OLEH: TOTO SUHARYA
Dulu kewirausahaan
identik dengan pedagang. Islam di Indonesia disebarkan melalui para pedagang
dari Gujarat. Islam di Indonesia menyebar melalui pesisir pantai, dan kita
temukan di setiap pesisir pantai akan ada pasar dan masjid. Pada masa awal,
kewirausahaan adalah industri milik keluarga, pada masa revolusi industri
kewirausahaan menjadi pegawai perusahaan, kemudian pada masa revolusi industri
4.0 kewirausahaan berubah menjadi kepemilikan kapital dan teknologi digital.
Kewirausahaan kembali menjadi milik setiap anggota keluarga. Inilah fenomena di
masyarakat abad ke-21.
SESUNGGUHNYA MANUSIA DCICIPTAKAN PUNYA KEMAMPUAN BETAHAN HIDUP DALAM KESULITAN. (MUHAMMAD PLATO) |
Semua orang adalah
pewirausaha, pendapat ini dikatakan oleh Muhammad Yunus seorang pewirausaha
sosial dari Bangladesh, mendapat nobel perdamaian tahun 2016, dikutif Rhenald
Kasali (26 Desemeber 2017). Konsep ini menjadi layak sebagai kompetensi dalam
kurikulum pendidikan. Untuk itu di abad ke-21 semua kurikulum harus mengacu
pada pengembangan jiwa kewirausahaan dalam berbagai aspek kehidupan.
Kewirausahaan
berkaitan erat dengan adversity quotient
yang dikembangkan Stolzt. Dari berbagai studi literatur buku-buku autobiorafi
para pewirausaha dan tokoh-tokoh politik dunia, adversity adalah kompetensi dasar yang dimiliki oleh mereka. Para
pewirausaha adalah manusia climbers seperti
dikemukakan oleh Stolzt (2005, hlm. 19) yaitu manusia yang mengabdikan diri
seumur hidupnya pada pendakian.
Konsep jalan sulit
dan mendaki kita temukan di dalam Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an memberikan
penjelasan rinci tentang apa itu jalan mendaki yang harus ditempuh oleh
manusia. “ Tahukah kamu apakah jalan yang
mendaki lagi sukar itu (‘aqabah)? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan
(raqabah), atau memberi makan pada hari kelaparan (masgobah) (kepada) anak
yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir”. (Al
Balad, 12-16).
Para pengambil
jalan mendaki dikabarkan oleh Tuhan sebagai orang-orang berjiwa wirausaha yaitu
yang tidak takut dengan kesulitan dan mengabdikan diri untuk membantu manusia terbebas
dari ketidakadilan dan berusaha memenuhi kebutuhan fisiologis manusia terutama
mereka yang sedang dilanda kesulitan.
Para pewirausaha
dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik, guru, dosen, pengusaha,
relawan, pejabat, pegawai, pada dasarnya mereka mengabdikan diri untuk membantu
dan membebaskan manusia dari ketidakadilan dan kemiskinan. Penjajahan dalam
berbagai bentuk adalah salah satu bentuk ketidakadilan yang mengakibatkan
kemiskinan.
Maka atas
jasa-jasa tokoh para pewirausahalah, setiap suku, bangsa, dan dunia bisa
diselamatkan dari ketidakdilan dan kemiskinan. Kehadiran para pewirausaha dalam
berbagai bidang harus diregenerasi melalui upaya pendidikan secara terencana,
dan terstruktur dalam setiap kurikulum pembelajaran. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment