Tuesday, October 7, 2025

GURU MEWARISI PARA NABI

Oleh: Dr. Toto Suharya, M.Pd.

Di negara-negara berperadaban, kedudukan guru sangat dihormati. Jepang, China, Korea, Swedia, Finlandia, saat ini dikenal sebagai negara dengan kualitas pendidikan karakter terbaik di dunia. Mereka sangat menghormati kedudukan guru, dan guru mendapat status terhormat di masyarakat.

Hipotesis ini kemungkinan besar benar. Di negara-negara dengan kualitas pendidikan terbaik, dipastikan berhubungan positif dengan budaya murid-murid dan masyarakat menghormati dan menghargai guru. Berbanding terbalik dengan negara-negara dengan kualitas pendidikan buruk, masyarakatnya sangat tidak menghargai guru bahkan menyepelekannya.

Di negara-negara beradab para guru dipilih dari kaulitas manusia terbaik dan diberi penghargaan sangat baik. Di negara-negara jahiliyah, siapa saja bisa jadi guru dengan penghargaan hak hidup tidak layak bahkan dibawah hak hidup binatang piaraan.

Negara-negara dengan karakter buruk dan ilmu pengetahuan tertinggal, sangat identik dengan nasib guru-guru yang teraniaya dan dianggap beban negara. Perguruan tinggi-perguruan tinggi dan pemikir-pemikir di negara jahiliyah, ilmu-ilmu keguruan tidak diperdalam lagi.

Sebenarnya, pekerjaan paling terhormat adalah guru. Menghormati profesi guru seperti menghormati para nabi, karena guru jika ditarik ke belakang dia pewaris para nabi yang menjaga pesan-pesan moralitas kemanusiaan turun-temurun dari para nabi.

Demi Al Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, di atas jalan yang lurus, yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. (Yasin, 36:2-6).

Filosofi ilmu keguruan berlandaskan pada tugas para nabi dan rasul, yaitu sebagai pemberi peringatan. Hingga sekarang turun-temurun tugas para nabi dilanjutkan oleh para guru. Di sekolah, kampus, guru-guru mengajarkan moralitas bagaimana manusia harus hidup berdampingan dengan manusia lain.

Tingginya peradaban manusia bukan dari keberhasilan menciptakan teknologi-teknologi terbaru, tapi dilihat dari karakter baik dalam penggunaan teknologi. Jika, manusia bisa menciptakan teknologi perang termutakhir, tapi digunakan untuk genosida suatu bangsa, mereka bukan manusia-manusia terbaik. 

Tugas guru yang abadi bukan mengajarkan bagaimana teknologi terbaru dapat diciptakan, tetapi bagaimana mengajarkan dan membimbing manusia agar tetap punya rasa kemanusiaan. Inilah pesan turun temurun dari para nabi hingga sekarang.

Bangsa gagal dapat dilihat dari dua kriteria guru. Pertama, guru yang hanya mengajarkan bagaimana manusia mencapai tujuan hidup tanpa mengajarkan moralitas kemanusiaan. Di negara ini, guru dihormati, ilmu pengetahuan berkembang pesat, tetapi tujuan pendidikan menyimpang karena sikap saling menghargai, saling menolong, saling membantu sesama manusia tidak lagi jadi tujuan pendidikan hakiki. 

Kedua, negara gagal ditandai dengan kedudukan guru direndahkan, dilecehkan, tidak dihormati, dan tidak jadi prioritas dalam pembangunan sumber daya manusia. Dunia pendidikan jadi kerangjang sampah tempat manusia-manusia rendahan berkumpul. Masyarakat menuntut kualitas pendidikan tinggi, tapi mereka sendiri tidak mau berkorban.

Jika ingin memperbaiki bangsa dan peradaban saat ini, salah satu yang harus dipulihkan kembali adalah filosofi, fungsi, dan peran guru di dunia pendidikan. Siapa guru perlu dikaji kembali, dan kedudukan guru perlu dikembalikan pada asalnya dengan melihat fungsi dan peran para utusan Tuhan di muka bumi.

