Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.
Semua yang terjadi atas kekuasaan Allah, tidak ada satupun kejadian menimpa manusia dan fenomena alam terjadi di luar pengetahuan Allah. Pernyataan ini dapat kita dipahami dalam keterangan Al Quran.
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.” (Al An’aam, 6:59).
Dengan demikian, semua keberuntungan hidup manusia berada di atas kehendak Allah. Keberuntungan bukan suatu kebetulan, keberuntungan memiliki sebab-sebab yang dapat dipahami, mengapa hidup manusia beruntung.
Cara pandang materialistik sangat terbatas karena penglihatan manusia pada benda-benda dan kejadian di alam sangat terbatas. Untuk itu, Allah menurunkan pedoman sebagai dasar manusia dalam mengambil sudut pandang. Maka orang-orang beruntung Allah jelaskan dalam Al Quran.
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al Jumu’ah, 62:10).
Berdasarkan keterangan ayat di atas, shalat menjadi bagian dari sebab hidup seseorang mendapat keberuntungan. Makna shalat sebagaimana dijelaskan di dalam Al Quran merupakan aktivitas mengingat Allah.
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaahaa, 20:14).
Allah memerintahkan pada manusia untuk mengingat Allah banyak-banyak agar menjadi orang-orang beruntung. Kesimpulannya, untuk menjadi manusia beruntung, dirikan shalat dan peliharalah shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan. Selain shalat lima waktu, tambahlah dengan shalat-shalat sunah seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. Melaksanakan shalat-shalat sunah, artinya kita telah melaksanakan perintah Allah yaitu memperbanyak mengingat Allah.
Maka, sebelum bertebaran di muka bumi untuk menjalankan ikhtiar, shalat selalu menjadi awal ikhtiar manusia untuk mencari karunia Allah. Maka Islam telah mengajarkan, sebelum bertebaran di muka bumi, setiap umat Islam selalu mengawalinya dengan shalat subuh.
Untuk melahirkan manusia-manusia beruntung, dunia pendidikan seharusnya menjadikan shalat sebagai dasar pembentukkan karakter. Pengajaran shalat berlaku untuk semua jenjang dengan mempertimbangkan perkembangan psikologi sebagai dasar untuk menentukan substansi dan metode pengajaran. Pengajaran shalat dilakukan melalui pengenalan konsep, pembiasaan, dan pendalaman makna. Bagi umat silam shalat sesungguhnya perkara penting sebagaimana Rasulullah mewasiatkan pada umatnya. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment