Saturday, October 25, 2025

OTAK PEMALAS

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Kenapa kamu tidak shalat? Kenapa datang kesiangan? Kenapa tidak membaca buku? Kenpa tidak mengerjakan tugas? Kenapa tidak olah raga pagi? Kenapa tidak bangun subuh? Sederet pertanyaan itu sering diajukan oleh orang tua atau guru? 

Jika sederet pertanyaan itu ditanyakan oleh diri kita sendiri. Maka jawaban yang paling sering di dengar oleh diri kita sendiri adalah " karena malas".  Malas itu jawaban singkat padat dan mematikan si penanya. 

Ketika ditanya, "kenapa malas?" Pertanyaan pendek ini membutuhkan kerja keras otak untuk menjawabnya. Kebanyakan, orang  yang ditanya kenapa malas? Jawabannya tidak akan memuaskan penanya.


Secara psikologis, malas adalah penyakit mental adanya di pikiran. Cara mengobatinya harus belajar cara berpikir sehat. Pikiran sakit terlihat pada prilaku buruk berulang-ulang tanpa merasa bersalah. Cara berpikir sehat ada ilmunya. 

Pikiran sakit penyebabnya adalah otak kekurangan pengetahuan baik. Pengetahuan-pengetahuan baik di dapat dari ilmu yang bisa dibaca dari buku. Namun tidak semua buku bisa memberikan energi positif. 

Prilaku malas disebabkan otak kekurangan pengetahuan baik. Membaca Al Quran bisa jadi salah satu solusi untuk mengisi pengetahuan di otak untuk menyehatkan pikiran. Syaratnya membaca Al Quran dengan menggali pola-pola pikir yang terknadung dalam makna Al Quran. 

Salah satu pengetahuan yang bisa dijadikan obat malas bisa disimak dalam ayat Al Quran. Ayat ini menjelaskan obat untuk otak yang selalu melahirkan pikiran malas. 

"dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." (Al Lail, 92:6-7). 

Otak rajin, disiplin, sabar, tepati janji, selalu memiliki harapan baik dari apa yang telah dilakukannya. Harapan baik itu informasinya didapat dari sumber informasi yang terpercaya bukan hoaks atau halusinasi. Infromasi Al Quran punya validitas tinggi, dan pasti benar.

Allah menjanjikan kebaikan dari setiap kebaikan yang dilakukan. Jika informasi ini diterima oleh otak dan disimpan di memori, maka setiap pekerjaan baik apapun akan dikerjakan karena otak selalu menyimpan informasi punya harapan baik. 

Otak yang selalu menyimpan informasi baik, akan mudah melakukan hal-hal baik apapun karena harapannya selalu baik. Harapan baik yang dibangun dari informasi Al Quran bersifat tanpa batas dan abadi, karena tidak terbatas pada harapan material. Inilah keunggulan informasi Al Quran.

Otak pemalas dibangun oleh informasi buruk yang tersimpan di memori, sehingga ketika melakukan prilaku baik cenderung ragu karena tidak punya informasi baik, pada akhirnya mengambil sikap diam. Diinformasi dari Al Quran, pemalas disebabkan menyimpan informasi dusta pada 

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya yang sukar. (Al Lail, 92:8-10).

Mendustakan balasan pahala terbaik adalah penyebab otak malas. Informasi ini jika tersimpan dalam jangka panjang akan masuk ke otak bawah sadar dan menjadi karakter. Jika karakter ini sudah melekat pada otak, maka otak akan sulit menerima hal baik dan sulit melakukan hal-hal baik atau malas.

Jadi obat malas adalah menghapus pengetahuan-pengetahuan buruk yang ada di otak dengan memasukkan informasi-informasi baik. Salah satu informasi baik yang harus dimasukkan ke otak untuk menghapus infromasi buruk yaitu "membenarkan bahwa Allah akan membalas lebih baik setiap perbuatan-perbuatan baik". 

Dapat dihapami secara rasional mengapa Allah memerintahkan untuk membaca pada awal Nabi Muhammad menerima wahyu di Gua Hira. Pengetahuan di otak adalah pondasi awal agar manusia mau belajar dan terus berpikir.***


Thursday, October 23, 2025

LOGIKA SHALAT

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Shalat adalah perintah Allah tertulis di dalam Al Quran. Mengapa ada orang-orang masih malas shalat padahal sudah tahu diperintah Allah. Jawabannya, karena belum mengerti logika shalat.

"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk." (Al Baqarah, 2:43). 

Berpikir dengan logika salah satunya berpikir sebab akibat. Allah sudah mengabarkan bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini memiliki sebab dan akibat. Pengetahuan sebab dan akibat hanya datang dari Allah. Allah mengajarkan pengetahuan yang tidak manusia ketahui.

"Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". (Al 'Alaq, 96:5). 

Shalat adalah perintah Allah, dan Allah tidak memerintahkan sesuatu yang tidak membawa manfaat bagi manusia. Allah memeberi tahun manfaat-manfaat apa yang didapat jika manusia taat pada Allah melaksanakan shalat. 

Allah memberi kabar gembira bagi orang-orang yang shalat. Kabar gembira adalah energi positif, pemberi semangat dan motivasi kepada orang yang mengerjakan shalat. Agar shalat tetap bersemangat ingatlah kabar-kabar gembira dari Allah yang dikabarkan Allah dalam Al Quran.

Kabar dalam Al Quran dari Allah, tidak ada kabar baik yang benar-benar nyata dari Allah kecuali dikabarkan dari Al Quran. Kita suci berisi data, fakta, yang benar-bernar shahih, valid, terpercaya. Jika kita berbicara menggunakan informasi, data, fakta, dari Al Quran, maka sesungguhnya perkataan itu mengandung kebenaran.

Kabar gembira dari Allah dikabarkan dalam Al Quran. Kabar ini bisa disimpan di memori otak, ingat, dan jadikan pola pikir sebab akibat, ketika hendak melakukan shalat. Ingatlah dan teliti ayat Al Quran ini.

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Al Jumu'ah, 62:10).

Al Quran mengabarkan bahwa orang-orang yang shalat dan selalu ingat Allah, mereka diberi keberuntungan besar. Ini janji Allah bagi orang shalat.

Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu, dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (An Nisaa, 4:162).

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka bersedih hati. (Al-Baqarah, 2:277).

Data dari Al Quran ini menjadi pola pikir berlogika orang-orang shalat. Logika shalat ini harus tersimpan di memori, dan digunakan sebagai penyemangat ketika kita hendak melaksanakan shalat. 

Data dari Al Quran ini diingat berulang-ulang ketika hendak melaksanakan shalat, hingga berubah menjadi mindset atau keyakinan yang sudah tersimpah di dalam sistem otak bawah sadar. 

Logika orang-orang shalat bukan dibangun dari narasi penelitian alam, tapi diawali dari logika Tuhan dari penjelasan Al Quran. Inilah logika berpikir dari Allah penguasa seluruh alam, siapa yang shalat dia akan mendapat keberuntungan besar dari Allah. Wallahu'alam.*** 

  


Sunday, October 19, 2025

KARAKTER MANUSIA UNGGUL ALI IMRAN 134

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Keunggulan orang-orang yang percaya kepada Tuhan dilihat dari karakter. Rakyat Palestina merupakan bukti keunggulan karkter orang-orang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan tidak berbisik kepada manusia, dan Tuhan tidak datang memperlihatkan wujud pada manusia.

Tuhan berkomunikasi dengan manusia melalui kitab suci yang ditinggalkan para rasul. Rakyat Palestina percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mereka berkomunikasi dengan Tuhan melalui kitab suci Al Quran. Mereka adalah umat terbaik sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah..." (Al Baqarah, 2:110).

Karakter umat terbaik dijelaskan dalam berbagai ayat Al Quran. Umat terbaik bukan hanya mengaku muslim dan beriman kepada Al Quran. Umat terbaik yang dimaksud Allah mereka yang berkarakter unggul dan mereka dicintai Allah. 

"orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Ali Imran, 3:134).

Umat terbaik ciri karakternya antara lain; memiliki kebiasaan bersedekah dalam kondisi sempit maupun lapang. Manusia terbaik tidak ada kata minta-minta, mereka menjaga diri dari minta-minta. Mindset manusia unggul dipikirannya selalu berusaha memberi manfaat untuk orang lain. 

Kedua ciri dari karkater unggul adalah menahan nafsu atau amarahnya selalu terkendali. Manusia berkarkater unggul tidak emosinya tidak meledak-ledak dan tidak mudah tersulut emosi. Mereka punya kecerdasan emosi tinggi sehingga mampu mengendalikan dan meredam marah. 

Ketiga, ciri dari karakter unggul adalah selalu menjadi pemaaf bagi manusia lain. Jiwa pemaaf dimiliki tanpa melihat siapa yang benar atau salah. Benar dan salah hanya ada dipengadilan Allah. Berjiwa pemaaf tidak berarti merasa ada pada posisi kalah tapi sebaliknya sebagai pemenang, karena menjadi manusia terbaik dihadapan Allah.

Konflik sesama manusia terjadi karena saling berebut materi, karena manusia unggul sudah berjiwa selalu memberi, maka kehilangan materi bukan suatu hal penting dalam kehidupan dunia. Maka manusia-manusia unggul selain penyejahtera juga menjadi juru damai dimanapun berada. Manusia unggul tidak berkepanjangan konflik hanya untuk memperebutkan materi di dunia.

Bagi manusia-manusia unggul selalu merasa cukup Allah sebagai penjamin kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Manusia unggul yakin tidak akan ada manusia miskin karena berharap cinta Allah. Harta benda yang ada di langit dan bumi di dalam kekuasaan Allah, dan Allah akan memberikannya kepada siapa saja yang dicintainya.*** 

Tuesday, October 7, 2025

GURU MEWARISI PARA NABI

Oleh: Dr. Toto Suharya, M.Pd.

