masing-masing siswa yang terukur. Bagi muslim
targetnya membiasakan peserta didik melaksanakan shalat lima waktu, dhuha
setiap hari, dan shalat berjamaah, berkolaborasi dengan orang tua siswa.
Target idealnya 100 persen, namun
berdasarkan pengalaman untuk mencapai 80% saja pemantauannya luar biasa harus
mengerahkan semua energi guru dan orang tua. Dari hasil survey ke tiap kelas,
dan verifikasi orang tua, setelah program berjalan sembilan bulan, kurang lebih
hanya 10-20% anak yang melaksanakan shalat secara konsisten tiap hari. Namun
selama di sekolah program shalat dhuha 12 rakaat setiap hari dilaksanakan
bersama-sama di lapangan. Setelah shalat diisi kuliah dhuha untuk tambahan literasi
spiritual.
Kendala yang dihadapi adalah
ketekunan dalam mengkondisikan dan pemantauan siswa oleh guru dan orang tua
yang lemah. Kendala kedua adalah sarana prasarana ibadah dan kebutuhan air
wudhu yang terbatas. Untuk mencapai target program sangat dibutuhkan
pengkondisian dan kerjasama seluruh warga sekolah, dan dukungan orang tua.
Faktor berikutnya adalah literasi
tentang shalat yang harus ditingkatkan. Rata-rata pemahaman yang beredar,
shalat hanya dipahami sebagai kewajiban tanpa argumentasi hubungannya dengan
kehidupan. Kuliah dhuha, pembelajaran agama, harus didorong untuk meningkatkan
literasi anak-anak dan warga sekolah tentang efek positif shalat bagi
kehidupan.
Shalat bisa jadi ukuran prilaku
akhlak mulia anak-anak dan memiliki fungsi serta efek pada seluruh kehidupan. Secara
rasional shalat bisa meningkatkan kecerdasan, kesejahteraan, lepas dari
kesulitan dan meningkatkan kebahagiaan. Literasi shalat bisa digali dari
keterangan kitab suci, hadis shahih, hasil-hasil penelitian, pengalaman
spiritual, dan kesaksian. Literasi shalat bisa ditingkatkan dengan menambah
koleksi-koleksi buku tentang segala keajaiban dan kajian ilmiah shalat, dengan mengundang
ahli tafsir, penceramah, motivator, dan mengadakan seminar-seminar tentang
pengalaman spiritual dari kajian neurosains, dan berbagai kajian ilmu
pengetahuan.
Dari sumber kitab suci, di dapat
keterangan shalat dapat membawa dampak pada kesejahteraan, kesehatan,
kecerdasan, kesuksesan, dan kesabaran. Melihat dampak ini, kompetensi spiritual
harus benar-benar jadi kultur di setiap lingkungan pendidikan.
Dari kesaksian anak-anak dan
orang tua, shalat yang telah dilakukan secara konsisten, membawa perubahan pada
kecerdasan dan kesejahteraan. Pengakuan anak-anak dalam karya tulisnya tentang pengalaman
spiritual shalat, dia merasa prestasinya meningkat menjadi tiga besar dibanding
sebelumnya sebelum melaksanakan shalat secara rutin. Para orang tua mengalami
perbaikan kesejahteraan dilihat dari menurunnya jumlah tunggakkan iuran bulanan
ke ke sekolah. Lima orang guru lolos seleksi CPNS, dan pembangunan
infrastruktur sekolah bantuan dari pemerintah dan orang tua berjalan lancar.
Kondisi lingkungan sosial sekolah terasa lebih harmonis, dan suasana sekolah lebih
positif.
Selama ini belum ada kajian
ilmiah yang meneliti tentang efek positif kegiatan spiritual shalat di sekolah
terhadap warga sekolah. Namun penelitian dalam bidang kesehatan, di Amerika
sudah banyak dilakukan dengan hasil, “mereka yang rutin, disiplin, melakukan
ibadah lebih tahan terhadap penyakit, dan lebih panjang umur”. (Pasiak, 2012). Shalat
(doa rutin) dapat membantu seseorang menjadi lebih optimis dalam menghadapi permasalahan
hidup. Sikap optimis ini telah melahirkan hormon endorphin yang membuat kita merasa semangat, bahagia, dan senang.
(Muhtadi, 2017, hlm. 278).
Dijelaskan dalam Al-Qur’an,
shalat membawa efek pada kemakmuran rezeki. “Ya
Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di
dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat,
maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur. (Ibrahim, 18:37).
Mekah adalah bukti nyata, bahwa
ketika shalat didirikan maka berubahlah Mekah menjadi tempat subur dan damai,
dipenuhi makanan dan buah-buahan, diawali dengan keluarnya air sumur zam-zam
yang tak habis-habis. Jika sekolah menjadi tempat didirikannya shalat,
dilakukan dengan komitmen dan konsisten oleh seluruh warga sekolah kolaborasi
dengan orang tua siswa, tidak mustahil bagi Allah untuk memakmurkan tanah dan
seluruh keluarga besar sekolah.
Bagi siapa saja yang selalu bedoa,
berharap, optimis dengan konsisten dalam kondisi lapang maupun sempit (takwa), “… niscaya Dia (Allah) akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya.” (At Thalaaq: 1-2). Inilah literasi shalat yang harus
digali dan terus ditingkatkan dengan pemahaman, penghayatan, dan pembuktian.
Wallahu ‘alam.
(Kepala Sekolah SMAN 1 Cipeundeuy
KBB)
No comments:
Post a Comment