Friday, June 7, 2019

KEWIRAUSAHAAN MENURUT AL-QURAN

OLEH: TOTO SUHARYA


Dulu kewirausahaan identik dengan pedagang. Islam di Indonesia disebarkan melalui para pedagang dari Gujarat. Islam di Indonesia menyebar melalui pesisir pantai, dan kita temukan di setiap pesisir pantai akan ada pasar dan masjid. Pada masa awal, kewirausahaan adalah industri milik keluarga, pada masa revolusi industri kewirausahaan menjadi pegawai perusahaan, kemudian pada masa revolusi industri 4.0 kewirausahaan berubah menjadi kepemilikan kapital dan teknologi digital. Kewirausahaan kembali menjadi milik setiap anggota keluarga. Inilah fenomena di masyarakat abad ke-21.

SESUNGGUHNYA MANUSIA DCICIPTAKAN PUNYA KEMAMPUAN BETAHAN HIDUP DALAM KESULITAN. (MUHAMMAD PLATO)
Semua orang adalah pewirausaha, pendapat ini dikatakan oleh Muhammad Yunus seorang pewirausaha sosial dari Bangladesh, mendapat nobel perdamaian tahun 2016, dikutif Rhenald Kasali (26 Desemeber 2017). Konsep ini menjadi layak sebagai kompetensi dalam kurikulum pendidikan. Untuk itu di abad ke-21 semua kurikulum harus mengacu pada pengembangan jiwa kewirausahaan dalam berbagai aspek kehidupan.

Kewirausahaan berkaitan erat dengan adversity quotient yang dikembangkan Stolzt. Dari berbagai studi literatur buku-buku autobiorafi para pewirausaha dan tokoh-tokoh politik dunia, adversity adalah kompetensi dasar yang dimiliki oleh mereka. Para pewirausaha adalah manusia climbers seperti dikemukakan oleh Stolzt (2005, hlm. 19) yaitu manusia yang mengabdikan diri seumur hidupnya pada pendakian.

Konsep jalan sulit dan mendaki kita temukan di dalam Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an memberikan penjelasan rinci tentang apa itu jalan mendaki yang harus ditempuh oleh manusia. “ Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu (‘aqabah)? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan (raqabah), atau memberi makan pada hari kelaparan (masgobah) (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir”. (Al Balad, 12-16).

Para pengambil jalan mendaki dikabarkan oleh Tuhan sebagai orang-orang berjiwa wirausaha yaitu yang tidak takut dengan kesulitan dan mengabdikan diri untuk membantu manusia terbebas dari ketidakadilan dan berusaha memenuhi kebutuhan fisiologis manusia terutama mereka yang sedang dilanda kesulitan.

Para pewirausaha dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik, guru, dosen, pengusaha, relawan, pejabat, pegawai, pada dasarnya mereka mengabdikan diri untuk membantu dan membebaskan manusia dari ketidakadilan dan kemiskinan. Penjajahan dalam berbagai bentuk adalah salah satu bentuk ketidakadilan yang mengakibatkan kemiskinan.

Maka atas jasa-jasa tokoh para pewirausahalah, setiap suku, bangsa, dan dunia bisa diselamatkan dari ketidakdilan dan kemiskinan. Kehadiran para pewirausaha dalam berbagai bidang harus diregenerasi melalui upaya pendidikan secara terencana, dan terstruktur dalam setiap kurikulum pembelajaran. Wallahu ‘alam.

(Penulis Head Master Trainer)

No comments:

Post a Comment

MENGAPA GURU HARUS TERHORMAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Untuk menghormati guru, di Jepang tidak ada hari guru. Kisah ini dibagikan oleh Pak Susila dari Banten ...