Saturday, June 8, 2019

EMPAT FILOSOFI GURU

OLEH: TOTO SUHARYA

Tidak ada pekerjaan yang dibebani tugas berat selain guru. Di pundak para guru, nasib bangsa ke depan ditentukan. Di Spanyol, masyarakat bisa protes keras jika guru tidak melaksanakan tugas dengan profesional. Sekolah bisa didakwa secara pidana oleh orang tua jika anak-anaknya tidak bisa mendapatkan ilmu yang dijanjikan.

Guru memiliki tugas-tugas kenabian. Menanggung beban derita dan sangat peduli pada masa depan umat manusia. Menyelamatkan satu anak sama dengan menyelamatkan umat manusia, dan menelantarkan satu anak tanpa pendidikan sama dengan menelantarkan seluruh manusia. Filosofi guru seperti para nabi yang diutus Nya.

Pertama; Tugas guru hanya menyampaikan kebenaran. “Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". (Yasin, 36:17). Setiap hari melalui berbagai macam cara guru menyampaikan kebenaran. Cara pengajaran terbaik yang dimiliki guru adalah keteladanan. Dosa besar guru manakala tidak menyampaikan kebenaran, tidak memberikan keteladanan kepada anak-anak dalam berakhlak mulia, dari mulai parkir kendaraan, cara membuang sampah, sampai memuliakan orang tuanya.

"Guru tidak mengklaim keberhasilan murid-murid sebagai jasa-jasanya". (Muhammad Plato)
Kedua; Lemah lembut dan pemaaf adalah akhlak sehari-hari guru. Kesalahan tidak ditimpakan pada murid-muridnya tetapi dialamatkan kepada dirinya yang tidak sempurna dalam menjalankan tugas. Marah adalah perbuatan haram bagi guru, sekalipun dalam kebenaran marah tidak dibenarkan dalam dunia guru, karena di dalam marah ada kesombongan tersembunyi, yaitu merasa diri pemilik kebenaran, sedangkan kebenaran mutlak milik Allah.
   
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran, 3:159).

Ketiga; Guru tidak mengklaim keberhasilan murid-murid sebagai jasa-jasanya. Bukan hak guru menghakimi murid-murid cerdas atau bodoh. Bukan guru yang menjadikan anak soleh atau durhaka. Murid-murid pada dasarnya makhluk cerdas, dan kebodohan, kedurhakaan karena prilakunya sendiri. “Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk,” (Al lail, 92:12). Guru tidak menjadi Tuhan bagi murid-muridnya, tugas guru seperti para nabi hanya menyampaikan kebenaran dengan lemah lembut, pemaaf, dan dengan contoh teladan.

Keempat; Keteladan paling dasar untuk diajarkan adalah kemampuan hidup dijalan benar dalam kesabaran. Berdasar hadis, “kemampuan hidup sabar adalah penguasaan 50% ajaran kehidupan”. Bagi guru, kesabaran adalah perbuatan tanpa batas, karena kesabaran pilihan hidup untuk tetap bersekutu dengan Tuhan dan selalu menjannjikan keberuntungan besar.

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqarah, 2:153). “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (ali Imran, 3:200).

(Penulis Head Master Teacher)

No comments:

Post a Comment

BERPIKIR CEPAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Berat otak manusia sekitar 1,3 kg atau 2% dari berat badan. Otak tidak pernah berhenti bekerja sekalipu...