OLEH: TOTO SUHARYA
Tidak ada pekerjaan yang
dibebani tugas berat selain guru. Di pundak para guru, nasib bangsa ke depan
ditentukan. Di Spanyol, masyarakat bisa protes keras jika guru tidak
melaksanakan tugas dengan profesional. Sekolah bisa didakwa secara pidana oleh
orang tua jika anak-anaknya tidak bisa mendapatkan ilmu yang dijanjikan.
Guru memiliki tugas-tugas
kenabian. Menanggung beban derita dan sangat peduli pada masa depan umat
manusia. Menyelamatkan satu anak sama dengan menyelamatkan umat manusia, dan menelantarkan
satu anak tanpa pendidikan sama dengan menelantarkan seluruh manusia. Filosofi guru
seperti para nabi yang diutus Nya.
Pertama; Tugas guru hanya
menyampaikan kebenaran. “Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan
(perintah Allah) dengan jelas". (Yasin, 36:17). Setiap hari melalui berbagai
macam cara guru menyampaikan kebenaran. Cara pengajaran terbaik yang dimiliki
guru adalah keteladanan. Dosa besar guru manakala tidak menyampaikan kebenaran,
tidak memberikan keteladanan kepada anak-anak dalam berakhlak mulia, dari mulai
parkir kendaraan, cara membuang sampah, sampai memuliakan orang tuanya.
"Guru tidak mengklaim keberhasilan murid-murid sebagai jasa-jasanya". (Muhammad Plato) |
Kedua; Lemah lembut dan
pemaaf adalah akhlak sehari-hari guru. Kesalahan tidak ditimpakan pada
murid-muridnya tetapi dialamatkan kepada dirinya yang tidak sempurna dalam
menjalankan tugas. Marah adalah perbuatan haram bagi guru, sekalipun dalam
kebenaran marah tidak dibenarkan dalam dunia guru, karena di dalam marah ada
kesombongan tersembunyi, yaitu merasa diri pemilik kebenaran, sedangkan
kebenaran mutlak milik Allah.
“Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran, 3:159).
Ketiga; Guru tidak
mengklaim keberhasilan murid-murid sebagai jasa-jasanya. Bukan hak guru menghakimi
murid-murid cerdas atau bodoh. Bukan guru yang menjadikan anak soleh atau durhaka.
Murid-murid pada dasarnya makhluk cerdas, dan kebodohan, kedurhakaan karena
prilakunya sendiri. “Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk,”
(Al lail, 92:12). Guru tidak menjadi Tuhan bagi murid-muridnya, tugas guru seperti
para nabi hanya menyampaikan kebenaran dengan lemah lembut, pemaaf, dan dengan contoh
teladan.
Keempat; Keteladan paling
dasar untuk diajarkan adalah kemampuan hidup dijalan benar dalam kesabaran. Berdasar
hadis, “kemampuan hidup sabar adalah penguasaan 50% ajaran kehidupan”. Bagi
guru, kesabaran adalah perbuatan tanpa batas, karena kesabaran pilihan hidup
untuk tetap bersekutu dengan Tuhan dan selalu menjannjikan keberuntungan besar.
“Hai orang-orang yang
beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan)
shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqarah, 2:153).
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah
supaya kamu beruntung”. (ali Imran, 3:200).
No comments:
Post a Comment