Di negara-negara berperadaban, kedudukan guru sangat dihormati. Jepang, China, Korea, Swedia, Finlandia, saat ini dikenal sebagai negara dengan kualitas pendidikan karakter terbaik di dunia. Mereka sangat menghormati kedudukan guru, dan guru mendapat status terhormat di masyarakat.

Hipotesis ini kemungkinan besar benar. Di negara-negara dengan kualitas pendidikan terbaik, dipastikan berhubungan positif dengan budaya murid-murid dan masyarakat menghormati dan menghargai guru. Berbanding terbalik dengan negara-negara dengan kualitas pendidikan buruk, masyarakatnya sangat tidak menghargai guru bahkan menyepelekannya.

Di negara-negara beradab para guru dipilih dari kaulitas manusia terbaik dan diberi penghargaan sangat baik. Di negara-negara jahiliyah, siapa saja bisa jadi guru dengan penghargaan hak hidup tidak layak bahkan dibawah hak hidup binatang piaraan.

Negara-negara dengan karakter buruk dan ilmu pengetahuan tertinggal, sangat identik dengan nasib guru-guru yang teraniaya dan dianggap beban negara. Perguruan tinggi-perguruan tinggi dan pemikir-pemikir di negara jahiliyah, ilmu-ilmu keguruan tidak diperdalam lagi.

Sebenarnya, pekerjaan paling terhormat adalah guru. Menghormati profesi guru seperti menghormati para nabi, karena guru jika ditarik ke belakang dia pewaris para nabi yang menjaga pesan-pesan moralitas kemanusiaan turun-temurun dari para nabi.

Demi Al Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, di atas jalan yang lurus, yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. (Yasin, 36:2-6).

Filosofi ilmu keguruan berlandaskan pada tugas para nabi dan rasul, yaitu sebagai pemberi peringatan. Hingga sekarang turun-temurun tugas para nabi dilanjutkan oleh para guru. Di sekolah, kampus, guru-guru mengajarkan moralitas bagaimana manusia harus hidup berdampingan dengan manusia lain.

Tingginya peradaban manusia bukan dari keberhasilan menciptakan teknologi-teknologi terbaru, tapi dilihat dari karakter baik dalam penggunaan teknologi. Jika, manusia bisa menciptakan teknologi perang termutakhir, tapi digunakan untuk genosida suatu bangsa, mereka bukan manusia-manusia terbaik. 

Tugas guru yang abadi bukan mengajarkan bagaimana teknologi terbaru dapat diciptakan, tetapi bagaimana mengajarkan dan membimbing manusia agar tetap punya rasa kemanusiaan. Inilah pesan turun temurun dari para nabi hingga sekarang.

Bangsa gagal dapat dilihat dari dua kriteria guru. Pertama, guru yang hanya mengajarkan bagaimana manusia mencapai tujuan hidup tanpa mengajarkan moralitas kemanusiaan. Di negara ini, guru dihormati, ilmu pengetahuan berkembang pesat, tetapi tujuan pendidikan menyimpang karena sikap saling menghargai, saling menolong, saling membantu sesama manusia tidak lagi jadi tujuan pendidikan hakiki. 

Kedua, negara gagal ditandai dengan kedudukan guru direndahkan, dilecehkan, tidak dihormati, dan tidak jadi prioritas dalam pembangunan sumber daya manusia. Dunia pendidikan jadi kerangjang sampah tempat manusia-manusia rendahan berkumpul. Masyarakat menuntut kualitas pendidikan tinggi, tapi mereka sendiri tidak mau berkorban.

Jika ingin memperbaiki bangsa dan peradaban saat ini, salah satu yang harus dipulihkan kembali adalah filosofi, fungsi, dan peran guru di dunia pendidikan. Siapa guru perlu dikaji kembali, dan kedudukan guru perlu dikembalikan pada asalnya dengan melihat fungsi dan peran para utusan Tuhan di muka bumi.

Benang merah fungsi dan peran guru tidak lain adalah melanjutkan misi para utusan agar manusia tetap beriman pada Tuhan, punya rasa takut pada Tuhan, dan menjalankan perintah Tuhan. Apapun teknologinya hidup ini hanya perhiasan dan permainan. 

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al An'aam, 6:32).

Para nabi diturunkan ke bumi bukan untuk menciptakan teknologi, tapi untuk memberi kabar gembira pada mereka yang berbuat baik pada sesama, menghargai nyawa manusia tanpa melihat ras, suku, budaya, dan agama. Para nabi mengajarkan hidup berdampingan, menjaga perdamaian, dan saling mensejahterakan. 

Para nabi mengajari bahwa manusia-manusia berkualitas tinggi mereka yang mengakui eksitensi Tuhan sebagai pemilik kekuasaan tertinggi. Manusia-manusia yang mengakui eksitensi Tuhan, tak peduli seberapa tinggi teknologi dikuasai, dia masih memiliki rasa takut yaitu takut kepada Tuhan jika berbuat kerusakan di muka bumi.

Percaya pada Tuhan bukan dibuktikan dengan semata-mata berhenti pada ibadah ritual, tapi dilanjutkan dengan berbaik pada sesama sebagaimana Tuhan berbuat baik pada manusia. Inilah ajaran moral para guru utusan dari abad ke abad. 

Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya".  (Al Kahfi, 18:110).

Hancurnya peradaban bukan karena manusia tertinggal dari kemajuan teknologi. Kehancuran peradaban diawali dengan hilangnya rasa kemanusiaan dengan membiarkan orang-orang mati kelaparan, nyawa mausia tidak berharga tidak lebih berharga dari binatang peliharaan. Genosida di Palestina adalah tanda-tanda kehancuran peradaban manusia dimulai, dan Allah akan menggantikan dengan peradaban baru.

"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain." (Al An'aam, 6:6).

Upaya yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki pendidikan manusia dengan mengembalikan manusia kepada jati dirinya yaitu manusia beriman kepada Tuhan sebagai pemimpin pembawa manusia pada keselamatan hidup di dunia dan akhirat.***

Saturday, September 6, 2025

KARAKTER ORANG BERSYUKUR DALAM AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (Ibrahim, 14:7).

Mari kita bedah, siapa sebenarnya orang bersyukur? Kita coba identifikasi dari penjelasan Al Quran. Sebaik-baiknya penjelasan bersumber dari Al Quran. Al Quran petunjuk bagi manusia yang punya keyakinan pada Tuhan Esa.

Orang bersyukur memiliki karakter, dan apa ciri karakter dari orang bersyukur. Nabi Muhammad saw. merupakan contoh terbaik dari manusia bersuyukur. Karakter Nabi Muhammad saw. sebagai orang bersyukur dijelaskan di dalam Al Quran.


Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan : https://lynk.id/mastershopi

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran, 3:144).

Jika kita gali penjelasan berikutnya dalam Al Quran, apa ciri dari karakter orang bersyukur, Allah menjelaskannya dengan indah.

"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran, 3:145).

Allah memberikan pahala dunia dan akhirat kepada orang-orang bersyukur. Bagi orang bersyukur kematian tidak menghalangi harapan-harapan baiknya kepada Allah. Orang bersyukur berani menghadapi segala tantangan dan risiko sekalipun kematian akan dihadapinya. Lebih rinci lagi Allah menjelaskan ciri karakter orang bersyukur?

"Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran, 3:146).

Karakter orang-orang bersyukur, dia tidak menjadi lemah karena ditimpa bencana, tidak lelah dan pantang menyerah. Mereka bersabar menjalani visi dan misi hidupnya dengan terus berharap baik kepada Allah. Dia memilih bersabar menjalani kehidupan di jalan kebaikan.

"Tidak ada perkatan mereka selain ucapan doa: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (Ali Imran, 3:147).

Ciri karakter orang bersyukur, dari mulutnya tidak ada kata sia-sia, kecuali kata-kata positif yang selalu mengandung harapan baik  atau doa. Perkataan mereka mengandung harapan-harapan baik berupa ampunan Allah dan menambah keteguhan pendirian karena kata-katanya positif menyebabkan datangnya pertolongan dari Allah.

"Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan". (Ali Imran, 148).

Jadi, karakter orang bersyukur digambarkan sebagai sosok para syuhada. Cirinya adalah dia selalu punya peluang baik dalam menghadapi segala kejadian (growth mindset). Hidupnya penuh dengan keberanian, yaitu berani menghadapi segala risiko yang akan terjadi, tidak pernah merasa lemah karena ditimpa bencana, tidak pernah merasa lelah, pantang menyerah dan pantang putus asa. 

Dari mulutnya selalu keluar kata-kata positif penuh dengan optimisme karena selalu taat dan berharap baik pada Allah. Itulah karakter tangguh ciri dari orang-orang bersyukur yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

Monday, September 1, 2025

KAYA ITU WAJIB?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Menarik menyimak podcast Prof. Muhammad Syafi'i Antonio di channel @HelmyYahyaBicara, tentang kenapa muslim harus kaya? Salah satu jawabannya adalah kesalahan dalam memahami makna juhud. Kata juhud diartikan meninggalkan keduniawian, padahal kita hidup di dunia. Seseorang tidak bisa menghindari dunia. Ibu, Istri, anak, sekolah, adalah dunia. Dunia dicari dengan cara halal.

Menurut Prof. M. Syafi'i Antonia kaya itu wajib. Kayalah dengan sekaya-kayanya dengan tiga catatan. Satu, carilah kekayaan dengan cara halal. Ikuti aturan yang berlaku. Dua, tidak boleh sombong. Berjalanlah di muka bumi dengan rendah hati. Tiga, harus mau berbagi, di atas 2,5%, 5%, 10%.

Di mayoritas umat Islam ada pemahaman menjadi orang kaya kurang baik. Hal ini berangkat dari masalah intelektual atau filosofis. Juhud dipahami terlalu tekstual, sehingga pemahamannya menjadi sempit bahwa juhud artinya meninggalkan urusan dunia. Padahal setiap hari hidup kita berurusan dengan dunia.