Benang merah fungsi dan peran guru tidak lain adalah melanjutkan misi para utusan agar manusia tetap beriman pada Tuhan, punya rasa takut pada Tuhan, dan menjalankan perintah Tuhan. Apapun teknologinya hidup ini hanya perhiasan dan permainan. 

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al An'aam, 6:32).

Para nabi diturunkan ke bumi bukan untuk menciptakan teknologi, tapi untuk memberi kabar gembira pada mereka yang berbuat baik pada sesama, menghargai nyawa manusia tanpa melihat ras, suku, budaya, dan agama. Para nabi mengajarkan hidup berdampingan, menjaga perdamaian, dan saling mensejahterakan. 

Para nabi mengajari bahwa manusia-manusia berkualitas tinggi mereka yang mengakui eksitensi Tuhan sebagai pemilik kekuasaan tertinggi. Manusia-manusia yang mengakui eksitensi Tuhan, tak peduli seberapa tinggi teknologi dikuasai, dia masih memiliki rasa takut yaitu takut kepada Tuhan jika berbuat kerusakan di muka bumi.

Percaya pada Tuhan bukan dibuktikan dengan semata-mata berhenti pada ibadah ritual, tapi dilanjutkan dengan berbaik pada sesama sebagaimana Tuhan berbuat baik pada manusia. Inilah ajaran moral para guru utusan dari abad ke abad. 

Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya".  (Al Kahfi, 18:110).

Hancurnya peradaban bukan karena manusia tertinggal dari kemajuan teknologi. Kehancuran peradaban diawali dengan hilangnya rasa kemanusiaan dengan membiarkan orang-orang mati kelaparan, nyawa mausia tidak berharga tidak lebih berharga dari binatang peliharaan. Genosida di Palestina adalah tanda-tanda kehancuran peradaban manusia dimulai, dan Allah akan menggantikan dengan peradaban baru.

"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain." (Al An'aam, 6:6).

Upaya yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki pendidikan manusia dengan mengembalikan manusia kepada jati dirinya yaitu manusia beriman kepada Tuhan sebagai pemimpin pembawa manusia pada keselamatan hidup di dunia dan akhirat.***

Saturday, September 6, 2025

KARAKTER ORANG BERSYUKUR DALAM AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (Ibrahim, 14:7).

Mari kita bedah, siapa sebenarnya orang bersyukur? Kita coba identifikasi dari penjelasan Al Quran. Sebaik-baiknya penjelasan bersumber dari Al Quran. Al Quran petunjuk bagi manusia yang punya keyakinan pada Tuhan Esa.

Orang bersyukur memiliki karakter, dan apa ciri karakter dari orang bersyukur. Nabi Muhammad saw. merupakan contoh terbaik dari manusia bersuyukur. Karakter Nabi Muhammad saw. sebagai orang bersyukur dijelaskan di dalam Al Quran.


Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan : https://lynk.id/mastershopi

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran, 3:144).

Jika kita gali penjelasan berikutnya dalam Al Quran, apa ciri dari karakter orang bersyukur, Allah menjelaskannya dengan indah.

"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran, 3:145).

Allah memberikan pahala dunia dan akhirat kepada orang-orang bersyukur. Bagi orang bersyukur kematian tidak menghalangi harapan-harapan baiknya kepada Allah. Orang bersyukur berani menghadapi segala tantangan dan risiko sekalipun kematian akan dihadapinya. Lebih rinci lagi Allah menjelaskan ciri karakter orang bersyukur?

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran, 3:146).

Karakter orang-orang bersyukur, dia tidak menjadi lemah karena ditimpa bencana, tidak lelah dan pantang menyerah. Mereka bersabar menjalani visi dan misi hidupnya dengan terus berharap baik kepada Allah. Dia memilih bersabar menjalani kehidupan di jalan kebaikan.

"Tidak ada perkatan mereka selain ucapan doa: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Ali Imran, 3:147).