Ebook https://lynk.id/mastershopi

Miskin bisa sangat berbahaya. Jika kita miskin ada ibadah-ibadah yang tidak bisa dilakukan orang miskin. Shalat masih bisa dilakukan orang miskin. Zakat, sedekah, wakaf, hibah, pelihara anak yatim, ibadah haji, tidak bisa dilakukan oleh orang miskin. Orang miskin ibadahnya menjadi terbatas.

Ada peran-peran Nabi Muhammad yang tidak dipelajari dengan serius. Dalam catatan sejarah Nabi Muhammad melakukan berbagai peran manusia dalam kehidupan dunia. Nabi menjadi pedagang, investor, kepala rumah tangga, guru, pendakwah, diplomat, politisi, dll. Peran nabi yang paling banyak di pahami adalah sebagai pendakwah. Peran-peran Nabi Muhammad dalam bidang lainnya kurang didalami. 

Dalam sebuah ensiklopedi yang di susun Prof. M. Syafi'i Antonio, Rasul berdagang hampir 27 tahun hingga 29 tahun, jadi nabinya cuma 23 tahun. Berdasarkan fakta ini, disimpulkan bahwa ternyata kemandirian syarat utama untuk bicara bebas. 

Betapa mulianya para pedagang, sampai-sampai ada hadis Nabi Muhammad yang mengatakan bahwa pedagang yang amanah bersama para nabi, para syuhada, dan para ulama. Masalahnya adalah, cara-cara Nabi berdagang, kurang dipelajari oleh umat Islam, karena lebih banyak mempelajari bagian dakwahnya.

Pemikiran-pemikiran yang disampaikan Prof. M. Syafi'a Antonio cukup menggugah umat Islam untuk refleksi diri. Penulis akui, pemahaman agama yang beredar terlalu fokus pada pendapat-pendapat dari pemikir-pemikir tasawuf yang mengajarkan umat beragama untuk meninggalkan hal-hal duniawi. Maka dari itu, kegiatan ekonomi tidak begitu digeluti oleh penganut agama Islam.  

Menurut pendekatan tasawuf, orang-orang suci menjauhkan diri dari kehidupan duniawi. Maka, orang-orang suci digambarkan dengan orang-orang miskin, hidup apa adanya. Pemahaman ini terus dinarasikan melalui pengajaran-pengajaran agama, dakwah-dakwah televisi, cerita rakyat, dongeng,  film, peringatan hari besar agama, dll.

Para ulama tasawuf menafsirkan hadis-hadis Nabi Muhammad tentang kondisi miskin, yang hasilnya pemahaman tentang juhud adalah menjauhkan diri dari kehidupan dunia. Pada ujung hidupnya, Nabi Muhammad memang tidak meninggalkan istana, kerajaan, dan kekayaan. Tapi sejarah Nabi Muhammad sejak dari anak-anak hingga dewasa, Beliau dikisahkan bukan orang miskin. 

Menurut Prof. M. Syafi'i Antonio, ada kisah dalam hadis, Nabi Muhammad bukan orang miskin, tetapi seluruh hartanya dihabiskan untuk sedekah.Saya sepakat dengan Prof. M. Syafi'i Antonio bahwa umat Islam menghadapi masalah intelektual, sosial, emosi, dan spiritual. Perlu refleksi dan keterbukaan umat Islam untuk membuka diri terhadap pandangan-pandangan berbeda agar umat Islam bisa hidup sejahtera di dunia dan akhirat sebagai Al Quran mengabarkan.

Ruang-ruang diskusi harus terus dibuka. Ruang diskusi dikemas tanpa menghakimi karena merasa menjadi pemilik kebenaran. Siapapun yang menafsirkan Al Quran dan Hadis, mereka tidak dijamin 100% benar karena keberanan milik Allah. Hikmah ilmu dari Allah sangat luas, sekalipun laut jadi tinta, maka tinta itu akan habis sebelum habis hikmah-hikmah dari Allah ditulis.

Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Al Kahfi, 18:109).***

Saturday, August 23, 2025

INGIN KAYA BACALAH AL WAQIAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Para ulama sering menasehatkan bacalah surat Al Waqiah bagi siapa yang ingin dimudahkan rezeki. Pesan ini turun temurun terus disampaikan hingga sekarang. Apa yang disampaikan para ulama mengacu kepada hadis Nabi Muhammad SAW.

Barang siapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, dia tidak akan tertimpa kefakiran selamanya. (HR. Al Baihaqi).

Dalam tulisan ini, saya ingin memberi sedikit penjelasan apa yang terkandung dalam surat Al Waqiah, berkaitan dengan kekayaan. Surat Al Waqiah membawa pesan moral dan etika sebagai bekal untuk orang yang dikehendaki Allah menjadi orang kaya.

Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan; https://lynk.id/mastershopi

Pandangan ini berdasarkan pada fungsi pendidikan yaitu membentuk akhlak. Sebagaimana Nabi Muhammad diutus Allah menjadi rasul bertujuan menyempurnakan ahkhlak. Berikut beberapa akhlak atau karkater yang harus dimiliki orang kaya dari surat Al Waqiah:

Pertama; karakter orang yang dikehendaki Allah menjadi orang kaya adalah mereka yang percaya pada hari kiamat. Orang kaya yang meyakini adanya hari akhirat, dia tidak akan mencintai harta kekayaan untuk dirinya sendiri, tapi untuk mensejahterakan orang lain. Kekayaan adalah jalan menuju ridha Allah. 

"Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan, (Al Waqiah, 56:1-6).

Kedua, karakter orang kaya dikehendaki Allah adalah mereka yang tetap hidup sederhana. Di akhirat manusia akan terbagi menjadi tiga golongan, golongan kiri, kanan, dan sabiqun. Golongan kiri akan masuk neraka yaitu tempat buruk penuh dengan ketidaknyamanan. Golongan kiri adalah mereka yang hidup bermewah-mewahan dan terus menerus melakukan dosa besar. 

"Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar." (Al Waqiah, 56:45-46).

Orang kaya yang dikehendaki Allah adalah mereka yang hidup dengan kekayaan tetapi tidak untuk bermewah-mewahan. Orang kaya harus tetap sederhana, dan menggunakan kekayaan untuk jalan berkorban membantu kesulitan banyak orang.

Ketiga, karakter orang kaya dikehendaki Allah adalah mereka yang mengakui bahwa rezeki datang dari Allah, dan manusia hanya menerima titipan. Kekayaan yang dimiliki bukan hak milik pribadi tapi milik Allah. 

"Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu heran tercengang." (Al Waqiah, 56:63-65).

Keempat, karakter orang kaya yang dikehendaki Allah, mereka meyakini semua kejadian yang akan terjadi pada manusia sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al Quran. Keyakinan ini menjadi keimanan kuat tanpa keraguan. 

"Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar." (Al Waqiah, 56:95-96).

Orang kaya yang dikehendaki Allah, selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diterima. Orang-orang kaya memiliki totalitas pengakuan bahwa kekayaan tidak akan menjadikan dirinya merasa besar, sombong, tinggi hati, dan kufur kepada Allah, karena sesungguhnya semua kekayaan adalah milik Allah Yang Maha Besar.*** 

Friday, August 8, 2025

MENDERITA DAN BAHAGIA AKIBAT PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Syeh Abdul Qadir Al Jalinani adalah salah satu imam berpengaruh dikalangan muslim Indonesia. Di dalam kegiatan-kegiatan doa, ustad-ustad selalu menyisipkan nama Syeh Abdul Qadir Al Jailani sebagai ulama yang selalu didoakan setelah bersalawat kepada Nabi Muhammad saw. 

Syeh Abdul Qadir Al Jailani mengatakan, "Ketahuilah derita berubah jadi bahagia dan bahagia berubah jadi derita, hal itu terjadi karena didikan". Pendapat ini beliau tafsirkan dari hadis Rasulullah saw, "setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi". Menurut Beliau, "hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki potensi menjadi bahagia maupun menderita."


Ebook Sukses dengan Logika Tuhan: https://lynk.id/mastershopi

Jika dicermati, Syeh Abdul Qadir Al Jailani memberi makna pada hadis di atas menggunakan logika sebab akibat. Anak terlahir fitrah merupakan takdir Allah pada setiap orang yang baru lahir. Fitrah merupakan potensi-potensi baik yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, terutama fitrah dalam mengenal siapa Tuhannya. Fitrah ini tidak bisa diganggu gugat karena ketetapan Allah.

Selanjutnya bisa dicermati cara berpikir Syeh Abdul Qadir Al Jailani menafsirkan kembali dengan logika sebab akibat kalimat dalam hadis.

Kedua orang tua adalah SEBAB

Menjadi Yahudi, Nasrani, dan Majusi adalah AKIBAT

Dari logika sebab akibat tersebut, Syeh Abdul Qadir Al Jailani berpendapat bahwa bahagia dan derita yang dialami manusia tergantung pada didikan. Kedua orang tua dijadikan sebab jadi menderita atau bahagia seorang anak dikaitkan dengan fungsi pendidikan yang ada di lingkungan keluarga.

Berfungsinya pendidikan keluarga sangat tergantung pada orang tua. Pesan dari Syeh Abdul Qadir Jailani adalah pendidikan sangat penting dan menentukan untuk kehidupan anak-anak. Di dalam dunia pendidikan ada peran orang tua yang sangat penting dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya agar mereka bisa hidup bahagia. Sebagaimana Ki Hadjar Dewantara mengatakan tujuan pendidikan adalah mengantarkan anak-anak menuju kehidupan bahagia setinggi-tingginya.

Lembaga pendidikan adalah refresentasi dari kedua orang tua dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Jika begitu, sekolah-sekolah, kampus-kampus, sebenarnya dihuni oleh "orang tua" dari anak-anak dalam arti luas sebagai pelaksana fungsi pendidikan. Guru-guru, dosen, yang ada di lembaga pendidikan adalah manusia-manusia sakral karena disejajarkan dengan orang tua dari anak-anak.

Tidak heran ketika di Jepang, Korea Selatan, China, Jerman, dan Finlandia, guru-guru, dosen, menjadi orang-orang terhormat di masyarakat. Tradisi hormat pada guru masih terjaga di lingkungan pendidikan pesantren. Sedangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia penghargaan pada guru dan dosen sedikit memudar. 

Dapat dipahami logika berpikir Syeh Abdul Qadir Al Jailani adalah setiap orang berpotensi menjadi bahagia atau menderita, maka sebabnya sangat tergantung pada pendidikan yang didapatnya. Pendapat ini didukung oleh data dari hadis Nabi Muhammad saw. Inilah logika yang dibimbing Tuhan.

Jika sekarang ada orang berpendapat bahwa pendidikan telah membuat masyarakat Indonesia menderita, bisa jadi iya bisa jadi tidak. Perlu kajian dan penelitian, pendidikan-pendidikan seperti apa yang bisa membuat masyarakat Indonesia hidupnya menderita. 

Kemiskinan secara umum diakui sebagai sebab penderitaan. Bisa jadi selama ini, ada pendidikan yang mengakibatkan anak-anak menderita. Menurut hemat saya, pendidikan yang kelak menjadi penyebab anak-anak menderita karena pendidikan tidak mengandung penderitaan.

Kita kembali kepada pendapat Syeh Abdul Al Jailani, "tidak boleh mengatakan orang ini pasti bahagia atau orang ini pasti menderita". Tetapi hendaklah mengatakan, "orang ini bahagia jika amal baiknya mengalahkan amal buruknya dan sebaliknya". 

Jadi jelas, lembaga pendidikan yang akan jadi sebab penderitaan anak-anak adalah lembaga pendidikan yang tidak mengajarkan, melatih, membimbing, memotivasi, anak-anak untuk berbuat amal-amal baik agar mengalahkan amal-amal buruknya. Kondisi ini dapat tercipta bukan karena bangunan sekolah yang megah, tapi karena peran guru-guru, dosen, yang memosisikan dirinya sebagai orang tua dari anak-anak sekalipun bukan anak biologisnya.*** 

Friday, July 18, 2025

FAKTA ILMIAH SEDEKAH MENYEHATKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Ide sedekah atau berbuat baik dapat menyehatkan telah dijelaskan di dalam Al Quran. Masalahnya ada yang memahami Al Quran dengan mistik dan ada yang memahami dengan fakta empiris. Di Indonesia sebagian besar memahami dampak sedekah dengan mistik.

Di Indonesia pola pikir mistik terlalu dominan menjadi pola pikir masyarakat dalam memahami agama. Maka terbentuklah budaya membaca teks bahasa Arab Al Quran tanpa memahami maknanya dengan keyakinan Allah akan membalas dengan pahala berlipat ganda. 

Dengan keyakinan, budaya membaca teks Arab Al Quran 30 Juz, di Indonesia menjadi ritual tahunan terutama di bulan Ramadan. Pola ini telah menjadi tradisi puluhan mungkin ratusan tahun di Indonesia. 

Di era teknologi pemahaman masyarakat tentang agama Islam dan Al Quran mulai berubah. Media teknologi informasi menyajikan informasi bervariasi tentang agama Islam dan Al Quran. Akibatnya masyarakat mulai mengkritisi tradisi-tradisi dalam ajaran agama yang kurang mendalam pemahannya.

Pola pikir mistik dan ilmiah sebenarnya saling melengkapi. Pola pikir mistik bersifat acak mengajak melatih manusia berpikir kreatif dan dinamis. Pola pikir ilmiah melatih manusia berpikir kronologis dan spesifik. Al Quran memiliki makna keterkaitan, artinya membuka peluang luas terhadap penafsiran.

Sedekah jika dipahami secara mistik dijelaskan dalam Al Quran jika dilakukan akan mendapat balasan dari Allah berlipat ganda hingga 700 kali lipat (lihat: Al Baqarah, 2:261). Jika orang berpedoman pada ayat ini orang tinggal yakin pada Allah dengan melakukannya, dan hasilnya banyak orang merasakan manfaatnya. 

Bagi orang berpikir, balasan 700 kali lipat tidak dipahami secara mistik, tapi berusaha memahami bahwa sedekah jika dilakukan memiliki banyak manfaat untuk kehidupan. Untuk ada upaya untuk memahami dampak sedekah ke dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya pada kesehatan.

Untuk itu berkembanglah berbagai penelitian ilmiah tentang manfaat sedekah dalam berbagai konteks prilaku. Sebuah studi kohort terhadap kelompok relawan menunjukkan bahwa para relawan memiliki risiko mortalitas (kematian) lebih rendah. Studi menunjukkan bahwa kesukarelawan memiliki efek positif terhadap depresi, kepuasan hidup dan kesejahteraan (Jenkinson, at al. 2013).

Para peneliti melaporkan dari 2.605 orang Amerika berusia 62 tahun ke atas. Mereka memeriksa seberapa sering peserta menjadi sukarelawan. Hasilnya menunjukkan orang yang menjadi sukarelawan satu hingga empat jam per minggu mengalami penuaan biologis lebih lambat dibandingkan dengan mereka yang tidak menjadi sukarelawan sama sekali. (health.com).

Penelitian menyimpulkan bahwa sedekah meningkatkan kebahagiaan dan emosi positif. Efek ini telah ditunjukkan dalam berbagai perilaku sedekah, termasuk menjadi sukarelawan (Huang, 2018), mendonorkan darah (Buyx, 2009), memberi untuk amal (Liu dan Aaker, 2008), membelanjakan uang untuk orang lain (Dunn dkk., 2008), dan melakukan tindakan kecil, seperti menawarkan kopi, bersikap baik, atau membuat seseorang tersenyum (Rudd dkk., 2014). Aknin dkk. (2013a) menemukan hubungan di 120 dari 136 negara dan menyimpulkan bahwa hubungan ini tidak bergantung pada kekayaan suatu negara (frontiers.org).

Sedekah adalah ajaran universal yang tertulis di dalam kitab suci Al Quran. Menjadi ahli sedekah dengan berbagai prilaku bermanfaat bagi orang lain, dapat menjadi karakter dasar yang dapat menciptakan kesejahteraan umat manusia dan alam di muka bumi. Sedekah dapat menghasilkan hormon oksitosin (cinta), dopamin (motivasi), serotonin (ketenangan, rasa syukur), dan endorfin (bahagia) di otak. *** 

Saturday, July 5, 2025

MENGEMBALIKAN KIBLAT PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Dunia pendidikan sedang menghadapi krisis. Universitas-universitas terbaik di dunia, tidak melahirkan manusia-manusia pemelihara. 

Negara-negara yang memiliki universitas terbaik di dunia mereka telah melakukan kejahatan kemanusiaan melakukan genosida dan menutup perbatasan, membiarkan manusia menderita kelaparan.

Genosida di Palestina telah memakan korban lebih dari 50 ribu jiwa. Penduduk dunia menyaksikan Mesir melarang bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah Gaza Palestina. 

Padahal Mesir dikenal sebagai tempat orang-orang menimba ilmu agama di universitas terkemuka. Orang-orang merasa bangga jika bisa sekolah di Mesir.

Melihat Mesir melakukan pembiaran pada kemanusiaan dan malah menambah penderitaan, kita mempertanyakan kembali pelajaran apa yang harus dipelajari saat ini? 

Arab Saudi sebagai tempatnya Kabah dan menjadi kiblat pemersatu umat Islam, mengapa tidak tegas melakukan pembelaan pada kemanusiaan.

Orang berbondong-bondong melakukan umrah dan haji rela mengeluarkan ratusan juta, antri puluhan tahun, sementara Genosida terus terjadi dan korban terus berjatuhan. 

Ibadah umrah dan haji hanya jadi pemuas kepentingan nafsu pribadi dibalut spiritual, padahal puncak spiritual dari ajaran agama adalah rasa kemanusiaan. 

Pengajaran agama telah berahasil membuat orang merasa dosa jika tidak melaksanakan umrah dan haji, tapi tidak merasa dosa membiarkan saudara-saudara sesama manusia dijajah, terusir, teraniaya, dan digenosida.

Amerika Serikat tempat kampus-kampus terkenal di dunia, ternyata melahirkan manusia-manusia intelek tapi lulusannya gagal menghargai kemanusiaan.

Puncak pendidikan adalah manusia memiliki tanggung jawab moral pada Tuhan, dan berani berkorban untuk memberi kesempatan hidup pada orang lain. 

Pelajaran agama, sains dan teknologi, telah gagal melahirkan kehidupan damai dan sejahtera bagi umat manusia. Orientasi pendidikan telah melampaui batas jauh dari rasa kemanusiaan.

Pengajaran agama telah melahirkan manusia-manusia individualis ditandai dengan ketaatan buntu pada ibadah ritual dan lalai melaksanakan ibadah sosial kemanusiaan. 

"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat ria. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Al Maa'uun, 107:7)."

Sumber ajaran agama bukan lagi belandaskan kitab suci. Ajaran agama bersumber pada pemikiran manusia dari masing-masing kelompoknya. 

Para pemikir, pemuka agama, aliran pemikiran, kelompok agama, menjadi tuhan-tuhan selain Tuhan yang ditaati. Penganut agama bukan membawa misi perdamaian malah saling curiga dan benci satu sama lain.

Tidak ada satu orang pun tahu siapa orang yang telah beriman atau kafir kepada Allah. Kegagalan pengajaran agama adalah kebanyakan manusia menjadi merasa telah beriman dan jadi manusia paling beriman. 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." ( Al Hujurat, 49:15).

Bagaimana orang beragama merasa telah beriman ketika melihat Genosida terhadap puluhan ribu manusia, anak-anak, perempuan, orang tua, secara terang-terangan dilakukan, tanpa ada yang berani menghentikan?

Bagaimana orang beragama merasa telah beriman, ketika puluhan ribu orang kelaparan, dia menutup akses bantuan dan membiarkan saudara mereka dalam kelaparan?  

Ibadah ritual menjadi menara gading berada di atas ibadah sosial. Padahal Allah berfirman, manusia-manusia terbaik bukan yang rajin ibadah ritual, tapi mereka yang bermanfaat bagi manusia lain.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al Kahfi, 18:7).