Ciri karakter orang bersyukur, dari mulutnya tidak ada kata sia-sia, kecuali kata-kata positif yang selalu mengandung harapan baik  atau doa. Perkataan mereka mengandung harapan-harapan baik berupa ampunan Allah dan menambah keteguhan pendirian karena kata-katanya positif menyebabkan datangnya pertolongan dari Allah.

"Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan". (Ali Imran, 148).

Jadi, karakter orang bersyukur digambarkan sebagai sosok para syuhada. Cirinya adalah dia selalu punya peluang baik dalam menghadapi segala kejadian (growth mindset). Hidupnya penuh dengan keberanian, yaitu berani menghadapi segala risiko yang akan terjadi, tidak pernah merasa lemah karena ditimpa bencana, tidak pernah merasa lelah, pantang menyerah dan pantang putus asa. 

Dari mulutnya selalu keluar kata-kata positif penuh dengan optimisme karena selalu taat dan berharap baik pada Allah. Itulah karakter tangguh ciri dari orang-orang bersyukur yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

Monday, September 1, 2025

KAYA ITU WAJIB?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Menarik menyimak podcast Prof. Muhammad Syafi'i Antonio di channel @HelmyYahyaBicara, tentang kenapa muslim harus kaya? Salah satu jawabannya adalah kesalahan dalam memahami makna juhud. Kata juhud diartikan meninggalkan keduniawian, padahal kita hidup di dunia. Seseorang tidak bisa menghindari dunia. Ibu, Istri, anak, sekolah, adalah dunia. Dunia dicari dengan cara halal.

Menurut Prof. M. Syafi'i Antonia kaya itu wajib. Kayalah dengan sekaya-kayanya dengan tiga catatan. Satu, carilah kekayaan dengan cara halal. Ikuti aturan yang berlaku. Dua, tidak boleh sombong. Berjalanlah di muka bumi dengan rendah hati. Tiga, harus mau berbagi, di atas 2,5%, 5%, 10%.

Di mayoritas umat Islam ada pemahaman menjadi orang kaya kurang baik. Hal ini berangkat dari masalah intelektual atau filosofis. Juhud dipahami terlalu tekstual, sehingga pemahamannya menjadi sempit bahwa juhud artinya meninggalkan urusan dunia. Padahal setiap hari hidup kita berurusan dengan dunia.


Ebook https://lynk.id/mastershopi

Miskin bisa sangat berbahaya. Jika kita miskin ada ibadah-ibadah yang tidak bisa dilakukan orang miskin. Shalat masih bisa dilakukan orang miskin. Zakat, sedekah, wakaf, hibah, pelihara anak yatim, ibadah haji, tidak bisa dilakukan oleh orang miskin. Orang miskin ibadahnya menjadi terbatas.

Ada peran-peran Nabi Muhammad yang tidak dipelajari dengan serius. Dalam catatan sejarah Nabi Muhammad melakukan berbagai peran manusia dalam kehidupan dunia. Nabi menjadi pedagang, investor, kepala rumah tangga, guru, pendakwah, diplomat, politisi, dll. Peran nabi yang paling banyak di pahami adalah sebagai pendakwah. Peran-peran Nabi Muhammad dalam bidang lainnya kurang didalami. 

Dalam sebuah ensiklopedi yang di susun Prof. M. Syafi'i Antonio, Rasul berdagang hampir 27 tahun hingga 29 tahun, jadi nabinya cuma 23 tahun. Berdasarkan fakta ini, disimpulkan bahwa ternyata kemandirian syarat utama untuk bicara bebas. 

Betapa mulianya para pedagang, sampai-sampai ada hadis Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa pedagang yang amanah bersama para nabi, para syuhada, dan para ulama. Masalahnya adalah, cara-cara Nabi berdagang, kurang dipelajari oleh umat Islam, karena lebih banyak mempelajari bagian dakwahnya.

Pemikiran-pemikiran yang disampaikan Prof. M. Syafi'a Antonio cukup menggugah umat Islam untuk refleksi diri. Penulis akui, pemahaman agama yang beredar terlalu fokus pada pendapat-pendapat dari pemikir-pemikir tasawuf yang mengajarkan umat beragama untuk meninggalkan hal-hal duniawi. Maka dari itu, kegiatan ekonomi tidak begitu digeluti oleh penganut agama Islam.  