Tidak ada perbuatan baik selain shalat, dan orang-orang shalat pasti berani berkorban untuk membantu membebaskan orang lain dari penjajahan dan penderitaan. 

Setiap umat punya shalat masing-masing. Shalat bukan terbatas pada ruku dan sujud, shalat adalah komitmen kepada Tuhan untuk berani berkorban dengan jiwa dan harta karena Allah. 

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (Al Baqarah, 2:3).

Kiblat pendidikan bukan lagi untuk menciptakan teknologi dan bersaing satu dengan yang lain. Para pendidik seperti para nabi, mengajarkan moral dan tanggung jawab pada manusia untuk saling membantu satu sama lain dan menciptakan kesejahteraan manusia dan alam. 

Kiblat pendidikan adalah para nabi yang diutus oleh Tuhan. Para nabi adalah para guru yang mengajarkan manusia tentang keesaan Tuhan dan kemanusiaan. 

Nabi Muhammad menjadi nabi yang membawa kisah hidup sebagai manusia berani berkorban untuk membebaskan manusia dari penindasan, dan meninggalkan warisan berharga untuk umat manusia ayat-ayat suci Al Quran. 

Al Quran bukan untuk umat Islam tapi untuk umat manusia. Al Quran kiblat sumber pemikiran tanpa bias pemikir-pemikir yang telah dianggap tuhan dan menganggap dirinya tuhan. 

"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui." (Saba', 34:28).

Tugas pendidikan adalah membawa kabar gembira dan peringatan agar manusia jadi pemimpin-pemimpin adil tidak melampau batas kemanusiaan***

Friday, July 4, 2025

KOMPETENSI DASAR IMAN DAN TAKWA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Di dalam Al Quran, iman dan takwa merupakan dua konsep berbeda. Pada tulisan ini saya ingin meyakinkan pembaca dimana letak perbedaan konsep iman dan takwa bersumber pada Al Quran. Metode yang saya gunakan dalam membangun definisi menggunakan metode hubungan konsep. Dalam metode hubungan konsep, sebuah konsep dapat dipahami maknanya jika dihubungkan dengan konsep lain.

Kursi dapat dipahami konsepnya jika dihubungkan dengan konsep duduk, pulpen dengan menulis, kertas dengan buku, dsb. Kursi adalah tempat duduk. Pulpen adalah alat untuk menulis. Kertas adalah lembaran yang ada dalam buku. 

Konsep membuat definisi seperti di atas, saya aplikasikan dalam memahami konsep iman dan takwa, dengan bantuan deskripsi yang ada dalam Al Quran. Arti kata dasar iman adalah percaya, dan takwa adalah menjaga, melindungi, atau menghindari dari bahaya.

Iman dan takwa sebagai kompetensi artinya kemampuan menjaga diri agar tetap percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjaga diri agar tetap percaya kepada Tuhan yang Maha Esa diwujudkan dalam komitmen melakukan segala tindakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Hasil nyata dari beriman dan bertakwa adalah akhlak mulia.

Apa saja yang menjadi ciri dari orang berakhlak mulia? Kriteria orang berakhlak mulia dapat ditemukan dari ayat-ayat Al Quran yang berbicara secara langsung tentang orang beriman. Ciri-ciri orang berakhlak berdasar Al Quran bersifat universal. Berikut beberapa ciri akhlak paling dasar dari orang-orang beriman?

"(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka," (Al Baqarah, 2:3).

Ciri akhlak dari orang beriman dan bertakwa adalah menjaga diri selalu mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki. Shalat memiliki arti aktivitas ritual menjaga komitmen beriman pada Tuhan Yang Esa. Umat Islam melaksanakan ritual shalat wajib dan sunah. Umat-umat beragama di seluruh dunia memiliki komitmen masing-masing pada Tuhan Yang Maha Esa. 

Ciri selanjutnya adalah orang beriman dan bertakwa menjaga diri dengan selalu berbagi pada sesama dalam kondisi sempit maupun lapang. Jadi akhlak atau karakter orang beriman dan bertakwa selain melakukan ibadah ritual untuk menjaga komitmen tetap percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, mereka juga punya karakter dermawan. 

Prinsip dasar hidup di dunia terdiri dari dua yaitu vertikal dan horizontal. Vertikal ditandai dengan menjaga ritual keagamaan sesuai keyakinan, dan horizontal melaksanakan hubungan sosial dengan menjaga diri selalu menjadi orang yang berbakti pada orang tua dan dermawan.

Bagi orang beriman dan bertakwa, hubungan horizontal tidak hanya berbuat baik pada sesama manusia, tetapi kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan, diantaranya hewan, tumbuhan, dan alam semesta. Pengajaran iman dan takwa akan melahirkan manusia-manusia berakhlak mulia.

Iman dan takwa secara fislosofis menjadi dua konsep yang tidak terpisahkan. Iman menjadi ide pedoman kepercayaan dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan takwa menjadi upaya menjaga tetap percaya pata Tuhan dengan melaksanakan hubungan horizontal sebagai sosok bermanfaat bagi sesama manusia, binatang, tumbuhan, dan alam.  

Iman dan takwa menjadi dua konsep dasar yang harus diajarkan dalam berbagai bentuk kegiatan kehidupan sehari-hari manusia. Mendidik manusia beriman dan bertakwa sebenarnya tujuan pendidikan universal karena menyangkut ketergantungan manusia kepada Tuhan dan kesejahteraan hidup manusia.*** 

Friday, June 13, 2025

BERPIKIR REFLEKTIF AJARAN AL QURAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir reflektif menjadi cara belajar yang dianjurkan untuk membangun kesadaran. Ciri pembelajaran mendalam salah satunya adalah pembelajaran tersebut mampu membangun kesadaran (mindfull). Salah satu cara untuk membangunkan kesadaran adalah mengajar orang untuk berpikir reflektif.

Nabi Muhammad di dalam hadis mengemukakan bagaimana membangun kesadaran orang dengan mengajak berpikir reflektif. Dalam sebuah kisah Nabi Muhammad mengajarkan sahabat untuk tidak berbuat jinah dengan mengajak berpikir reflektif.


Diriwayatkan dalam Musnad Ahmad dan Sunan al-Kubra karya al-Baihaqi, dari Abdullah bin Mas'ud, bahwa ada seorang pemuda datang kepada Rasulullah ï·º dan berkata: "Ya Rasulullah, izinkan aku berzina." 

Para sahabat marah dan ingin memukulnya, tetapi Rasulullah memanggilnya dengan lembut dan bertanya: "Apakah kamu rela itu terjadi pada ibumu?" Pemuda itu menjawab, “Tidak, demi Allah.” 

Nabi bersabda:"Begitu pula orang lain tidak rela itu terjadi pada ibu mereka."Lalu Nabi bertanya lagi:"Apakah kamu rela itu terjadi pada anak perempuanmu?" Ia menjawab, “Tidak, demi Allah.”

Nabi pun bersabda: "Begitu pula orang lain tidak rela itu terjadi pada anak perempuan mereka."Dan Nabi mengulangi hal serupa dengan saudari kandung, bibi dari pihak ayah, dan bibi dari pihak ibu.

Kemudian Rasulullah meletakkan tangannya di dada pemuda itu dan berdoa: “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya, dan jagalah kemaluannya (dari zina).” (HR. Ahmad, no. 22211. Hadis ini hasan).

Berpikir reflektif artinya berpikir berandai-andai sesuatu yang baik atau buruk terjadi pada diri kita sendiri. Dengan berpikir reflektif seseorang bisa merasakan dan menemukan dampak baik atau buruk yang akan terjadi jika sesuatu hal terjadi menimpa diri sendiri. 

Dari hasil berpikir reflektif, seseorang bisa menghindari perbuatan buruk dan berbuat baik atas dasar pemahaman dan kesadaran dari diri sendiri. Cara Nabi Muhammad mengajarkan kebaikan pada seseorang dengan berpikir reflektif sebagaimana Allah jelaskan dalam Al Quran.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar ra'd, 13:11).

Konsep dasar berpikir reflektif adalah upaya memperbaiki kualitas diri dengan berfokus pada memperbaiki prilaku atau kompetensi yang ada pada diri sendiri. Jika ingin hidup sukses, seseorang harus tahu apa yang dilakukan orang-orang sukses, dan melakukan refleksi apakah prilaku kita sehari-hara sudah pantas menjadi orang sukses?

Cara Nabi Muhammad mengajarkan kebenaran dilakukan mengikuti apa yang diajarkan Allah di dalam Al Quran. Berpikir reflektif masuk pada kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi. Inilah pengajaran di abad teknologi informasi dimana ilmu pengetahuan sudah jadi milik semua orang.***



Saturday, May 24, 2025

BEKERJA DENGAN HATI.. TERNYATA INI KUNCINYA...

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Kita sering mendengar perkataan orang-orang bijak, "kerjakan segala sesuatu dengan hati". Banyak orang memahami bekerjakan sesuatu dengan hati artinya mengerjakan sesuatu dengan melibatkan perasaan.

Selain itu, kata hati selalu berkaitan dengan cinta. Banyak orang memahami jika cinta berkaitan dengan hati dan hati berkaitan dengan perasaan. Sudah jadi pemahaman banyak orang, jika kita bekerja dengan hati, maka kegiatan itu harus melibatkan perasaan.

Sebenarnya ada sudut pandang lain yang lebih profesional dalam memahami makna bekerja dengan hati. Di sini saya kemukakan beberapa dasar berpikir yang bisa menjelaskan makna bekerja dengan hati mengandung makna profesional.

Nabi Muhammad bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai jika orang bekerja, lalu ia menyempurnakannya" (Hr. Bukhari dan Muslim).

Jika kita berpedoman pada hadis ini, orang yang bekerja dengan hati, maka frekuensi hatinya harus sama dengan sama dengan Allah. Hati yang frekuensinya sama dengan Allah yaitu hati yang dipenuhi cinta. Jadi ukuran kinerja dari orang-orang yang bekerja dengan hati, berdasarkan hadis adalah orang-orang yang bekerja dengan sempurna.

Ukuran bekerja dengan sempurna yaitu bekerja teliti, tekun, cepat, dan tuntas. Jadi orang-orang yang bekerja dengan sempurna merupakan ciri dari orang-orang yang bekerja profesional. Artinya, bekerja dengan hati merupakan ukuran kinerja dari seorang pekerja profesional. Inilah ciri dari orang bekerja dengan hati.

Pandangan selanjutnya, orang yang bekerja dengan hati bisa kita kembangkan dari ayat Al Quran. "Dan belanjakanlah di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Al Baqarah, 2:195).

Pekerja profesional merupakan orang-orang yang selalu berbuat baik. Dijelaskan dalam Al Quran, "Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik". Cinta Allah direpresentasikan oleh manusia dalam bentuk segala perbuatan dilakukan dengan hati dengan ukuran kerja profesional.

Maka orang-orang yang bekerja dengan hati, dalam melakukan sesuatu selalu berorientasi pada kebaikan. Ukuran dari kebaikan yang Allah cintai adalah menggunakan apapun yang kita miliki untuk kebaikan orang lain.

Prinsip dasar bekerja adalah membantu orang lain. Kesimpulannya, kunci orang-orang yang bekerja dengan hati, dia selalu bekerja sempurna, teliti, tekun, cepat, tuntas, untuk membantu kesulitan dan memudahkan kehidupan orang lain, utamanya membantu orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan orang lain.***

Thursday, April 17, 2025

AGAMA MISKIN MAKNA

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Salah satu kekurangan pengajaran agama dalah kurang makna. Pemahaman agama diajarkan turun temurun dijaga oleh guru-guru secara ketat. Pemaknaan ajaran agama dikendalikan dengan ketat tanpa memperhatikan ruang dan waktu.

Niatnya membentengi ajaran agama dari penyimpangan-penyimpangan pemahaman, namun karena ikatan bentengnya terlalu mengikat, akhirnya penganut agama menjadi tidak bisa beradaftasi dengan zaman. Agama diajarkan terlalu ritual.

Pengajaran agama menjadi sempit sebagai pengajaran memahami ritual-ritual keagamaan secara teknis. Agama tidak membimbing umat manusia berpikir kritis, berwawasan ke depan, mampu kelola harta dengan baik, memanfaatkan kekayaan alam untuk kesejahteraan alam, dan melahirkan manusia-manusia bermanfaat bagi umat manusia.

Tampilan manusia-manusia beragama terlalu kaku dengan aksesoris pakaian. Tampilan manusia beragama menyempit menjadi pemimpin acara-acara ritual agama, sedikit menjadi penyelesai masalah-masalah sosial akut seperti kemiskinan, pencemaran lingkungan, konflik sosial, dan dampak negatif perubahan teknologi.

Pengajaran agama butuh kekayaan makna dari berbagai sudut pandang untuk bisa menyelesaikan berbagai permasalahan hidup yang dihadapi manusia. Inti ajaran agama adalah membimbing manusia tetap beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hari akhir dalam segala kondisi.

Seorang guru, petani, pedagang, pegawai, teknokrat, pejabat, semua harus bermanfaat bagi umat manusia sebagai wujud pengabdian pada Tuhan. Penganut agama yang baik adalah manusia-manusia berakhlak baik, pemelihara, penyantun, penyayang, dan pencipta situasi damai dimanapun berada.

Pengajar agama tidak dilihat dari latarbelakang pendidikan, semua lulusan pendidikan punya tanggung jawab sebagai pengajar agama, karena seluruh kehidupan di dunia merupakan misi umat beragama. Dasarnya penciptaan manusia untuk mengabdi kepada Tuhan. 

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz Dzaariyat, 51:56).  

Agama punya makna luas bukan sebatas ajaran ritual, tetapi meliputi seluruh sisi kehidupan umat manusia. Profesi manusia berbeda-beda, dan seluruh profesi, pekerjaan, harus punya misi agama yaitu menjadi manusia-manusia pengabdi pada Tuhan dan mencitrakan diri memiliki sifat-sifat Tuhan.**

Saturday, April 12, 2025

ISTRI JANGAN TAAT SUAMI?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Ketidakmampuan laki-laki ditandai hanya memiliki satu istri. Bagi laki-laki yang tidak mampu punya lebih dari satu istri alasannya ada dua, Pertama memang tidak mampu. Kedua, dusta dengan pura-pura berkata akan setia pada satu istri. Di jelaskan di dalam Al Quran.

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya". (An Nisaa, 4:3).

Di balik ayat di atas, Allah sebenarnya menyampaikan, hawa nafsu laki-laki selalu ingin mengawini lebih dari satu perempuan. Ini kodrat laki-laki. Jangan percaya pada ucapan laki-laki setia, karena di dalam nalurinya pasti ada hasrat memiliki lebih dari satu istri.

Kelemahan Perempuan

Kelemahan kaum perempuan adalah memberikan kepercayaan 100% kepada suami. Hal inilah yang membuat kaum perempuan selalu ada dalam kondisi khawatir dan prasangka. Kepercayaan hanya layak diberikan 100% kepada Allah saja. 

Kelemahan kaum perempuan dalam bertauhid kepada Allah adalah terlalu berpikir material. Akibat berpikir terlalu material, perempuan memandang poligami bukan sebagai perbuatan legal, tetapi dianggap sebagai pengkhianatan.

Ebook Sukses Dengan Logika Tuhan: https://lynk.id/mastershopi

Cara pandang ini yang membuat perempuan tersiksa sepanjang hayat karena takut dikhianati.  Cara pandang perempuan cenderung material terlepas dari cara pandang Allah, gagal melihat peran laki-laki dan perempuan sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran.

Kaum perempuan harus menyadari bahwa prasangka buruknya pada ketetapan Allah adalah perbuatan durhaka. Allah memeringatkan dalam surat An Nisaa. 

"Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan." (An Nisaa, 4:14)

Selanjutnya, di dalam rumah tangga ada beberapa fungsi perempuan yang bisa kita pahami. Dalam sejarah hidup Nabi Muhammad, tercatat Siti Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad. Peran istri Nabi Muhammmad dalam kerasulan Nabi Muhammad adalah penyokong moral dan material perjuangan Nabi Muhammad.

Perempuan Dewasa

Berkaca dari sejarah, peran istri yang dicontohkan dalam kisah sejarah Nabi Muhammad adalah sebagai pendukung perjuangan. Dikabarkan Siti Khadijah sebagai perempuan kaya, dan ketika menikah dengan Nabi Muhammad, kekayaannya habis di jalan Allah untuk mendukung perjuangan Nabi Muhammad.

Siti Khadijah sesosok perempuan cerdas. Salah satu kecerdasan Siti Khadijah adalah kemampuan mengelola harta. Salah satu pesan yang terkandung dalam surat An Nisaa (perempuan) adalah tentang pengelolaan uang.

"Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas, maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya." (An Nisaa, 4:6).

Secara spesifik informasi ayat ini berbicara tentang anak yatim, namun secara general kita bisa lihat ini pesan untuk perempuan agar bersikap dewasa dan cerdas dalam kelola harta. Kemampuan mengelola harta sangat penting bagi kaum perempuan karena ini bagian dari tugas di rumah tangga.

Perempuan Taat

Keluarga organisasi terkecil, tidak ada peraturan resmi dari negara bagaimana struktur organisasi dan Anggaran Dasar dan Aggaran Rumah Tangga dalam keluarga. Allah menetapkan struktur organisasi keluarga dengan menjelaskan laki-laki sebagai pemimpin, pengatur, atau pengelola.  

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara." (An Nisaa, 3:34).

Istri tidak diperintah taat suami, tapi taat pada Allah. Perempuan yang taat pada Allah mengikuti perintah Allah bahwa suami sebagai pemimpin, pengelola, dan pengambil keputusan. Karena suami sebagai pemimpin istri mengikuti segala keputusan suami sebagai pemimpin. Tidak boleh ada dua pemimpin dalam satu organisasi.

Laki-laki bertugas mencari nafkah, dan mengatur atau mengelola menyerahkan sebagian harta atau penghasilannya kepada istri. Perempuan taat tidak mengeluh dan merasa resah ketika suami ada atau tidak ada karena dia merasa Allah yang memelihara.

Perempuan Amanah

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri," (An Nisaa, 4:36).

Kecerdasan perempuan ditandai dengan kemampuan menaati Allah dengan melaksanakan perintah-Nya. Perempuan taat pada Allah berpilaku taat pada suami dan tidak sombong dengan membangun hubungan baik dengan sesama terutama kepada dua ibu bapak.

Perempuan amanah mengelola harta suami dengan membelanjakannya untuk membangun hubungan baik dengan sesama sebagaimana Allah perintahkan. Hubungan baik yang harus pertama kali bina adalah dengan dua orang ibu bapak, yaitu ibu dari istri dan suami dan bapak dari istri dan suami.*** 



Sunday, April 6, 2025

PELAJARAN PERSIAPAN MENIKAH

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. 

"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?" (An Nahl, 16:72).

Berdasarkan infnormasi Al Quran, saya berpendapat pernikahan ada kaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Fenomena tidak menikah selalu ada dalam kehidupan masyarakat. Namun kali ini, begitu sering menemukan laki-laki atau perempuan belum menikah dengan usia antar 25 hingga 45 tahun lebih. 

Ada keyakinan beragama bahwa jodoh ditangan Tuhan. Ada yang mengartikan bahwa dapat jodoh dan tidak dapat jodoh sangat diatur oleh Tuhan. Inilah cara pandang orang-orang jabariah yang menyerahkan semuanya kepada Tuhan.  Pandangan ini, kadang dijadikan alasan seseorang untuk membenarkan kondisi yang dialaminya.