Menurut pendekatan tasawuf, orang-orang suci menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Maka, orang-orang suci digambarkan dengan orang-orang miskin, hidup apa adanya. Pemahaman ini terus dinarasikan melalui pengajaran-pengajaran agama, dakwah-dakwah televisi, cerita rakyat, dongeng,  film, peringatan hari besar agama, dll.

Para ulama tasawuf menafsirkan hadis-hadis Nabi Muhammad tentang kondisi miskin, yang hasilnya pemahaman tentang juhud adalah menjauhkan diri dari kehidupan dunia. Pada ujung hidupnya, Nabi Muhammad memang tidak meninggalkan istana, kerajaan, dan kekayaan. Tapi sejarah Nabi Muhammad sejak dari anak-anak hingga dewasa, Beliau dikisahkan bukan orang miskin. 

Menurut Prof. M. Syafi'i Antonio, ada kisah dalam hadis, Nabi Muhammad bukan orang miskin, tetapi seluruh hartanya dihabiskan untuk sedekah.Saya sepakat dengan Prof. M. Syafi'i Antonio bahwa umat Islam menghadapi masalah intelektual, sosial, emosi, dan spiritual. Perlu refleksi dan keterbukaan umat Islam untuk membuka diri terhadap pandangan-pandangan berbeda agar umat Islam bisa hidup sejahtera di dunia dan akhirat sebagai Al Quran mengabarkan.

Ruang-ruang diskusi harus terus dibuka. Ruang diskusi dikemas tanpa menghakimi karena merasa menjadi pemilik kebenaran. Siapapun yang menafsirkan Al Quran dan Hadis, mereka tidak dijamin 100% benar karena keberanan milik Allah. Hikmah ilmu dari Allah sangat luas, sekalipun laut jadi tinta, maka tinta itu akan habis sebelum habis hikmah-hikmah dari Allah ditulis.

Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Al Kahfi, 18:109).***

Saturday, August 23, 2025

INGIN KAYA BACALAH AL WAQIAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Para ulama sering menasehatkan bacalah surat Al Waqiah bagi siapa yang ingin dimudahkan rezeki. Pesan ini turun temurun terus disampaikan hingga sekarang. Apa yang disampaikan para ulama mengacu kepada hadis Nabi Muhammad SAW.

Barang siapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, dia tidak akan tertimpa kefakiran selamanya. (HR. Al Baihaqi).

Dalam tulisan ini, saya ingin memberi sedikit penjelasan apa yang terkandung dalam surat Al Waqiah, berkaitan dengan kekayaan. Surat Al Waqiah membawa pesan moral dan etika sebagai bekal untuk orang yang dikehendaki Allah menjadi orang kaya.

Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan; https://lynk.id/mastershopi

Pandangan ini berdasarkan pada fungsi pendidikan yaitu membentuk akhlak. Sebagaimana Nabi Muhammad diutus Allah menjadi rasul bertujuan menyempurnakan ahkhlak. Berikut beberapa akhlak atau karkater yang harus dimiliki orang kaya dari surat Al Waqiah:

Pertama; karakter orang yang dikehendaki Allah menjadi orang kaya adalah mereka yang percaya pada hari kiamat. Orang kaya yang meyakini adanya hari akhirat, dia tidak akan mencintai harta kekayaan untuk dirinya sendiri, tapi untuk mensejahterakan orang lain. Kekayaan adalah jalan menuju ridha Allah. 

"Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan, (Al Waqiah, 56:1-6).

Kedua, karakter orang kaya dikehendaki Allah adalah mereka yang tetap hidup sederhana. Di akhirat manusia akan terbagi menjadi tiga golongan, golongan kiri, kanan, dan sabiqun. Golongan kiri akan masuk neraka yaitu tempat buruk penuh dengan ketidaknyamanan. Golongan kiri adalah mereka yang hidup bermewah-mewahan dan terus menerus melakukan dosa besar. 

"Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar." (Al Waqiah, 56:45-46).