Di negara-negara maju alasan tidak memilih menikah disebabkan tingginya beban ekonomi yang kelak di tanggung. Kondisi ini telah mendorong munculnya gaya hidup tidak menikah, di dukung oleh budaya kohabitasi yaitu hidup bersama untuk sementara tanpa pernikahan. 

Pernikahan ada kaitan dengan produktivitas ekonomi. Bisa berbahaya jika banyak orang memilih tidak menikah. Negara-negara maju mengalami penurunan jumlah penduduk karena warga negaranya memilih tidak menikah. Belum ada penelitian apakah jumlah warga negara menikah dan tidak menikah bisa berdampak pada ekonomi negara?

Laporan North Central Sociological Association tahun 1997, mengungkap partisipasi yang konsisten dalam pernikahan dapat menghasilkan kekayaan yang lebih tinggi. Sebaliknya orang yang tidak menikah terus menerus punya kecenderungan mengumpulkan jumlah kekayaan yang lebih rendah pada kurun usia dewasa mereka. (Stanley, 2001).

Laporan Stanley, 92% dari keluarga miliarder di Amerika terdiri atas pasangan menikah. Perceraian berpengaruh pada ekonomi seseorang. Pernikahan secara legal membawa fitur-fitur mendukung tumbuhnya ekonomi. Dalam pernikahan ada pembagian kerja dan tidak ditemukan dalam keluarga lajang. Ada korelasi positif antara durasi menikah dengan tingkat kekayaan berlaku pada semua kelompok pendidikan dan penghasilan di Amerika.

Hasil-hasil riset ini sedikitnya telah membuktikan bahwa menikah ada kaitan dengan ekonomi. Membantu para wanita dan laki-laki lajang merupakan upaya meningkatkan produktivitas ekonomi. Dunia pendidikan seharusnya memasukkan materi pernikahan lebih serius dengan pemahaman-pemahaman positif untuk kehidupan masyarakat yang lebih senjahtera.

Merencanakan pernikahan menjadi hal penting. Secara emosional pernikahan langgeng secara karakter mereka cenderung tidak egois, penyayang, pemaaf, sabar, pengertian, disiplin, dan baik hati. Sangat bagus jika pasangan punya aktivitas, pendapat, dan visi yang sama dalam membangun rumah tangga.***



Sunday, March 30, 2025

JADILAH PEMAAF BUKAN PEMINTA MAAF

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang dzalim". (Asy Syuura, 42:40). 

Lebih berat mana meminta maaf atau memberi maaf? Allah maha mengetahui dalam situasi tertentu orang akan lebih sulit memberi maaf. Meminta maaf perkara mudah, tapi memberi maaf perkara sulit. Maka perintah dari Allah kepada siapa pun agar jadi pemaaf bukan peminta maaf. 

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." (Al A'raaf, 7:199).

Sebuah penelitian menyimpulkan mereka yang sanggup memberikan maaf memiliki kesehatan lahir dan batin lebih baik dari pada orang yang tidak suka memberi maaf. Secara fisik, mereka yang sebelumnya memiliki penyakit turunan depresi, seperti sakit punggung, insomnia, dan nyeri lambung, merasa lebih baik ketika mereka berusaha memberi maaf kepada orang lain.

Memaafkan menunjukkan ketinggian moral seseorang. Memberi maaf akan menghilangkan hal-hal negatif yang timbul oleh kamarahan. Memaafkan adalah hal yang dicintai Tuhan. 

Apakah mudah memberi maaf kepada orang yang sudah bertahun-tahun menghujat dan membenci mu? Apakah mudah memberi maaf kepada orang yang sudah mencelakakan mu? Apakah mudah memaafkan kesalahan orang yang membuat kehidupan keluarga mu hancur? Apakah mudah memaafkan orang yang sudah membuat karir mu jatuh? Apakah mudah memaafkan kepada orang yang sudah membunuh anggota keluarga mu?  

Secara psikologis pemberi maaf adalah orang yang sudah berada pada posisi beruntung. Pada posisi menguntungkan orang bisa lupa diri. Para peminta maaf berada dalam posisi lemah karena dia sudah mengakui diri sebagai pemilik kesalahan. 

Orang yang sudah sadar mengakui kesalahan akan dengan sukarela meminta maaf. Hal yang diharapkan dari semua orang adalah diberi maaf dari kesalahannya. Memberi lebih baik dari meminta. Maka Allah memerintahkan untuk memberi maaf. Karakter pemberi maaf sepanjang hidupnya selalu menebar kedamaian, sebagaimana Nabi Muhammad mengajarkannya.

Perintah Allah kepada manusia menjadi pemaaf, karena posisi yang berbahaya adalah ketika sudah pada posisi beruntung lalu dinodai dengan menjadi orang dzalim dan bodoh dengan bersikap sombong dan angkuh, karena tidak memberi maaf pada kesalahan orang. 

Orang terbaik menurut Allah adalah pemberi maaf bukan peminta maaf. Para pemberi maaf tidak memberi maaf ketika diminta, tetapi sudah memberi maaf tanpa harus ada permintaan maaf. Karakter orang-orang pemberi maaf adalah membalas prilaku buruk orang lain dengan kebaikan. 

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia". (Fushshilat, 41:34). 

Orang-orang pemaaf akan terhindar dari perbuatan-perbuatan buruk karena selalu merespon prilaku atau kejadian buruk dengan sikap yang baik. Sikap terbaik dalam merespon prilaku dan kejadian buruk adalah membalas dengan kebaikan, praktek sederhana tapi dicintai Allah adalah memberi maaf.*** 

KIBLAT ADALAH SUDUT PANDANG MU

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd

"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (wijhatun) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Al Baqarah, 2:148).

Makna kata wijhatun dalam bahasa Arab adalah arah atau tujuan, pendapat atau pandangan, dan tujuan spiritual. Para ahli tafsir berbeda-beda pendapat, Al Qurtubi mengartikan sebagai cara atau metode yang dipilih seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya. 

Saya berpendapat kiblat di sini berarti sudut pandang kita dalam memaknai kehidupan sehingga kita punya tujuan dalam hidup. Sebaik-baiknya tujuan hidup adalah taat kepada Allah karena Allah tempat kembali. 

Arah kiblat ke Madjidil Haram bukan sebatas bermakna fisik menghadap Ka'bah. Menghadap kiblat ke Masjidil Haram adalah wujud ketaatan manusia kepada perintah Allah. Sebagaimana Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad.

"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat (qiblatan) yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidilharam itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (Al Baqarah, 2:144).

Kata "Qiblatan" arti dasarnya menghadap, berhadapan, atau menerima. Kiblat selalu dikaitkan dengan arah fisik ketika beribadah shalat dan sifatnya tetap sebagai aturan wajib syariat shalat. 

Jika orang-orang memandang bahwa umat Islam shalat menyembah batu, argumennya untuk membataslkannya ada di Al Quran Al Baqarah ayat 144. Jadi umat Islam tidak menyembah batu, tetapi menghadap kiblat ke Ka'bah sebagai wujud ketaatan umat Islam kepada Allah dan Rasulullah.

Lain hal dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang punya sudut pandang dalam memaknai kehidupan. Kata Wijhatun artinya setiap orang memiliki cara pandang dan tata cara taat kepada Allah. Pada tataran pandangan dan metode inilah akan terjadi perbedaan.

Pandangan umat Islam tujuan hidup adalah untuk kembali kepada Allah dengan taat kepada segala perintah Allah. Perlombaan di muka bumi ini bukan berlomba dihadapan manusia, tetapi berlomba-lomba menjadi manusia terbaik di hadapan Allah.

Manusia-manusia terbaik dihadapan Allah adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Jadi berlomba-lomba dalam kebaikan adalah inti dari ajaran agama Islam. Siapapun mengaku beragama Islam karakternya akan tampil menjadi manusia-manusia bermanfaat bagi orang lain, dimanapun berada. Itulah ciri dari agama yang baik, agama yang mengikuti kiblat sesuai petunjuk Allah.***   

Friday, March 28, 2025

PENDIDIKAN ITU HANYA URUSAN OTAK

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

"Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya." (Yunus, 10:100)

Para ahli neurosains telah bersepakat bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia diperintah dari otak. Ketika tangan mencuri, kaki menendang, mata melihat, telinga mendengar, mulut bicara, dan hati sedih, senang, dan bahagia, perintah teknisnya ada di otak. 

Otak secara material merupakan sebuah infrastruktur yang berfungsi untuk menyimpan dan mengolah informasi sebagai bahan manusia dalam mengambil keputusan. Hati adalah bagian dari fungsi otak terdalam yang bertugas mengindera dengan perasaan, getarannya dapat dirasakan di dada.

Otak dapat bekerja dengan baik jika diberi masukkan informasi yang baik. Otak terbaik yang bisa memilah dari kurang lebih 60 ribu informasi yang masuk ke otak dipilih hanya informasi yang baik. Otak yang terbiasa memilih informasi baik dapat menjadi sebab perilaku seseorang cenderung baik.

Berdasarkan argumen di atas, disepakati karakter baik, prilaku baik, disebakan oleh informasi-informasi baik yang dikonsumsi otak. Jadi upaya-upaya pendidikan di sekolah sebenarnya hanya mengurusi berfungsinya otak dengan baik. 

Melatih berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif, adalah urusan mendasar pendidikan yang berurusan dengan otak. Berpikir kritis artinya melatih otak untuk memilah dan memilih informasi-informasi baik saja yang boleh dipersepsi dan diapresiasi oleh otak. 

Berpikir kreatif adalah melatih otak mencari alternatif informasi baik sekalipun fakta yang dilihat informasinya buruk. Berpikir kreatif aktivitas otak mencari peluang baik dalam segala kondisi. 

Berpikir imajinatif adalah melatih otak mampu mengembangkan informasi-informasi baik yang diterima dikembagkan menjadi informasi terbaik tepat guna dan bermanfaat. Imajinasi kegiatan mengembangkan pengetahuan di atas pengetahuan.

Melatih otak berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif, harus dilakukan setiap pendidik. Fokus pendidikan dari abad ke abad tidak akan jauh dari urusan otak yaitu optimalisasi kemampuan berpikir analisis, sistesis, dan interpretasi. 

Para pendidik perlu memahami ilmu tentang berpikir, wawasan keilmuan luas, suka membaca, dan punya karakter pembelajar sepanjang hayat. Pendidik yang kurang wawasan, kurang ilmu, dan tidak memahami detail tentang fungsi otak dalam berpikir, tidak akan jadi pengajar terbaik.

Untuk optimalisasi otak, ilmu-ilmu wajib dipahami pendidik adalah Neurosain, Kognitif Sains, dan Psikologi Kognitif. Ilmu ini wajib dipahami para pendidik karena pendidikan mutlak urusan mengoptimalkan fungsi otak.

Modal dasar yang harus dipenuhi agar otak bisa bekerja optimal adalah stok pengetahuan di otak tidak boleh kekurangan. Aktivitas membaca buku, meneliti, harus didorong menjadi budaya dalam lingkungan pendidikan. Budaya baca merupakan prasyarat wajib ada dalam dunia pendidikan.***



  

Saturday, March 1, 2025

HILIRISASI PENGETAHUAN

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Fenomena pengajaran di sekolah saat ini, pengetahuan diajarkan tidak sampai ke hilir. Pengetahuan yang diajarkan di sekolah berhenti di hulu. Pengajaran matematika, ilmu alam, ilmu sosial, hanya mengajarkan teori-teori yang ada dalam ilmu-ilmu tersebut. 

Ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah, melatih anak-anak berpikir tetapi tidak mampu menyelesaikan masalah. Ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah, berhasil membuat anak-anak punya kecerdasan intelektual, tapi hanya sekedar di atas kertas.

Ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah telah berhasil mengantarkan anak-anak masuk perguruan tinggi terbaik, tetapi mereka tidak bisa hidup mandiri. Biaya kuliah, makan, minum, mereka masih cenderung tergantung pada orang lain. 

Ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah seperti pengajaran shalat yang hanya memberi tahu bagaimana tata cara ritual shalat yang baik, tetapi tidak mengerti bagaimana shalat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hilirisasi pengetahuan adalah upaya mengajarkan ilmu tidak hanya di tataran teoritis keilmuan, tetapi harus menjadi pedoman dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. 

Sebagaimana shalat bukan sebatas gerakan ritual yang benar sesuai contoh Nabi Muhammad, tetapi harus menjadi dorongan bagi setiap orang untuk menjadi manusia-manusia berakhlak baik. 

Hilirisasi pengetahuan merupakan upaya pendidikan mengajarkan ilmu untuk menjadikan anak-anak bisa hidup mandiri sejak di sekolah, bukan setelah lulus. Ilmu-ilmu yang diajarkan harus menjadi keterampilan hidup agar anak-anak bisa mandiri sedini mungkin.

Hilirisasi pengetahuan seperti mengajarkan agama kepada manusia agar mereka menjadi makhluk berakhlak baik, bukan pemuja Tuhan dalam ritual-ritual. 

Pendidikan tanpa hilirisasi pengetahuan memiskinkan dan membuat masyarakat korup, yaitu pendidikan yang mengajarkan anak-anak mampu mengerjakan soal-soal dalam ritual ujian, lomba-lomba, mereka meraih bahagia tetapi mereka lupa kehidupan nyata.

Di era informasi, pengajaran bukan lagi sekedar mengisi waktu luang sebelum anak-anak dewasa, tapi melatih anak-anak berprilaku dewasa sejak dini. Kedewasaan bukan bertambahnya umur dan fisik membesar, tapi dilihat dari kelakuan. Kedewasaan yang harus diajarkan sejak dini adalah berani hidup mandiri di atas kaki dan tangan sendiri.***


Saturday, February 22, 2025

PENGAJARAN UNTUK ANAK ADAM?

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Semua penganut agama percaya, kita semua adalah anak-anak Adam. Di dalam kisah Al Quran, Adam adalah makhluk mulia dihadapan Tuhan.

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al Israa', 17:70).

Adam memiliki kelebihan dari makhluk-makhluk lain. Kelebihan bukan dimiliki Yahudi, Nasrani, Majusi, atau Muslim, tapi semua manusia anak-anak Adam telah diberi kelebihan oleh Allah.

Kelebihan anak-anak Adam tidak dibendingkan dengan anak-anak Adam yang lain, tetapi dari makhluk-makhluk lain yang telah ddiciptakan Allah. Jadi sesama anak-anak Adam tidak ada diskriminasi secara fisik, kecerdasan, dan keterampilan. 

Apa kelebihan Adam dari makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain? Adam adalah makhluk dengan level kemampuan lebih tinggi dari Iblis dan Malaikat. Kelebihan Adam bukan terletak pada kemampuan menciptakan sains dan teknologi semata.

Adam adalah akal yang cerdas. Kecerdasan akal budi Adam mampu menangkap dan mengolah informasi dari Tuhan. Malaikat makhluk yang selalu taat pada Tuhan. Iblis makhluk yang selalu menolak perintah Tuhan. Kecerdasan Adam secara kognitif mampu mengkoding data, memilah, memberi makna, mensintesa, menjaga keseimbangan, dan menjaga harmonisasi kehidupan.

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!" (Al Baqarah, 2:31).

Di sisi lain Adam adalah karakter atau akhlak yang cerdas. Kecerdasan karakter Adam tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain. Kisah terusirnya Adam dari surga sesungguhnya mengandung pengajaran untuk anak-anak Adam. 

Adam bukan pembawa atau penyebab dosa seluruh umat manusia. Adam makhluk mulia menjadi pemeran drama sebagai sajian kisah pelajaran untuk manusia. Pengajaran penting yang ingin disampaikan dari kisah Adam adalah karakter Adam yang mulia. 

Karakter Adam yang mulia dikabarkan di dalam Al Quran. "Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (Al A'raaf, 7:23).

Karakter mulia dari Adam adalah tidak menimpakan kesalahan pada orang lain. Adam menanggung sendiri kesalahan yang dilakukannya sekalipun ada peran setan yang menggodanya. Inilah sepenggal kisah Adam yang kelak kejadian ini akan menimpa kepada anak-anak Adam.

Dari kisah ini, pengajaran untuk anak-anak Adam terbagi menjadi dua dimensi yaitu sains teknologi dan karakter. Sumber utama ilmu pengetahuan yang dikembangkan anak-anak Adam adalah wahyu Tuhan. Sumber yang masih otentik terverifikasi dari berbagai sudut kajian ilmu hingga sekarang adalah Al Quran.

Sebagai sumber ilmu pengetahuan Al Quran terbagi menjadi dua yaitu Al Quran dalam bentuk teks dan alam raya. Sains teknologi tanpa karakter buta, dan karakter tanpa sains teknologi lumpuh.***  

 

 


Tuesday, February 4, 2025

INTERDISIPLIN PARADIGMA PENDIDIKAN ERA INDUSTRI 4.0

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd.

Berpikir interdisiplin adalah cara berpikir integratif memadukan pengetahuan dan konsep dari berbagai cabang ilmu untuk melihat sebuah fenomena atau permasalahan. Cara berpikir interdisiplin dari dulu identik dengan dunia pendidikan. 

Ilmu pendidikan tidak bermuara pada satu ilmu, di dalamnya ada filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, sains, dan teknologi. Untuk memahami memberi pengajaran dan teknik pengajaran yang tetap dibutuhkan berbagai pertimbangan ilmu secara interdisiplin. 

Misal, untuk mengubah anak menjadi seorang berkarakter unggul, pendidik harus mempertimbangkan dari filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, sains, dan teknologi. Pertimbangan interdisiplin dilakukan untuk menemukan karakter unggul yang tepat, yang harus dimiliki anak-anak sesuai dengan kondisi dan situasi zaman. 

Era Industri 4.0 ditandai dengan penggunaan sistem digital untuk menyimpan, mengolah, dan mengirimkan informasi. Teknologi digital, otomatisasi, data analitik, dan konektivitas, menjadi ciri dari era 4.0. 

Kata digital berasal dari bahasa latin yaitu digitus artinya jari dan digit dalam bahasa Inggris artinya angka. Teknologi digital berkaitan dengan jari, angka, sistem, dan sinyal. Seperti kita saksikan, era industri 4.0 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam memecahkan berbagai masalah, dan kendalinya ada di "jari". Wujud teknologinya seperti komputer, telepon seluler, dan internet.

Ciri menonjol dari era industri 4.0 dilihat dari penggunaan internet, sistem pengolahan data secara digital (komputasi), otomatisasi, artifisial intelegen (AI), aplikasi, dan jaringan. Kecerdasan yang harus dikembangkan di era 4.0 adalah kemampuan mengolah data dari berbagai sumber ilmu, sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam memecahkan berbagai masalah. 

Paradigma ini, membawa perubahan pada pola pendidikan dan pengajaran yang harus dilakukan di sekolah. Pengajaran interdisiplin menjadi pola yang harus diterapkan di sekolah dan kampus. Konsekuensinya, ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah tidak lagi membahas masalah kelimuan semata, tetapi harus sambil digunakan untuk mencari solusi dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sistem teknologi digital.

Di era 4.0 pengajaran yang harus sering dilatihkan adalah kemampuan memahami bacaan (literasi), mengolah angka (numerasi), mengambil keputusan (evaluasi), dan menciptakan ide (sintesa). Kemampuan ini ada di ranah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan ini kemudian diterapkan dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi.

Pembelajaran berbasis masalah dan proyek, menjadi pendekatan yang sangat relevan digunakan. Kolaborasi dan gotong royong dalam mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, perlu dilatihkan untuk memberi ruang pada anak-anak ikut berperan langsung dalam memecahkan masalah dan menjadi proyek dalam pembelajaran.*** 


OTAK PEMALAS

Oleh: Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Kenapa kamu tidak shalat? Kenapa datang kesiangan? Kenapa tidak membaca buku? Kenpa tidak mengerjakan t...