Orang kaya yang dikehendaki Allah adalah mereka yang hidup dengan kekayaan tetapi tidak untuk bermewah-mewahan. Orang kaya harus tetap sederhana, dan menggunakan kekayaan untuk jalan berkorban membantu kesulitan banyak orang.

Ketiga, karakter orang kaya dikehendaki Allah adalah mereka yang mengakui bahwa rezeki datang dari Allah, dan manusia hanya menerima titipan. Kekayaan yang dimiliki bukan hak milik pribadi tapi milik Allah. 

"Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang." (Al Waqiah, 56:63-65).

Keempat, karakter orang kaya yang dikehendaki Allah, mereka meyakini semua kejadian yang akan terjadi pada manusia sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al Quran. Keyakinan ini menjadi keimanan kuat tanpa keraguan. 

"Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar." (Al Waqiah, 56:95-96).

Orang kaya yang dikehendaki Allah, selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diterima. Orang-orang kaya memiliki totalitas pengakuan bahwa kekayaan tidak akan menjadikan dirinya merasa besar, sombong, tinggi hati, dan kufur kepada Allah, karena sesungguhnya semua kekayaan adalah milik Allah Yang Maha Besar.*** 

Friday, August 8, 2025

MENDERITA DAN BAHAGIA AKIBAT PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Syeh Abdul Qadir Al Jalinani adalah salah satu imam berpengaruh dikalangan muslim Indonesia. Di dalam kegiatan-kegiatan doa, ustad-ustad selalu menyisipkan nama Syeh Abdul Qadir Al Jailani sebagai ulama yang selalu didoakan setelah bersalawat kepada Nabi Muhammad saw. 

Syeh Abdul Qadir Al Jailani mengatakan, "Ketahuilah derita berubah jadi bahagia dan bahagia berubah jadi derita, hal itu terjadi karena didikan". Pendapat ini beliau tafsirkan dari hadis Rasulullah saw, "setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi". Menurut Beliau, "hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki potensi menjadi bahagia maupun menderita."


Ebook Sukses dengan Logika Tuhan: https://lynk.id/mastershopi

Jika dicermati, Syeh Abdul Qadir Al Jailani memberi makna pada hadis di atas menggunakan logika sebab akibat. Anak terlahir fitrah merupakan takdir Allah pada setiap orang yang baru lahir. Fitrah merupakan potensi-potensi baik yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, terutama fitrah dalam mengenal siapa Tuhannya. Fitrah ini tidak bisa diganggu gugat karena ketetapan Allah.

Selanjutnya bisa dicermati cara berpikir Syeh Abdul Qadir Al Jailani menafsirkan kembali dengan logika sebab akibat kalimat dalam hadis.

Kedua orang tua adalah SEBAB

Menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi adalah AKIBAT

Dari logika sebab akibat tersebut, Syeh Abdul Qadir Al Jailani berpendapat bahwa bahagia dan derita yang dialami manusia tergantung pada didikan. Kedua orang tua dijadikan sebab jadi menderita atau bahagia seorang anak dikaitkan dengan fungsi pendidikan yang ada di lingkungan keluarga.

Berfungsinya pendidikan keluarga sangat tergantung pada orang tua. Pesan dari Syeh Abdul Qadir Jailani adalah pendidikan sangat penting dan menentukan untuk kehidupan anak-anak. Di dalam dunia pendidikan ada peran orang tua yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya agar mereka bisa hidup bahagia. Sebagaimana Ki Hadjar Dewantara mengatakan tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak-anak menuju kehidupan bahagia setinggi-tingginya.

Lembaga pendidikan adalah refresentasi dari kedua orang tua dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Jika begitu, sekolah-sekolah, kampus-kampus, sebenarnya dihuni oleh "orang tua" dari anak-anak dalam arti luas sebagai pelaksana fungsi pendidikan. Guru-guru, dosen, yang ada di lembaga pendidikan adalah manusia-manusia sakral karena disejajarkan dengan orang tua dari anak-anak.

Tidak heran ketika di Jepang, Korea Selatan, China, Jerman, dan Finlandia, guru-guru, dosen, menjadi orang-orang terhormat di masyarakat. Tradisi hormat pada guru masih terjaga di lingkungan pendidikan pesantren. Sedangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia penghargaan pada guru dan dosen sedikit memudar. 

Dapat dipahami logika berpikir Syeh Abdul Qadir Al Jailani adalah setiap orang berpotensi menjadi bahagia atau menderita, maka sebabnya sangat tergantung pada pendidikan yang didapatnya. Pendapat ini didukung oleh data dari hadis Nabi Muhammad saw. Inilah logika yang dibimbing Tuhan.

Jika sekarang ada orang berpendapat bahwa pendidikan telah membuat masyarakat Indonesia menderita, bisa jadi iya bisa jadi tidak. Perlu kajian dan penelitian, pendidikan-pendidikan seperti apa yang bisa membuat masyarakat Indonesia hidupnya menderita. 

Kemiskinan secara umum diakui sebagai sebab penderitaan. Bisa jadi selama ini, ada pendidikan yang mengakibatkan anak-anak menderita. Menurut hemat saya, pendidikan yang kelak menjadi penyebab anak-anak menderita karena pendidikan tidak mengandung penderitaan.

Kita kembali kepada pendapat Syeh Abdul Al Jailani, "tidak boleh mengatakan orang ini pasti bahagia atau orang ini pasti menderita". Tetapi hendaklah mengatakan, "orang ini bahagia jika amal baiknya mengalahkan amal buruknya dan sebaliknya". 

Jadi jelas, lembaga pendidikan yang akan jadi sebab penderitaan anak-anak adalah lembaga pendidikan yang tidak mengajarkan, melatih, membimbing, memotivasi, anak-anak untuk berbuat amal-amal baik agar mengalahkan amal-amal buruknya. Kondisi ini dapat tercipta bukan karena bangunan sekolah yang megah, tapi karena peran guru-guru, dosen, yang memosisikan dirinya sebagai orang tua dari anak-anak sekalipun bukan anak biologisnya.*** 

Friday, July 18, 2025

FAKTA ILMIAH SEDEKAH MENYEHATKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Ide sedekah atau berbuat baik dapat menyehatkan telah dijelaskan di dalam Al Quran. Masalahnya ada yang memahami Al Quran dengan mistik dan ada yang memahami dengan fakta empiris. Di Indonesia sebagian besar memahami dampak sedekah dengan mistik.

Di Indonesia pola pikir mistik terlalu dominan menjadi pola pikir masyarakat dalam memahami agama. Maka terbentuklah budaya membaca teks bahasa Arab Al Quran tanpa memahami maknanya dengan keyakinan Allah akan membalas dengan pahala berlipat ganda. 

Dengan keyakinan, budaya membaca teks Arab Al Quran 30 Juz, di Indonesia menjadi ritual tahunan terutama di bulan Ramadan. Pola ini telah menjadi tradisi puluhan mungkin ratusan tahun di Indonesia. 

Di era teknologi pemahaman masyarakat tentang agama Islam dan Al Quran mulai berubah. Media teknologi informasi menyajikan informasi bervariasi tentang agama Islam dan Al Quran. Akibatnya masyarakat mulai mengkritisi tradisi-tradisi dalam ajaran agama yang kurang mendalam pemahannya.

Pola pikir mistik dan ilmiah sebenarnya saling melengkapi. Pola pikir mistik bersifat acak mengajak melatih manusia berpikir kreatif dan dinamis. Pola pikir ilmiah melatih manusia berpikir kronologis dan spesifik. Al Quran memiliki makna keterkaitan, artinya membuka peluang luas terhadap penafsiran.

Sedekah jika dipahami secara mistik dijelaskan dalam Al Quran jika dilakukan akan mendapat balasan dari Allah berlipat ganda hingga 700 kali lipat (lihat: Al Baqarah, 2:261). Jika orang berpedoman pada ayat ini orang tinggal yakin pada Allah dengan melakukannya, dan hasilnya banyak orang merasakan manfaatnya. 

Bagi orang berpikir, balasan 700 kali lipat tidak dipahami secara mistik, tapi berusaha memahami bahwa sedekah jika dilakukan memiliki banyak manfaat untuk kehidupan. Untuk ada upaya untuk memahami dampak sedekah ke dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya pada kesehatan.

Untuk itu berkembanglah berbagai penelitian ilmiah tentang manfaat sedekah dalam berbagai konteks prilaku. Sebuah studi kohort terhadap kelompok relawan menunjukkan bahwa para relawan memiliki risiko mortalitas (kematian) lebih rendah. Studi menunjukkan bahwa kesukarelawan memiliki efek positif terhadap depresi, kepuasan hidup dan kesejahteraan (Jenkinson, at al. 2013).

Para peneliti melaporkan dari 2.605 orang Amerika berusia 62 tahun ke atas. Mereka memeriksa seberapa sering peserta menjadi sukarelawan. Hasilnya menunjukkan orang yang menjadi sukarelawan satu hingga empat jam per minggu mengalami penuaan biologis lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang tidak menjadi sukarelawan sama sekali. (health.com).

Penelitian menyimpulkan bahwa sedekah meningkatkan kebahagiaan dan emosi positif. Efek ini telah ditunjukkan dalam berbagai perilaku sedekah, termasuk menjadi sukarelawan (Huang, 2018), mendonorkan darah (Buyx, 2009), memberi untuk amal (Liu dan Aaker, 2008), membelanjakan uang untuk orang lain (Dunn dkk., 2008), dan melakukan tindakan kecil, seperti menawarkan kopi, bersikap baik, atau membuat seseorang tersenyum (Rudd dkk., 2014). Aknin dkk. (2013a) menemukan hubungan di 120 dari 136 negara dan menyimpulkan bahwa hubungan ini tidak bergantung pada kekayaan suatu negara (frontiers.org).

Sedekah adalah ajaran universal yang tertulis di dalam kitab suci Al Quran. Menjadi ahli sedekah dengan berbagai prilaku bermanfaat bagi orang lain, dapat menjadi karakter dasar yang dapat menciptakan kesejahteraan umat manusia dan alam di muka bumi. Sedekah dapat menghasilkan hormon oksitosin (cinta), dopamin (motivasi), serotonin (ketenangan, rasa syukur), dan endorfin (bahagia) di otak. *** 

Saturday, July 5, 2025

MENGEMBALIKAN KIBLAT PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Dunia pendidikan sedang menghadapi krisis. Universitas-universitas terbaik di dunia, tidak melahirkan manusia-manusia pemelihara. 

Negara-negara yang memiliki universitas terbaik di dunia mereka telah melakukan kejahatan kemanusiaan melakukan genosida dan menutup perbatasan, membiarkan manusia menderita kelaparan.

Genosida di Palestina telah memakan korban lebih dari 50 ribu jiwa. Penduduk dunia menyaksikan Mesir melarang bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah Gaza Palestina. 

Padahal Mesir dikenal sebagai tempat orang-orang menimba ilmu agama di universitas terkemuka. Orang-orang merasa bangga jika bisa sekolah di Mesir.

Melihat Mesir melakukan pembiaran pada kemanusiaan dan malah menambah penderitaan, kita mempertanyakan kembali pelajaran apa yang harus dipelajari saat ini? 

Arab Saudi sebagai tempatnya Kabah dan menjadi kiblat pemersatu umat Islam, mengapa tidak tegas melakukan pembelaan pada kemanusiaan.

Orang berbondong-bondong melakukan umrah dan haji rela mengeluarkan ratusan juta, antri puluhan tahun, sementara Genosida terus terjadi dan korban terus berjatuhan. 

Ibadah umrah dan haji hanya jadi pemuas kepentingan nafsu pribadi dibalut spiritual, padahal puncak spiritual dari ajaran agama adalah rasa kemanusiaan. 

Pengajaran agama telah berahasil membuat orang merasa dosa jika tidak melaksanakan umrah dan haji, tapi tidak merasa dosa membiarkan saudara-saudara sesama manusia dijajah, terusir, teraniaya, dan digenosida.

Amerika Serikat tempat kampus-kampus terkenal di dunia, ternyata melahirkan manusia-manusia intelek tapi lulusannya gagal menghargai kemanusiaan.

Puncak pendidikan adalah manusia memiliki tanggung jawab moral pada Tuhan, dan berani berkorban untuk memberi kesempatan hidup pada orang lain. 

Pelajaran agama, sains dan teknologi, telah gagal melahirkan kehidupan damai dan sejahtera bagi umat manusia. Orientasi pendidikan telah melampaui batas jauh dari rasa kemanusiaan.

Pengajaran agama telah melahirkan manusia-manusia individualis ditandai dengan ketaatan buntu pada ibadah ritual dan lalai melaksanakan ibadah sosial kemanusiaan. 

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat ria. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Al Maa'uun, 107:7)."

Sumber ajaran agama bukan lagi belandaskan kitab suci. Ajaran agama bersumber pada pemikiran manusia dari masing-masing kelompoknya. 

Para pemikir, pemuka agama, aliran pemikiran, kelompok agama, menjadi tuhan-tuhan selain Tuhan yang ditaati. Penganut agama bukan membawa misi perdamaian malah saling curiga dan benci satu sama lain.

Tidak ada satu orang pun tahu siapa orang yang telah beriman atau kafir kepada Allah. Kegagalan pengajaran agama adalah kebanyakan manusia menjadi merasa telah beriman dan jadi manusia paling beriman. 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." ( Al Hujurat, 49:15).

Bagaimana orang beragama merasa telah beriman ketika melihat Genosida terhadap puluhan ribu manusia, anak-anak, perempuan, orang tua, secara terang-terangan dilakukan, tanpa ada yang berani menghentikan?

Bagaimana orang beragama merasa telah beriman, ketika puluhan ribu orang kelaparan, dia menutup akses bantuan dan membiarkan saudara mereka dalam kelaparan?  

Ibadah ritual menjadi menara gading berada di atas ibadah sosial. Padahal Allah berfirman, manusia-manusia terbaik bukan yang rajin ibadah ritual, tapi mereka yang bermanfaat bagi manusia lain.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al Kahfi, 18:7).

Tidak ada perbuatan baik selain shalat, dan orang-orang shalat pasti berani berkorban untuk membantu membebaskan orang lain dari penjajahan dan penderitaan. 

Setiap umat punya shalat masing-masing. Shalat bukan terbatas pada ruku dan sujud, shalat adalah komitmen kepada Tuhan untuk berani berkorban dengan jiwa dan harta karena Allah. 

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (Al Baqarah, 2:3).

Kiblat pendidikan bukan lagi untuk menciptakan teknologi dan bersaing satu dengan yang lain. Para pendidik seperti para nabi, mengajarkan moral dan tanggung jawab pada manusia untuk saling membantu satu sama lain dan menciptakan kesejahteraan manusia dan alam. 

Kiblat pendidikan adalah para nabi yang diutus oleh Tuhan. Para nabi adalah para guru yang mengajarkan manusia tentang keesaan Tuhan dan kemanusiaan. 

Nabi Muhammad menjadi nabi yang membawa kisah hidup sebagai manusia berani berkorban untuk membebaskan manusia dari penindasan, dan meninggalkan warisan berharga untuk umat manusia ayat-ayat suci Al Quran. 

Al Quran bukan untuk umat Islam tapi untuk umat manusia. Al Quran kiblat sumber pemikiran tanpa bias pemikir-pemikir yang telah dianggap tuhan dan menganggap dirinya tuhan. 

"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (Saba', 34:28).

Tugas pendidikan adalah membawa kabar gembira dan peringatan agar manusia jadi pemimpin-pemimpin adil tidak melampau batas kemanusiaan***

GURU MEWARISI PARA NABI

Oleh: Dr. Toto Suharya, M.Pd. Di negara-negara berperadaban, kedudukan guru sangat dihormati. Jepang, China, Korea, Swedia, Finlandia, saat ...